Bab 14

69.2K 6K 86
                                    

Pada akhirnya, Saira tertahan di rumah Gara. Hujan sangat deras, tidak mungkin Saira bisa menerobos dengan menggunakan motornya walaupun disertai pakai mantel. Harusnya dia memang pulang dari tadi. Namun di sinilah ia, duduk di sofa dengan suasana canggung. TV menyala tapi Saira malah nggak fokus nonton. Pikirannya malah lari ke kejadian di rooftop tadi. Tadi itu ciuman keduanya, yang pertama masih dengan orang yang sama ketika mereka dulunya masih remaja malu-malu. Lantas buru-buru ia menggelengkan kepala, berusaha mengenyahkan pikiran tentang ia dan Gara.

"Loh, Saira masih di sini?"

Tiba-tiba Bu Dinda, sang Nyonya rumah, kaget melihat Saira duduk di sofa. Pasalnya, Saira sudah pulang kalau sudah jam enam sore. Tampaknya nyonya rumah pun baru saja pulang dari arisan.

"Nungguin hujan reda, Tante." balas Saira sambil tersenyum tipis.

Bu Dinda pun ber-oh. Ia melihat baju Saira nampak sedikit basah.

"Kok baju kamu basah, Ra? Kan dari tadi di dalam kan? Kok bisa basah gitu?" Bu Dinda mulai kepo.

"Oh. Tadi belajarnya di rooftop, Ma. Jadi pas banget kena hujan sebelum turun."

Jawaban dari Gemi sangat membantu Saira yang tadinya mendadak gugup. Karena seakan-akan ia baru saja ketahuan habis nganu sama anak laki-lakinya Bu Dinda.

"Kalo basah, kasih baju ganti dong, Gemi. Gimana sih kamu?" Bu Dinda menegur Gemi yang tampaknya tidak berlaku baik pada tamu. "Itu Saira udah kebasahan, masa dibiarin gitu."

"Nggak perlu, Tante. Tadi Gemi juga bilang gitu, tapi ini basah dikit kok. Nggak masalah," kata Saira membela Gemi. Tadinya Gemi memang menawarkan Saira untuk berganti baju saja, namun cewek itu menolak dan memilih mengelap badannya dengan handuk saja.

"Ganti aja ya, Ra. Itu kalau kamu pake baju basah gitu, terus kedinginan, besoknya sakit loh kamu." Bu Dinda seakan tak mau dibantah. "Gem, bawain Saira ke kamarnya Ghea gih. Masih ada kan bajunya kakak kamu di sana? Kasih aja sepasang."

"Tapi, Tante--"

Saira diam ketika melihat Bu Dinda segera mengangkat tangannya dengan telunjuk mengacung, sudah jelas menyuruh Saira diam saja dan lebih baik menuruti apa katanya. Akhirnya Saira pun menurut saja, dengan dituntun Gemi menaiki tangga menuju kamar Ghea.

"Kalau mbak mau sekalian mandi, boleh aja kok. Kamar mandinya sebelah sana," kata Gemi seraya menunjuk sebuah pintu di samping ranjang dan menyerahkan sepasang baju kakak kandungnya pada Saira. Kaos dan celana pendek selutut.

Begitu Gemi pergi dan menutup pintu, Saira memutuskan untuk mandi sekalian di kamar Ghea. Begitu selesai mandi, Saira terkejut ketika ia keluar dari kamar mandi, Gara justru berada di sana. Dengan posisi tidur miring dengan tangan memangku kepalanya. Cowok itu bersiul kala melihat Saira keluar hanya memakai handuk.

Langsung saja Saira masuk lagi ke dalam kamar mandi. Jelas saja itu mengundang tawa Gara. Sialnya, Saira meninggalkan baju gantinya di atas kasur.

"Kamu ngapain sih di sini?" tanya Saira dari dalam kamar mandi, yang jelas ditujukan pada Gara yang masih saja ketawa tak tahu malu.

"Kirain ada kuntilanak di kamar mbak Ghea saking lamanya nggak ditempatin. Oh, ternyata kamu toh di sini."

Saira berdecak mendengar jawaban ngelesnya Gara.

"Bilang aja mau ngintip."

"Ya enggaklah. Murahan amat gue ngintip-ngintip. Ini disuruh mama manggil kamu karena lama banget. Kirain cuma ganti baju, ternyata ikut mandi."

"Ya udah sih, keluar sana. Bentar lagi aku nyusul."

Gara pun beranjak dari kasur. "Oke." Namun dengan isengnya, ia memencet saklar lampu kamar mandi. Sehingga membuat Saira langsung menjerit panik lantaran di dalam sana mendadak gelap. Tentu saja hal itu membuat Gara ketawa puas sebelum melarikan diri sana.

***
Hujan sudah agak reda, menyisakan rintik-rintik gerimis. Saira bisa saja langsung pulang, namun ia kembali tertahan untuk makan malam di rumah Gara. Ini yang kedua kalinya, ngomong-ngomong. Hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang melengkapi latar suara di ruang makan.

Ketika pandangan Saira tanpa sengaja tertuju kepada Gara yang duduk di depannya, cowok itu tersenyum padanya. Membuat Saira buru-buru menunduk, dan fokus pada makanan di depannya.

Setelah makan malam selesai, Saira membantu Gemi untuk mencuci piring. Sedangkan Bu Dinda udah langsung ke ruang keluarga buat menonton sinetron yang bikin gemes ibu-ibu seantero jagad raya. Apa lagi kalau bukan sinetronnya mamas Aldebaran. Diikuti oleh suaminya yang setia menemani sang istri nonton, meskipun nggak niat-niat amat nonton sinetron.

"Tante, Om, Saira pamit pulang, ya."

Suara Saira yang tiba-tiba muncul di sela-sela menonton tipi, membuat bu Dinda langsung menoleh pada Saira.

"Dianterin Gara aja. Masih gerimis, Ra."

"Nggak papa, Tante. Aku bisa pake mantel kok."

"Ra, Ra... kenapa sih nolak terus kamu? Nggak boleh gitu, Sayang."

Seketika Saira menjadi tak enak hati mendengar teguran Bu Dinda. Dia memang seringkali terlihat sok-sok malu, padahal memang aslinya nggak mau ngerepotin.

"Dianterin sama Gara, ya. Motor kamu tinggal aja di sini, nggak bakalan hilang kok. Besok biar Gara pagi-pagi nganterin ke rumah kamu."

Akhirnya Saira pun mengalah. Ia mengangguk, dan mengambil tasnya. Kemudian salim kepada kedua orangtua Gara. "Saira pulang ya, Tante, Om."

"Iya, hati-hati."

Gara dengan senyum sumringah lantas mengikuti Saira menuju pintu keluar. Namun, ia menahan tangan Saira sebelum betul-betul masuk ke dalam mobil.

"Bentar, aku ambilin jaket dulu buat kamu. Nanti kedinginan loh."

"Eh, nggak us--"

Terlambat. Gara sudah pergi meluncur ke kamarnya buat mengambil jaket. Tinggallah Saira yang kini memijit jidatnya sambil geleng-geleng kepala. Ibu sama anak nggak ada bedanya ya, suka maksa.

Tak berapa lama, Gara muncul dengan jaket di tangannya. Ia sendiri pun sudah mengenakan jaket. Lalu tanpa menunggu persetujuan Saira, cowok itu langsung mengenakan jaket miliknya ke tubuh Saira. Persis seperti di film-film.

"Udah, yuk."

Saira yang tadinya terdiam, seketika merasa pipinya memanas karena mendapat perlakuan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.

Bersambung.…

Kalau Masih Cinta, Bilang (Selesai)Where stories live. Discover now