Bab 23

35 2 0
                                    

Ruang kepala sekolah itu dingin menusuk sanubari Fika yang bak pengadilan di mana di menjadi tersangka utama.

Dia yang di dampingi ayahnya yang bertampang garang dengan kumis tebal kulit kecoklatan berbalut kemeja pendek dan celana bahan hitam memperjelas betapa konservatif nya dia. Dia mendidik Fika dengan didikan yang keras, tidak jarang dia memakai sabuk untuk mendisiplinkan Fika jika gadis itu tidak mematuhinya. Sebagai anak pertama yang akan menjadi contoh untuk adik-adiknya sudah pantas bagi Fika untuk menerima hukuman atas kesalahan yang dia perbuat. Menurut Baron didikan keras itu adalah didikan yang pas untuk dia terapkan, seperti yang apa yang dilakukan ayahnya dulu di mana ayahnya tidak segan untuk mengambil rotan untuk memberi pelajaran berharga agar dia tidak melakukan kesalahan lagi. Seperti itu pula yang dia terapkan bagi Fika dan dua anaknya yang lain. Walau, istrinya berusaha menghalanginya tapi dia akan segera membentaknya dan mendorongnya  tetap untuk  mendisiplinkan anaknya dengan hukuman. Fika sudah terbiasa menerima hukuman tersebut. Kenakalan gadis itu menyulut amarahnya. Kemarin ketika dia mendapat surat panggilan untuk datang ke sekolah atas bullying yang dilakukannya pada teman sekelasnya dia segera menarik sabuknya dan menyebatnya dengan sabuk ke punggung Fika. Gadis itu tidak bersuara, tidak ada ringisan atau air mata.

Tapi sekarang Fika semakin mengkeret ketakutan.  Di sini ada ayah Aksa yang menjadi saksi atas kelakuannya malam itu. Dia tidak mengeluarkan ekspresi apapun tapi tatapannya tidak melepaskannya sedari tadi. Menempatkan tubuhnya  duduk di kursi yang di depan meja kerja  Pak Regan di belakang sofa yang Seoul tempati.
Dia pria yang beruang dan menjadi pemimpin di perusahaan keluarga dan dia jelas bisa melihat ketidaksukaan Om Farras saat dia terpergok menendang Seoul. Meski dia tidak mengeluarkan ancaman apapun, tapi aura mencekam itu memadamkan keberaniannya menit itu juga.

Pak Regan ada di sofa tunggal, sedang Fika sendiri ada di sofa yang berhadapan dengan Seoul dan Seorang pria tampan berparas lembut, Im Ming Guk, yang memperkenalkan dirinya sebagai paman  Seoul.

I really regret this problem. But I still hope that we can solve this problem as a family (Saya sangat menyayangkan terjadi masalah ini. Tapi saya masih berharap kalau kita bisa menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan),” ujar Regan tenang dengan aura tak kalah kelam dari Farras. Yang dia ajak bicara adalah Ming Guk, pria yang mewakili ayah Seoul yang tidak bisa hadir karena memiliki kendala untuk hadir ke sekolah ini sebab sedang tidak sehat menurut penuturan Seoul. Gadis itu memanggil pamannya, yang merupakan adik dari ayah Seoul sendiri yang datang dari Seoul ke Jakarta untuk menjadi walinya. Ming Guk tidak bisa berbahasa Indonesia jadi dia menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengannya.

Pria berkulit putih itu mengulas senyum yang menambah kadar ketampanannya. “Seoul has explained to me the problems and I think we will solve this as a family (Seoul sudah menjelaskan pada saya duduk permasalahannya dan saya rasa kami akan menyelesaikan ini secara kekeluargaan).” Ming Guk membelai kepala belakang Seoul dengan sinar sayang di wajahnya dengan saling berbalas pandang dengan gadis yang juga  mengeluarkan sedikit tarikan di kedua ujung bibirnya. “She’s all right. (dia sudah baik-baik saja).” Lalu menggeser pandangannya ke Regan. “She also wanted Fika not to be given any sanctions because she thought this was just a matter of misunderstanding between him and her friend (Dia  juga ingin agar Fika tidak diberi sanksi apapun karena menurutnya ini hanya masalah kesalahpahaman  diantara dia dan temannya).”

If a student who made a mistake was not sanctioned, it would become a bad example among other students (Jika seorang siswa yang melakukan kesalahan tidak diberi sanksi, itu akan menjadi contoh yang kurang baik dikalangan para siswa-siswa lain).” Itu bukan suara Regan tapi Farras yang membuat hampir semua orang di dalam ruangan itu menoleh ke arahnya. Kecuali Fika yang tidak mampu mengangkat kepalanya. Keberaniannya lenyap kalau berada di dekat ayah dari lelaki yang disukai.  “It can trigger them to do whatever they want. May trigger other bullying behavior (Itu bisa memicu mereka  untuk  bertindak sesuka hati mereka. Mungkin akan mencetus perilaku bullying lain).”

Wanita yang Ku Cintai (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang