42. Panen Novel dan Insiden Cicak 💤

Mulai dari awal
                                    

Waktu berjalan. Misya mulai menopang dagu di atas meja. Tanpa disadari, Misya terus mencuri pandang ke arah Jeno. Hatinya mulai berbisik kecil.

Jeno itu orangnya cakep, tinggi, pekerja keras, baik, dan selalu ada di saat gue butuh. Cowok kayak gini lo mau cari kemana lagi, Sya?

Misya menggeleng untuk membuyarkan lamunan.

Jeno yang stand by di kasir menguap lebar. Misya yakin cowok itu semalam pasti pergi balap motor sampai subuh hari karena ditolak Misya.

Sesungguhnya Misya tidak tega untuk menolak Jeno, akan tetapi saat ini ia memang belum siap untuk menerima cowok baru.

Jeno menampilkan senyuman pahit ketika matanya berpapasan dengan mata Misya. Semakin cowok itu tersenyum kepadanya, Misya semakin merasa bersalah.

Misya menghela napas. Kenapa rasanya ia akan kehilangan Jeno? Bagaimana kalau Jeno jadi menjauhinya karena ditolak? Entahlah, Misya merasa tidak rela harus kehilangan seorang sahabat.

Misya jadi malas untuk beraktivitas. Mood kerjanya juga menghilang. Kulit bawang putih yang tengah ia kupas di meja sudah terlantarkan sekian lama. Ah, sudah deh .... Mumpung lagi tidak ada pengunjung restoran, Misya ingin membaca Wattpad. Ia mengeluarkan ponsel dan ternyata ada chat yang masuk.

Kulkas

Hei
Lihat ke depan

G

Buru

G

🤨

P
P
P

Berisik kayak dugong!

Lihat ke belakang klo gitu

G
Lagi bete

Kenapa hm?

Males

Gue hibur

Baru saja Misya ingin mengetik balasan, sudah ada tangan menoel bahunya berkali-kali secara tidak santai membuat Misya spontan menoleh. "Siapa sih an--"

Misya memotong pembicaraan sendiri karena sudah ada novel Septihan menyambutnya. Mata Misya berbinar seketika. Detik berikutnya bibir Misya melengkung. Ajaib! Rasa bete Misya hilang dalam sekejap. Moodboster sekali ngelihat novel Septihan.

Baru saja Misya ingin meraih buku itu, akan tetapi bukunya sudah diumpetin oleh Benny ke belakang punggung.

"Bukan buat lo," cetus Benny.

"Ha? Jadi mau pamer doang?" cibir Misya kembali bete. Ia pikir Benny akan meminjamkannya novel Septihan.

Benny tidak menjawab. Cowok itu ambil duduk di hadapan Misya. "Pesan ayam bakar."

"Gak mau jualin ke lo," balas Misya songong, sedikit pembalasan untuk Benny yang hanya memamerkan novel Septihan.

"Laper."

After Being Happy, Then? [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang