Wkwkwk setelah author kenalan ama dia, ternyata doi anak motor dongs

Maaf, part ini banyak kata kasar.


💤💤💤

Gedeg!

Itu yang Kenny rasakan saat ini. "Ngel, kalau bukan karena kamu telepon, aku dari tadi udah maju samperin mereka."

"Maaf, Kak Ken. Hehe." Angel hanya menampilkan raut polosnya seolah tidak tahu apa yang terjadi. Kenny menghela. Ia tidak bisa marah kalau Angel sudah begini.

Kenny dan Angel kini tengah berada di taman menyaksikan kepergian Misya dan Jeno. Mereka mengikuti Misya dan Jeno hingga ke parkiran. Kenny mengepalkan tangan erat di saat Jeno memasangkan Misya helm.

"Mereka tampak serasi ya, Kak," celetuk Angel membuat suasana semakin panas.

Kenny sudah tidak tahan emosi lagi. Ia ingin sekali maju, dan meraih Misya pergi dari Jeno. Namun, Angel mencekal tangan Kenny. "Tahan, Kak Ken. Jangan lupa sama apa yang Angel bilang. Kak Misya itu butuh dekatin teman kerjanya lagi supaya bisa kembali kerja di restoran."

Iya. Kenny menceritakan kepada Angel apa yang ia lihat di taman tadi terkait Misya menyenderkan diri di bahu Jeno. Angel bilang Misya butuh caper ke teman kerjanya supaya bisa kembali kerja di tempat Pak Rasyid. Kenny percaya. Ia mencoba memaklumi Misya, akan tetapi ia tidak dapat menahan emosi lagi. Apalagi Misya kini sudah naik ke atas motor, dan tangannya melingkari tubuh Jeno.

"Persetan sama kerjaan! Masih ada banyak di luar sana! Aku gak bisa lihat Misya dibonceng cowok lain lagi." Kenny mengacuhkan Angel. Cowok itu jalan tergesa-gesa ke arah Misya dan Jeno.

BRUUUM!

Telat! Motor telah melesat pergi, hanya dempulan asap yang menerpa wajah Kenny serta bayangan Misya memeluk Jeno dari belakang.

Sungguh patah hatiku.

💤💤💤

"AAAA!!" Misya berteriak histeris di sepanjang jalan, mencubit perut Jeno berkali-kali kemudian kembali memeluknya. "Gapapa ya Jen gue meluk lo. So--soalnya gu--gue trauma dibonceng orang." teriak Misya di atas motor. Angin menerpa wajahnya. Jantung Misya terasa naik turun apalagi Jeno membawa motor seperti orang kesurupan.

"Ha?" Jeno membuka kaca helm supaya dapat mendengar suara Misya dengan jelas.

"Gue bilang kalau gue itu trauma dibonceng orang!" Misya mengeratkan pelukan, memejamkan mata erat.

Kalian jangan salah paham. Misya bukan lagi modus. Ia memeluk jeno, karena trauma pernah jatuh dari motor. Biasanya Misya lebih memilih untuk naik angkot atau bus ketimbang naik motor karena ini alasannya. Jikapun Misya naik motor, ia yang akan bawa motornya. Misya takut dibonceng orang.

Tadi itu Misya sempat menawarkan diri untuk bawa motor Jeno saja, akan tetapi Jeno tidak bersedia dibonceng cewek.

Baiklah. Anggap saja hari ini hari yang spesial, karena Jeno sudah menghiburnya. Misya tidak enak hati untuk menolak Jeno yang dari tadi menawarkan tumpangan ke restoran. Jadi, mau tidak mau Misya dibonceng oleh Jeno.

"Oh iya, gue pelanin nih." Jeno mengurangi kecepatan motor. Sungguh cowok yang peka. "Peluk yang erat, Sya."

"I--iya." Misya menenggelamkan wajah di balik punggung Jeno sembari memejamkan mata, berdoa supaya cepat sampai tujuan.

After Being Happy, Then? [TERBIT]Where stories live. Discover now