Bab 7

77.4K 6.8K 131
                                    

Gara mengaduh kesakitan sambil mengangkat-angkat satu kakinya yang menjadi korban injakan sepatu lima inci Saira. Mana tajam pula lagi itu ujung sepatunya. Sedangkan Saira sudah buru-buru kabur dari hadapan Gara, tak peduli sesakit apa injakan yang dirasakan laki-laki itu.

"Awas kamu ya, aku balas nanti."

Umpatan Gara malah dibalas dengan muka bodo amatnya Saira. Lalu setelahnya, Saira pergi melaju dengan motornya.

Gara berjalan sedikit tertatih menuju tempat parkir mobilnya. Seketika ia kaget melihat Nadia sudah bersandar di mobilnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ngagetin. Kirain kunti." Gara sambil mengelus-elus dadanya. "Ngapain di sini?"

"Pulang bareng."

"Calon suami lu mana? Tadi kan perginya bareng, kenapa pulangnya jadi beda?"

"Ada urusan dia. Entah deh, dia sok sibuk banget jadi orang."

"Kacian."

Nadia spontan menepuk pundak Gara karena diejekin, tapi cowok itu malah terkekeh.

"Gue bilang juga apa. Mending nikah sama gue, yang selalu ada buat lo."

"Dih, najis. Nikah sama yang gagal move on, bisa-bisa diselingkuhin ntar," ujar Nadia. Kemudian dia seakan teringat sesuatu. "Ngomong-ngomong, kapan lo pernah ketemu lagi sama Saira?"

"Oh itu… Saira jadi guru privatenya Gemi. Makanya dia sering ke rumah buat ngajar. Eh, malah nggak sengaja ketemu sama gue."

"Udah lama?"

"Hampir tiga minggu."

Nadia manggut-manggut. Mereka terdiam sejenak. Gara sibuk menyetir, sedangkan Nadia lagi mikir. "Saira kenapa ya, kek aneh gitu. Kayak ngehindar terus dari kita. Lo liat kan tadi, yang antusias pas ketemu itu cuma gue. Dia malah biasa aja. Sombong bener."

Gara hanya mengangkat bahunya. Ia juga merasakan kalau Saira benar-benar berubah. Sewaktu SMA dulu, Saira dan Nadia itu dekat sekali. Apalagi mereka duduk sebangku selama dua tahun. Bahkan lewat Nadia pula, Gara bisa jadian sama Saira.

Namun, setelah Gara dan Saira putus, cewek itu malah menjauh dengan alasan pengen fokus sama UN dan ujian masuk ke PTN. Bukan hanya komunikasi Saira dan Gara yang menjadi jarang, bahkan cewek itu pun seakan membatasi pertemanannya dengan Nadia. Hingga sampai Saira pergi ke Medan lantaran lulus di salah satu PTN di sana, mereka betul-betul putus kontak.

***
Gara menggoyang-goyangkan kakinya, lantaran sudah tidak sabaran untuk segera pulang. Bel pulang sudah berbunyi dua menit yang lalu, tapi guru biologi di depan kelas masih asik berceloteh. Nanggung, katanya.

Begitu guru itu betul-betul menyelesaikan pelajaran. Gara langsung berlari keluar kelas dan menuju ke lapangan belakang sekolah. Matanya mencari-cari tiap sudut, ia langsung tersenyum begitu melihat Saira duduk di bawah pohon ceri.

"Ra, udah lama?" tanya Gara begitu ia sampai di depan cewek itu. Ia ikut duduk di samping Saira. Tempat duduk itu terbuat dari marmer, sehingga Gara yang tadi agak kepanasan setelah berlari, seketika merasa adem. Ditambah lagi pohon ceri yang membuat mereka terlindungi dari sinar matahari yang pekat.

Kalau Masih Cinta, Bilang (Selesai)Where stories live. Discover now