CHAPTER 15

293K 40K 13.8K
                                    

SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA COMMENT DISETIAP PARAGRAF💬

[CHAPTER 15 - BUKAN KABAR BAIK]

"Dia terlalu kuat untuk disebut manusia lemah."
Atlas Danadyaksa Zeeshan

Tubuh Skala menegang menatap Rhea yang terbujur kaku diaspal jalan yang panas. Darah mengucur dari kepala cantik gadis itu karena terlalu keras membentur aspal.

Beberapa orang datang mengerubungi Rhea, beberapa pejalan kaki  berteriak histeris melihat kecelakaan itu, bahkan ada beberapa pengendaran yang menghentikan kendaraannya untuk menolong Rhea. Pelaku penabrakan gadis itu malah kabur melarikan diri, beberapa orang mencoba mencegahnya tapi mereka gagal.

"Bawa kerumah sakit!" Intrupsi salah satu pejalan kaki.

Skala masih terdiam ditempat, tak ada niatan untuk mendekati Rhea atau menolongnya. Ia hanya mengamati dalam diam, wajahnya masih tetap datar walaupun awalnya sedikit syok, garis bawahi hanya sedikit.

Setelah melihat banyaknya penolong yang menangani Rhea, Skala memilih menaiki motor yamaha xride-nya. Lalu ia memacu motornya menjauhi Rhea, ia masih tidak peduli akan keselamatan gadis itu bahkan khawatir dan merasa bersalahpun tidak. Lagipula sudah ada banyak penolong, jadi dirinya tak perlu repot-repot mengurusi gadis menyusahkan itu bukan?

Seseorang disebrang jalan menatap punggung Skala yang mulai menjauh dengan tatapan tajam, matanya syarat akan kemarahan, rahangnya mengetat menahan emosi yang siap meledak-ledak.

Atlas, lelaki itu sedari tadi mengamati interaksi antara Skala dan Rhea. Ia melihat bagaimana kasarnya Skala membuang hadiah dari Rhea, lalu bagaimana Skala mendorong Rhea kejalan dan membuat gadis itu tertabrak mobil.

Atlas berlari menerobos jalanan, persetan jika dirinya tertabrak. Tatapan lelaki itu tetap terfokus pada Rhea yang sudah dikerubungi beberapa penolong.

Sesampainya Atlas didekat Rhea, lelaki itu sedikit menyingkirkan beberapa penolong yang menghalanginya untuk melihat kondisi Rhea dengan jelas.

"Awas!" Suara serak dan berat milih Atlas mengintrupsi para penolong.

Atlas langsung berjongkok dan menggendong Rhea ala bridal style, tatapannya terpaku pada wajah cantik Rhea yang penuh dengan luka, ditambah ada darah yang mengalir turun dari kening mengenai pipi tirus gadis itu.

Atlas mengeratkan gendongannya, kepala Rhea tersandarkan dibahu kokoh lelaki itu membuat darah dikepala Rhea mengenai baju seragam putih Atlas.

"Cari taxi!" Seru Atlas sedikit berteriak.

"Naik mobil saya saja, mas." Salah satu pengendara laki-laki berbaik hati menawarkan tunggangan untuk Atlas dan Rhea.

Tak ingin berlama berbasa-basi, Atlas langsung melangkah menuju mobil. Ia memasuki mobil dengan perlahan, takut jika kepala Rhea terbentur.

Ketika Atlas sudah terduduk tenang dimobil dengan Rhea digendongannya, pengendara tapi langsung memacu mobilnya menuju rumah sakit terdekat.

Ditengah perjalanan Atlas tak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah Rhea. Bibir gadis itu nampak pucat dengan mata yang terpejam damai.

Jari-jemari Atlas terangkat menyelipkan anak rambut Rhea yang berlumur darah kebelakang telinga. Atlas sadar, Rhea sangatlah cantik jika dipandang dari dekat seperti ini.

Sayang sekali gadis secantik ini selalu mendapatkan kekerasan fisik dari ayah kandungnya sendiri.

Tak lama kemudian, mereka sudah berada dipelataran rumah sakit. "Mas sudah sampai, apa perlu saya hantar sampai dalam?" Tanya pengendara tadi.

LEIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang