Bab 1 - The Beginning

1.1K 103 14
                                    

This is original by Yojinssi

***

Kekalahan adalah awal mula dari rasa sakit.

Penampilan menarik, sopan santun, kepintaran otak, dan kreativitas. Beberapa orang merasa minder karena dinilai kurang dalam berbagai hal. Ada yang mereka ingin lakukan namun sulit menggapainya karena keterbatasan. Tapi apa yang dirasakan seseorang ketika memiliki keempat hal yang dapat menunjang kehidupannya di lingkungan sosial itu?

"Orang-orang kehilangan empati untuk keuntungan pribadi. Misalnya berniat menikah padahal belum dua bulan bercerai. Dasar gila, gila, gila."

Perkataan manis itu melengkapi suasana makan malam yang sudah dingin sejak awal. Tuan Lee Hae-Yun menaruh kedua alat makan di atas piring, pandangannya terpusat pada anak semata wayangnya.

"Lee Eun-Rin, jaga ucapanmu," tegur pria berambut yang sudah hampir memutih itu.

"Ini bahkan bukan zaman Jeoseon. Semua orang berhak beropini dan memperjuangkan opininya. Tidak ada yang salah dan benar di dunia ini terkecuali kau membayar mulut demi memperjuangkan asumsimu," cetusnya lagi, kali ini lebih menusuk dengan senyuman lebar yang rasanya dapat menghancurkan meja kayu di rumah mewah tersebut.

Wanita yang duduk di sebelah Hae-Yun menunduk tidak sanggup menampakkan wajahnya di depan anak perempuan berambut pendek cokelat terang itu.

"Eun-Rin, ayah mengajakmu makan malam bukan untuk membicarakan pembicaraan tidak jelas. Ayah ingin memperkenalkan ibu barumu dan berharap kau menerimanya mulai sekarang,"

"Dan juga anak tirimu?" Eun-Rin menunjuk ke sebelah kanannya, tepatnya ke anak perempuan berambut panjang hitam yang nampak sebaya dengannya.

Gadis itu juga tidak berani mengangkat wajahnya, ucapan pahit yang dilayangkan Eun-Rin bukan sekali-dua kali diucapkan dengan lantang tanpa diforsir lebih dulu. Pertemuan dirinya dengan Eun-Rin untuk kesekian kalinya ini bukan sebuah pertemuan yang bisa dibanggakan mau pun dikenang dengan kenangan yang baik.

"Lee Eun-Rin, kau!" Tuan Lee berdiri dan menggebrakkan meja hingga menimbulkan suara yang sangat keras.

Eun-Rin ikut berdiri dan membalas menggebrakan meja. "Kau pikir aku sudi makan malam dengan dua perempuan pelacur ini? Wanita yang duduk di sebelahmu adalah wanita yang sama menyakiti ibuku selama dua puluh lima tahun pernikahan kalian. Ibuku..., minum alkohol setiap hari untuk melampiaskan rasa sakitnya karena kau terus dibayangi cinta tidak masuk akalmu itu, Lee Hae-Yun!"

"Hentikan! Kau tidak mengerti!"

Eun-Rin mendengus. "Apa yang perlu kumengerti, Tuan Lee terhormat? Kau tidak tahu betapa menderitanya ibuku, kau buang dia seperti lepehan sampah, dan kini kau ingin menikah lagi. Kau yang tidak mengerti, brengsek. Kata siapa orang dewasa paling mengerti dunia? Justru mereka kekanakan, dan bodoh, seperti dirimu!"

Tamparan keras membentur pipi kiri Eun-Rin hingga sudut bibirnya menimbulkan darah.

"Hae-Yun, ku mohon hentikan!" pekikan histeris dilayangkan wanita berwajah polos yang terkejut atas perlakuan Tuan Lee kepada anak kandungnya sendiri.

Gadis di samping Eun-Rin terhenyak di tempatnya duduk, seluruh tubuhnya bergetar hebat melihat apa yang terjadi di depan matanya.

Eun-Rin menatap gadis cantik di sebelahnya dengan sorotan mata yang tajam. "Aku akan membalas rasa sakit ini sedalam dan semengerikan mungkin. Sampai kau bisa merasakan perih sayat demi sayat pisau di kulitmu sampai habis," desisnya. Gadis di sampingnya mengerjapkan matanya berulang kali, ia berhenti bernapas ketika mendengar gumaman yang mencengkam hati siapa pun yang mendengarnya.

Sweetest LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang