Agatha pun memegang kepalanya, ia merasa pusing. Tadi ia memejamkan mata karena telinganya yang tiba-tiba berdengung. Ia sama sekali tidak berharap Zio menciumnya. Hei sejak kapan Agatha berfikiran mesum, itu sama sekali bukan dirinya.

"Dasar murahan ngarep banget sama Zio."

"kasian yang diterbangin eh di hempas gitu aja."

"Nasib-nasib haha."

Cibiran demi cibiran terdengar di telinga Agatha, bahkan sangat terdengar. Ia pun bergegas ke kelasnya lalu duduk di kursi dan menenggelamkan wajahnya pada lengannya dimeja. Verra yang melihat kejadian dikoridor tadi pun merasa prihatin. Ia fikir Agatha memang menyukai Zio, ia merasa prihatin pada Agatha karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Huh dasar Verra.

"Tha guru udah masuk," ucap Verra lembut. Agatha terbangun dan mengikuti pelajaran dengan pikiran yang kosong.

..

Seorang lelaki sedang berjalan bersama kedua sahabatnya, ia sedari tadi memikirkan apa yang sudah ia lakukan pada gadis yang telah memenuhi pikirannya akhir-akhir ini. Ia melakukan kesalahan. Mengapa ia bersikap seperti itu pada Agatha? Sisi gelapnya selalu muncul saat ia sedang kalut. Ia menyesal telah berkata kasar pada Agatha.

Lelaki berkaca mata yang tengah berjalan tergesa-gesa dengan se cup es teh manis di genggamannya itu terjatuh karena tersandung oleh kakinya sendiri lalu tak sengaja menabrak seseorang dan menumpahkan cup nya ke seragam Zio. Yang melihat adegan itupun hanya bisa diam dan prihatin dengan lelaki cupu itu.

Zio tersentak, sesuatu yang dingin dan basah. Ia melihat ke arah seragamnya yang sudah basah dengan es teh manis itu. Lalu menatap sang pelaku dengan tatapan mematikan.

"Lo gak punya mata?! Jalan tuh yang bener!" Bentak Zio.

"M---maaf K--kak Zio, saya g--gak sengaja," ucap lelaki itu yang sudah menunduk dan ketakutan itu meminta maaf.

"Oh jadi lo kelas 10, sekarang lo berlutut," Aldo dan Gavin pun hanya menonton saja tanpa niat membantu lelaki itu. Begitu pula para siswa yang sudah berkumpul untuk melihat kejadian di koridor ini, hanya menonton tanpa niat untuk menolong.

Lelaki berkacamata itu pun dengan ragu mulai menunduk.

"Cepet!" Sentak Zio.

Lelaki itu pun dengan cepat berlutut.

"Minta maaf!"

"S-saya min--minta maaf kak," ucap lelaki itu terbata.

"Bagus. Tapi minta maaf aja itu gak cukup bro."

"Udahlah Yo biarin aja, mending kita ajak mabar aja!" ucap Gavin yang membuat secercah cahaya menghampiri lelaki berkacamata itu. Lelaki itu menatap Gavin penuh harap agar dapat menolongnya. "Mabar,,, main berantem kuy! Gelut biasa gelut."

Dan cahaya yang menghampiri lelaki itu pun perlahan hilang karena percuma jika ia mengharapkan pertolongan dari seorang Gavin. Dia sama saja dengan Zio, sama-sama penindas.

"Sekarang lo bersihin seragam gue. Gue gak nerima penolakan, cepet!" Ucap Zio menuntut. Lelaki itu hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan Zio. Lelaki itu mengeluarkan sapu tangannya. "Bersihin pake mulut lo!"

"Seriously Zio? Lo mau seragam mahal lo terkontaminasi oleh liur dia?!" tukas Aldo dengan nada mengejek.

"Gue bisa beli lagi, cepet bersihin!" Balas Zio mengedikkan bahunya.

"Up to you."

Lelaki itu hendak melakukan apa yang Zio suruh, namun sebelum itu lagi-lagi Arka menggagalkan rencananya.

ICE GIRL (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang