Bab 9

74.7K 6.5K 51
                                    

"Nih, daftar belanjanya. Jangan sampe ada yang nggak kebeli."

Mendengar titah sang nyonya rumah yang nggak bisa dibantah, dua prajuritnya langsung keluar rumah untuk melaksanakan perintah sang nyonya.

"Eh, bentar. Maskerku ketinggalan."

Gara berdecak ketika Gemi akan masuk lagi ke dalam rumah.

"Beli di sana aja sekalian," gerutu Gara, namun Gemi sudah sempat pergi ke dalam untuk mengambil maskernya.

Gara pun memutuskan untuk duluan masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian, Gemi pun datang.

"Sudah? Nggak ada lagi yang ketinggalan?" tanya Gara sebelum menyalakan mesin mobil.

Gemi mikir-mikir dulu. "Nggak ada deh."

"Yakin? Ntar di tengah jalan, malah putar balik lagi karena baru keinget."

Gemi mengangguk. Ia memasangkan pengamannya. Mobil pun melaju menuju ke salah satu mall. Pasalnya sang nyonya rumah harus pergi arisan dan menyuruh dua prajuritnya ini buat belanja bulanan yang sudah hampir habis.

Begitu sampai, mereka langsung tancap gas pilih - pilih barang pesanan nyonya. Pas lagi sibuknya lihat-lihat, Gemi seketika menepuk lengan Gara.

"Mas, lihat deh." kata Gemi, namun arah pandangnya tertuju bukan pada Gara. Melainkan ke depan, tepat pada sosok perempuan yang juga sibuk berbelanja.

"Lihat apa?"

"Itu mbak Saira, kan?"

Mendengar nama Saira, otak Gara langsung cepat nangkap. Ia spontan menoleh ke arah yang dituju Gemi. Meskipun perempuan yang nggak jauh dari mereka itu juga memakai masker, tapi Gara kenal betul bentuk tubuh Saira. Apalagi model rambut sebahu Saira yang membuat tidak asing di mata Gara.

Tanpa ba-bi-bu, Gara langsung berjalan menuju Saira, yang mana itu membuat Gemi seketika melongo. Ditinggalin begitu saja.

"Belanja nih ye."

Sapaan Gara pada Saira yang sudah ada di dekatnya, spontan membuat cewek itu langsung menoleh lantaran terkejut. Dia kira ada orang tak dikenal mau macam-macam, taunya malah Gara.

"Ngapain sih di sini? Ngikutin aku?"

"Dih. Mana ada. Aku ke sini juga belanja." Saira seketika menatap Gara dan sekitarnya. Tak ada keranjang belanja. Gara yang merasa peka akan pikiran Saira yang berpikir ia pura-pura belanja karena nggak pegang keranjang, langsung saja menunjuk ke arah Gemi. "Tuh, belanjaanku. Bareng Gemi."

Saira mencebik. Ia melihat ke arah Gemi, cewek itu langsung melambaikan tangannya. Membuat Saira seketika tersenyum. Gemi melangkah maju mendekati mereka berdu.

"Hai, mbak Saira."

"Hai, Gemi."

"Belanja apaan, mbak?"

"Biasa. Belanja bulanan."

"Wah, sama dong."

Kemudian mereka pun sibuk kembali pada barang belanjaan. Kebetulan pula Saira dan Gara barengan bayar ke kasir.

"Kamu langsung pulang?" Saira mengangguk, ketika Gara bertanya. "Makan dulu, yuk. Aku traktir deh."

"Ayo, mbak. Jarang-jarang loh kita bisa ketemuan di luar gini. Biasanya di rumah terus." Gemi menambahkan ajakan Gara, dan membuat laki-laki itu merasa menang karena punya pasukan.

Saira pun mengangguk. Ketiga sudah duduk di salah satu tempat makan khas lokal. Suasana di satu meja itu hening. Gemi sibuk berselancar di sosmed sambil cekikikan nggak jelas. Untuk menghilangkan rasa canggung, Saira pun ikut buka-buka isi handphone. Sedangkan Gara memangku dagunya sambil memandang sekitar, kadang lirik-lirik Saira.

Kalau Masih Cinta, Bilang (Selesai)Where stories live. Discover now