CHAPTER 13

284K 36.5K 7.5K
                                    

LEIDEN GANTI COVER🎊
APAKAH KALIAN SUKA?

SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA COMMENT DISETIAP PARAGRAF💬

[CHAPTER 13 - DIA SEORANG PEMBUNUH]

"Beberapa orang ada yang menerima pelajaran hidup yang keras lalu segera belajar menjadi orang yang lebih baik lagi."
Rhea Gilda Nagendra

Vania melangkah memasuki kamarnya dan Faizan dengan membawa secangkir kopi hitam ditangannya. Netranya menelusuri setiap sudut kamar namun Faizan tak nampak disana.

Bau asap rokok dari arah balkon masuk keindra penciuman Vania dan saat itu juga Vania bisa menebak jika Faizan ada disana.

Kaki Vania ia ayunkan melangkah ke balkon, dan disana terlihat Faizan tengah duduk sembari merokok. Beberapa kancing atas kemeja sang suami itu nampak terbuka, jas hitamnya sudah tersampir ditangan sofa yang ada di balkon. Dengan langkah yang anggun Vania mendekati sang suami.

"Mas ini kopinya," ujar Vania sembari meletakkan kopi hitam dimeja. Wanita berusia tiga puluh sembilan tahun itu ikut duduk disamping sang suami.

Faizan mengetuk ujung rokoknya pada asbak, ia menghisapnya lagi lalu mengeluarkan asap-asap yang ia hisap keudara.

"Apa tadi pagi kamu memberi Rhea sarapan, Vania?" Suara bass Faizan mengalun indah ditelinga Vania.

"Enggak mas," jawab Vania lirih.

"Bagus. Anak sialan itu memang harus diberi pelajaran," gumam Faizan lalu kembali menghisap rokoknya.

Beberapa saat diantara mereka hanya ada keheningan. Hingga akhirnya Vania membuka suaranya. "Mas," panggil Vania.

Faizan menoleh, "Apa?"

Vania nampak ragu namun tak urung ia mengatakan sesuatu yang selama ini ia pendam. Bahkan mungkin sudah bertahun-tahun lamanya.

"Kamu mau sampai kapan memperlakukan Rhea kaya gini?" Tanya Vania lirih.

Tatapan Faizan seketika menajam seakan menghunus Vania. Wanita itu langsung menunduk tak berani menatap manik sang suami.

"Kenapa kamu bertanya begitu Vania? Asal kamu tau, aku akan melakukan ini kepada Rhea selama ia masih hidup! Tidak akan aku biarkan dia hidup dengan tenang!" Balas Faizan dengan meninggikan suaranya.

Dengan memberanikan diri Vania mendongak. "Rhea nggak salah apa-apa mas. Dia dulu cuma bayi kecil yang lemah. Dendam kamu ini nggak akan ada gunanya. Semua udah menjadi garis tangan Tuhan, mas." Jelas Vania dengan intonasi rendah namun terdengar tegas.

Faizan membuang rokoknya sembarang arah. Lelaki itu lalu bangkit dari duduknya. "Sekarang kamu sudah berani menceramahi aku, Vania. Asal kamu tau jika bayi kecil yang kamu anggap lemah itu sudah bunuh seseorang!"

"Dia pembunuh Vania! Kelahirannya pembawa sial!" Imbuh Faizan menggebu-gebu.

Vania ikut bangkit dari duduknya. "Tapi mas perbuatan kamu udah kelewat batas," wanita itu masih mencoba menyadarkan Faizan jika perbuatannya selama ini salah.

"Sejak kapan kamu peduli dengan anak itu Vania? Dan tadi apa kata kamu? Kelewat batas? Biar aku perjelas lagi jika anak itu pembunuh Vania!" Ujar Faizan meninggikan lima kata terakhir.

"Tapi mas-"

Faizan mengangkat sebelah tangannya, mengitrupsi agar Vania berhenti bicara. "Diam Vania. Dia anakku bukan anakmu jadi aku berhak melakukan apapun padanya. Dan jangan pernah coba pedulikan dia!" Tekan Faizan lalu ia pergi meninggalkan Vania.

LEIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang