2. LELAKI YANG KATANYA MANDUL

Start from the beginning
                                    

"Sepuluh ...." Kiran berkata, bersamaan dengan hitungan mundur yang terdengar di teve. "Sembilan ...."

Zayn mengerutkan kening, dadanya berdebar. Ada rasa haru juga yang tetiba menyergap dirinya. Mungkin, itu juga yang ada di pikiran Kiran saat ini. Terharu. Tangannya yang sejak tadi mengusap kepala Kiran, berubah haluan menjadi mengusap air mata yang jatuh.

Mata keduanya masih berpandangan dengan lekat. Kiran menghetikan hitung mundurnya pada menit keenam, dan membiarkan suara announcer pada teve yang melanjutkan.


Tiga ....

Zayn merogoh saku jaketnya, bersiap dengan kejutan tahun baru.

Dua ....

Digenggamnya cincin. Berharap agar kesedihan istrinya berubah jadi bahagia, dengan hadiah pemberiannya nanti.

Satu ....

Zayn buru-buru hendak menarik tangannya keluar dari saku. Namun, amplop cokelat yang sejak tadi berada di pangkuan Kiran, lebih dulu disodorkan sang istri ke hadapannya.

Lelaki itu menatap amplop dengan kaku, sekaku genggaman yang urung ditariknya dari saku.

"Ini ... apa--"

"Kita," Kiran mengusap kasar air matanya sendiri dengan punggung telapak tangan, "cerai."

Sungguh demi apa pun. Ada cangkang yang retak di balik dada Zayn. Malam ini dia baru tahu, kalau kematian tidak perlu raga yang ditimbun di dalam tanah. Kalau kematian hanya perlu dirasa saat mendengar satu kata ... cerai.

"Kenapa?" Zayn masih coba bertahan, mengurai rasa terkejutnya.

"Karena kamu ... tidak bisa membuahi. Mandul. Makanya, kita pisah ...." Meski dengan suara serak di sela tangis, Kiran mengucapkan alasannya dengan lancar, tanpa ragu.

Sementara Zayn, dia merasakan mati dua kali malam ini, bersamaan dengan suara kembang api dan petasan yang gempita di layar teve.

***

"Emangnya lo udah pernah periksa?" Hans--teman yang sekalian pengacara seorang Zayn--bertanya dari seberang meja kerjanya.

Zayn yang kepalanya menunduk hingga kening menyentuh meja, mengangguk. Membuat kening itu terantuk-antuk di lapisan kaca meja. Keputusannya masuk kantor hari ini demi menyibukkan diri rasanya sia-sia.

"Beneran mandul?" Hans mengamati berkas pengajuan cerai di tangannya, lalu melirik ke arah Zayn.

Zayn menengadah, membiarkan dagunya yang lekat di kaca meja kali ini. "Lo butuh informasi apa aja?" Mata tajamnya mengerjap. Dia tidak menangis, matanya tidak bengkak. Tetapi, orang yang mengenalnya pasti tahu, bagaimana sorot mata itu sedang memancarkan kesedihan mendalam.

Hans menghela napas, meletakkan berkas ke meja dan menyandarkan tubuh. Tangannya dilipat di atas perut, dan mata berbulu tebal itu memandang sahabatnya dengan iba.

"Lo mau gue bikin lo balik sama Kiran, apa benar-benar lepas?" tanya Hans.

Zayn menghela napas, kemudian menunduk lagi. Membiarkan keningnya kembali rapat dengan dinginnya meja.

FROM A TO Z, I LOVE YOU - (COMPLETED - TERBIT)Where stories live. Discover now