11. ANTARA CINTA DAN TANGGUNG JAWAB

Mulai dari awal
                                    

Aubree menelan liurnya, bingung bagaimana harus menjawab. Syukurnya Zayn tiba-tiba telah berdiri di sebelahnya.

"Saya Zayn, Pak, Bu ...." Zayn tersenyum, meraih tangan mereka satu persatu untuk dikecup punggung telapak tangannya. "Calonnya Aubree ...."

Sontak Aubree membelalak, tidak menyangka kalau Zayn akan berbicara segamblang itu. Sementara di hadapannya, ibunya menganga, ayahnya mengeryit.

Tidak lama mereka berempat sudah duduk di ruang tamu yang didominasi warna krem. Sofa krem ukuran single yang diduduki Zayn, berdampingan dengan sofa single yang ditempati oleh Aubree. Di hadapan mereka berdua, orang tua Aubree duduk di sofa double. Pada meja kaca di tengah-tengah, hampers buah oleh-oleh yang tadi dibawa Zayn dan Aubree tergeletak di sana.

"Jadi, kamu sama Theo—"

"Putus, Ma. Dia selingkuh." Aubree menyahut, kemudian menunduk. Maya—ibunya—menutup mulut dengan telapak tangan karena terkejut.

"Kok kamu bisa tau dia selingkuh? Apa sudah dipastikan? Menjelang pernikahan kadang ada aja yang jadi masalah, bikin masalah, masalah yang dibuat-buat." Kali ini ayahnya—Nico—yang bicara.

"Bree mergoki sendiri, Pa," sahut Aubree dengan mata berkaca-kaca, dia mendongak. "Telanjang, bareng perempuan lain. Sakit." Aubree meremas kaus di bagian dadanya. Pedihnya memang terasa.

Nico menarik napas, sementara Maya turut berkaca-kaca bersama dengan anak semata wayangnya.

Zayn menoleh ke arah Aubree, miris melihat bagaimana kesedihan dan sakit hati kembali terbayang jelas di wajah itu. Kasihan.

"Lalu, dia ini siapa?" Nico menatap tajam ke arah Zayn. Matanya jelas menyelidik, melahap tiap inci tubuh pria muda yang berani-beraninya menyatakan diri sebagai calon dari anaknya.

Cepat Zayn mengalihkan pandangn ke arah Nico. "Saya Zayn Zavyan, Pak." Zayn kembali memperkenalkan diri, senyumnya kembali mengembang.

"Iya saya tau, tadi kamu sudah bilang. Pertanyaan saya bukan ke sana. Masa kamu nggak paham?" Nico mendengkus, memberikan nilai minus yang pertama untuk Zayn.

Zayn menghela napas, mencoba merangkai kata dalam benak agar tak salah bicara. Menimbang-nimbang bagaimana caranya agar tidak kena masalah di pertemuan pertama. Kalau saat ini dia langsung mengatakan Aubree hamil, dan masalah perceraiannya dengan Kiran belum selesai, sudah barang tentu yang ada hanya caci-maki. Apalagi kalau mereka tahu kalau kejadian itu berawal dari ajang membalas sakit hati. Berkenalan di aplikasi dating, bertemu, one night stand, lalu ternyata ... hamil.

Kembali Zayn menoleh ke arah Aubree, tersadar kalau ada masa depan yang dirusaknya, meski tahu perbuatan itu atas kesadaran bersama. Bagaimana perempuan ini akan dipandang oleh orang tuanya nanti? Bercinta dengan suami orang, saat dia sendiri masih berstatus tunangan orang.

Aubree sendiri turut menoleh ke arah Zayn. Matanya masih berkaca-kaca, kalut, was-was dengan apa yang akan terucap dari mulut pria itu.

Zayn hanya menggeleng seraya tersenyum. Kemudian, kembali pandangannya beralih pada Nico dan Maya.

"Saya bukan pahlawan kesiangan, Pak, Bu. Bahkan jika tau yang sebenarnya, mungkin Bapak dan Ibu akan sangat kecewa pada saya." Zayn berbicara dengan nada rendah, matanya meredup, tubuhnya sedikit membungkuk. Dia sedang berusaha merendahkan diri dan mengambil hati. "Tapi, Aubree dengan baik hati mengizinkan saya menggantikan Theo di acara pernikahannya nanti ...."

Napas Aubree serasa berhenti sejenak demi mendengar bagaimana Zayn mulai menjelaskan maksud tujuan mereka.

"Kalau Bapak dan Ibu mengizinkan, saya bermaksud meminta izin untuk menikahi Aubree." Kali ini kepala Zayn benar-benar tertunduk dalam-dalam, seolah-olah sedang memohon. "Saya mohon maaf, dan meminta izin untuk boleh bertanggung jawab atas Aubree. Sebagai teman hidupnya, ayah dari anak-anaknya kelak. Kalau diizinkan ...." Tulus. Setulus-tulusnya yang paling tulus, Zayn benar-benar meminta dengan tulus.

FROM A TO Z, I LOVE YOU - (COMPLETED - TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang