Bab 25

38 4 0
                                    

Seoul membawa kakinya menjauh dari Farras, namun Farras memblokir langkahnya. "Putuskan hubunganmu dengannya," perintah pria itu dalam dan dingin.

"Om tidak waras," ejeknya mendesis.

•••

Pukul 20.00 WIB.

Seoul menyantap makanan yang di masak oleh Ming Guk itu dengan malas.

Ming Guk yang memerhatikan ada yang tidak beres dengan kekasihnya itu bertanya, "Ada apa?"

Mereka berada di hotel tempat Ming Guk menginap. Hotel yang letaknya tidak jauh dari apartemen Seoul. Sore tadi Seoul membawa sayuran-sayuran segar yang dia beli dari supermarket. Saat Seoul pulang dari sekolah tadi, Ming Guk menghubunginya dan menyuruhnya untuk datang ke hotel dan memintanya untuk datang namun Ming Guk memerintahkan Seoul untuk berbelanja sayuran yang ingin dia masak untuk makan malam. Kata Ming Gung ditelepon tadi, sebagai pasangan yang baik mereka harus berbagi tugas. Seoul mendengkus namun tetap mengiyakan permintaan Ming Guk.

"Farras memintaku memutuskan hubungan denganmu?" tutur Seoul yang menggunakan bersweater rajut turtleneck panjang abu-abu bersama celana legging putih.

"Dia bukan hanya br*ngs*k. Tapi juga tidak tahu malu."

Seoul yang menguyah makanannya dengan sangat perlahan itu sedikit kesal dengan celaan Ming Guk terhadap Farras barusan. Tapi dia tidak akan mengemukakannya.

Ming Guk lalu yang meletakan alat makannya mengawasi Seoul intens. "Lalu apa jawabanmu? Kau tidak menuruti kemauannya, kan?" Dia menilik Seoul lebih dalam.

"Aku masih waras." Tangan Seoul menjepit Japchae dengan sumpit. "Dan dia tidak punya hak untuk mengaturku."

"Tapi kau masih mencintainya, apa kau tidak berniat kembali kepelukannya? Kau tinggal mengakui siapa dirimu sebenarnya. Kemudian kalian bisa hidup bahagia seperti di drama," usul Ming Guk menggoda tapi Seoul tahu itu hanya sindiran halus karena ada ketajaman mengiris dalam matanya.

Seoul melanjutkan makannya. "Aku tidak ingin mengulang rasa sakit yang sama." Dia melumat bihun ala korea itu sembari melihat hambar ke hidangan menggugah selera buatan Ming Guk. "Seorang yang pernah berselingkuh berpotensi untuk tidak berpegang teguh pada sebuah kesetiaan. Aku hanya ingin memulai hidupku lagi tanpa ada Farras di dalamnya." Seoul menjepit ayam

Ming Guk mendesah pelan. Aliran kesedihan Seoul menulari dirinya. "Kau akan bahagia," tukasnya lembut. "Aku akan mengantarkan kebahagiaan itu untukmu."

Seoul tersentuh. Dia tenggelam dalam kehangatan yang diberikan Ming Guk. Pria ini yang selama empat bulan lebih ada untuknya. Menghiburnya dan menemaninya kala dia butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya. "Terima kasih," tuturnya tulus.

Keesokan harinya hari sabtu, Seoul menjadi tour guide seharian penuh untuk Ming Guk. Mengajaknya menjelajahi kota dan mendatangi situs-situs bersejarah di Jakarta. Lalu berwisata kuliner di sekitaran Thamrin.

Di hari minggunya Ming Guk harus kembali ke Seoul dan Seoul mengantarkannya ke bandara. Ming Guk menepuk kepala wanita itu pelan. "Jaga dirimu baik-baik. Kalau lelaki kurang ajar itu mengusikmu kau harus segera memberitahuku."

"Aku akan mengingat pesanmu, dokter Jang."

"Bagus." Kemudian Ming Guk menggeret kopernya, menoleh sejenak melempar senyum hangat untuk Seoul. Lalu meneruskan langkahnya kembali bersama calon penumpang lain.

Seoul lalu pulang ke apartemen dan menghubungi Aksa. Aksa tidak banyak bicara dan dia yang mendominasi obrolan mereka. "Aku di sini kesepian. Apa lebih baik aku tinggal di tempatmu, ayahmu pasti mengizinkanku tinggal di sana. Bagaimana apa kau setuju?"

Wanita yang Ku Cintai (End) Where stories live. Discover now