8. Diculik beneran

1.3K 351 24
                                    

Jaemin, Renjun, dan Haechan berdiri membelakangi Brelin. Menjadikan diri mereka sendiri sebagai benteng untuk teman perempuan mereka yang hampir saja dibekap menggunakan sebuah sapu tangan yang Renjun yakini ada sebuah bius yang bisa membuat Brelin seketika pingsan, jika terkena sapu tangan tersebut.

Brelin mengusap tengkuknya, baru saja ia melangkah. Tapi sebuah kejadian sudah hampir menimpanya.

"Lin, sekarang pake rencana B," ujar seseorang yang dari suaranya sepertinya adalah Jeno.

Suara yang muncul dari sebuah alat yang dimasukkan di dalam telinganya. Brelin dengan ragu menepuk baju Jaemin yang lebih tinggi darinya. Tepukan itu membuat Jaemin mengerjap lalu menoleh ke belakangㅡdi mana Brelin berada. Lalu mengangguk.

Brelin membalikkan badannya berjalan ke arah lain. Ini mungkin membuat sebuah resiko besar tapi apa boleh buat. Jika tidak ada yang dikorbankan korban-korban semakin banyak.

Haechan dan Renjun sendiri sudah menarik badut itu untuk berdiri.

"Ngaku!! Lo siapa?!" tanya Renjun dengan membentak.

Sudah amat geram. Orang berpakaian badut itu sendiri meringis sambil mencoba mengikuti tarikan Renjun dan Haechan.

"Lo!! Ngapain ngikutin temen gue?! Ngaku!!" bentak Haechan.

Jaemin menahan tawa melihat ekspresi temannya itu yang terlihat mencoba memberikan ekspresi garang. Lalu menoleh ke belakang, di mana punggung Brelin semakin mengecil dengan seiring jarak yang semakin jauh.

"Sss... gue cuman disuruh," ujar orang dibalik kostum badutnya itu.

Jaemin mengernyit, "disuruh? Maksud lo?"

Renjun berdecak, "udah Jaem langsung bawa aja ke ruangan. Chan buruan ikutin Brelin."

Di sisi lain perasaan Brelin semakin tidak tenang bercampur tidak enak. Ia yakin sebentar lagi orang-orang itu akan segera menangkapnya jika ia terus berada di jalanan yang amat lengan ini. Tujuan Brelin sekarang adalah menuju rumah Jaemin yang memang masih agak jauh. Lelaki itu sudah menjelaskan perumahan tempat tinggal dia berada.

Ia juga bisa merasakan dua orang dengan motornya sudah memantau dari jauh. Kamal dan Jisung. Agak sedikit tenang kalau sudah mengingat ada seseorang yang menemaninya walaupun jarak amat jauh ini.

Tapi baru saja ketenangan ia rasakan. Sebuah mobil berwarna putih bertuliskan ambulance berhenti di sampingnya. Brelin mengernyit mulai was-was. Gadis itu menjauhkan diri.

Tak berselang lama seseorang keluar dari pintu sebelah kananㅡpintu supir berada. Lelaki dengan tubuh tegapnya dengan masker hijau dikenakan berjalan pelan menuju Brelin berada.

Brelin meneguk salivanya susah payah dan membalikkan tubuh siap berlari. Namun sebelum kakinya cepat pergi, sebuah tangan besar menarik tangannya.

"Mm... dek mau ke mana? Saya cuman mau nanya," ujar seseorang itu.

Brelin mengernyit dan membalikkan badannya untuk mencoba melepas tangan besar itu dan melihat orang yang menariknya. Orang tersebut yang merasa tatapan takut dari Brelin segera melepas tarikannya.

"Eh, maaf, gini... saya lagi cari alamat rumah orang yang meninggal. Katanya rumahnya gak jauh dari sekolah NEO DREAM, kebetulan saya liat seragam adeknya kayaknya dari sekolah itu. Boleh nanya gak alamatnya di mana, bentar saya ambil dulu kertas alamatnya," ujar lelaki tersebut.

Brelin sendiri tak dapat mendengar suara batin orang itu, membuatnya sedikit terheran dan bingung bagaimana ia tahu tujuan orang tersebut jika suara batinnya tidak terdengar sama sekali. Ia mencoba untuk tetap tenang. Mungkin memang lelaki itu benar-benar berniat bertanya.

🅓🅔🅣🅔🅒🅣🅘🅥🅔 🅝 🅓;NCT DREAM(ot6) ft HueningkaiWhere stories live. Discover now