Bulan Madu

527 26 6
                                    

Helena telah melupakan kejadian tadi pagi yang menyakiti hatinya. Yang benar saja perempuan baik-baik sepertinya disebut tidak perawan oleh suaminya sendiri. Menurut Helena itu merupakan sesuatu yang tidak terhormat dan telah menyakiti hatinya sampai-sampai Helena menangis dua jam tiada henti di kamar mandi.

       Yah, suaminya Sean memang lelaki yang bajingan dan tidak tahu malu plus sangat-sangat menyebalkan.

        Tepat pukul sepuluh pagi Helena telah cantik dengan blouse warna khakinya yang sangat cocok di kenakan Helena.

      "Emmm, honey maafkan aku tentang kejadian tadi pagi oke, aku hanya cemburu dengan Leon yang memenangkan Hatimu," ucap Sean memecahkan keheningan diantara keduanya.

        "Aku sudah memaafkan mu Sean, ahh lupakan saja." jawab Helena dengan malas.

      "Kau mau sarapan apa honey, ahh kita makan di restoran faforitmu saja bagaimana terus kita langsung pulang,"

       "Maksudmu, kita pulang kemana Sean"

       "Kau mau pulang kemana honey, ke apartemenku atau mansionku, atau kalau kau mau kita bisa tinggal di hotel ini hemmm,"

       "Terserah kau saja, Sean,"

        "Tidak bisa begitu honey, sekarang prioritasku adalah kamu atau kau ingin aku membangunkan  rumah impian untuk kita tinggali bersama keluarga kecil kita honey,""

       "Ah kau ini suka sekali  menghambur-hamburkan uangmu, aku tahu kau kaya raya tapi tidak seperti itu cara menghabiskan uangmu, kau tahu Sean mungkin kita beruntung dengan kekayaan yang berlimpah tapi di satu sisi ada orang yang tidak bisa makan bahkan secuil rotipun,"

         "Bukan begitu honey, tapi aku ingin membahagiakanmu, karena kamu ratuku oke,"

        "Terserah anda Tuan Rodriguez yang terhormat,"

        "Baiklah kita sarapan di restoran faforitku yang aku yakin kau suka dengan menunya dan kita langsung ke bandara oke,"

       "Bandara, untuk apa kebandara Sean,"

       "Untuk bulan madu, honey"

        "Kenapa harus dadakan, ahh aku belum siap-siap lagi pula, maaf kita tidak akan melakukan itu bukan, aku belum siap Sean, sungguh,"

        "Tidak honey, aku tahu kau belum mencintaiku aku takkan minta hakku sebelum kau benar-benar mencintaiku, untuk bulan madu ini, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu layaknya pengantin baru,"

    "Ah Sean, maafkan aku yah, aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu,"

  "Tak apa Honey, aku tahu itu, kita bisa memulainya dari awal sebagai teman, mungkin lama-lama perasaanmu akan tumbuh, aku bisa sabar menunggunya,"

  "Terimakasih, Sean sudah mau mengerti perasaanku, maafkan aku yang belum bisa membalas perasan tulusmu," ucap Helena dengan rasa bersalahnya.



     Didalam jet pribadi milik Rodriguez corp alias milik Sean, sepasang suami istri yang baru menjalin ikatan suci pernikahan itu saling diam dan suasana pun sunyi tak ada yang mengawali perbincangan pun.

    "Tidurlah Helena, aku akan membangunkan mu jika telah tiba nanti,"

      "Sebenarnya kita mau kemana Sean, jangan membuatku penasaran oke," ucap Helena dengan kesal.

      "Rahasia, honey,"

       "Kau ini, terserahlah aku mau tidur saja,"

        "Silahkan my Queen," jawab Sean dengan senyum yang tulus kepada istri tercintanya

        Beberapa Jam Kemudian, Jet pribadi milik Rodriguez corp tiba di bandara, yah mereka bulan madu di pulau Bartolome, pulau kecil milik pribadi yang di beli Sean sebulan lalu karena langsung terpana dengan keindahan perpaduan warna biru dan hijau yang sangat indah di tambah perpaduan warna hitam dari lava teluk Sullivan yang berhasil memanjakan mata siapapun. Pulau ini benar-benar masih sangat alami jarang tersentuh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab.

       "Honey, bangun kita sudah sampai,"

       "emmmm, jadi dimana kita Sean,"

        "Buka matamu my queen, lihatlah sendiri,"
         Helena dengan malas membuka mata indahnya untuk melihat pemandangan yang indah dari balik jendela jet. Walaupun Pulau Bartolome milik pribadi, Sejak Sean membeli Pulau tersebut, Sean langsung membangun fasilitas-fasilat yang memudahkannya ketika ingin berkunjung ke Pulau kecil nan indah itu.

     Dari balik kaca jet pribadi Sean pun, Helena dapat melihat dengan jelas pemandangan indah nan asri Pulau Bartolome ditambah dengan kicauan burung-burung yang seakan-akan menyambut tuannya datang.

      "Wah Sean, ini indah sekali," ungkap Helena dengan takjub

       "Kau menyukainya my queen,"
      
        "Tentu saja, ini benar-benar indah Sean, apakah aku berada dalam mimpi jika benar aku dalam alam mimpi tolong jangan bangunkan aku, aku mohon Sean," ucap Helena tanpa sadar dengan keterkejutannya dengan Pulau Bartolome.

         "Tidak, honey kau benar-benar dalam alam nyata, Pulau ini untukmu, hadiah pernikahan untukmu dan tempat berlibur dan bersantai kita dan anak-anak kita nanti, oke"

         Helena memandang sendu Sean, pasalnya Sean terlalu berharap hubungannya benar-benar layaknya sepasang suami istri yang benar-benar menikah karena saling mencintai, tapi nyatanya hanya ada satu hati yang mencintai. Yah Helena masih sangat mencintai Leon, mantan calon suaminya sekaligus kakak kandung Sean yang sekarang berada di tempat yang tidak di ketahuinya.

            "Ah Helena, aku tahu ini mungkin mengganggu hatimu, tapi aku benar-benar mencintaimu, tak apa aku mengerti dengan tatapanmu, aku hanya berharap yang suatu saat nanti akan menjadi kenyataan, kita saling mencintai dan mempunyai keluarga kecil yang harmonis," ujar Sean memecahkan kecanggungan mereka.

         Helena sungguh merasa bersalah pada Sean, karena belum dapat membalas cinta tulus pria itu, entah karena apa Helena menjatuhkan bulir-bulir bening dari mata biru indahnya. Buliran itu meluncur tak tahu malu dan semakin deras dan menimbulkan isakan yang cukup keras dari mulut Helena.

        "Maaf," ucap Helena dengan terisak

        "Kau tidak bersalah honey,"

        "Tapi karena ku, kau harus menikah denganku yang belum bisa membalas cintaimu, aku benar-benar minta maaf Sean,"

      Sean tak kuat melihat wanita yang di cintainya sepenuh hati ini menangis karenanya, hatinya pedih dan tersayat, Sean langsung mendekap Helena kedalam pelukannya dan Helenapu menerima pelukan hangat dari Sean, suaminya.

  "Kumohon, Honey jangan menangis, hatiku ikut sakit,"

       Helena tak membalas tapi semakin terisak di dalam pelukan hangat Sean. Lelah menangis Helena tanpa sadar mulai tidur dalam pelukan suaminya.

    "Manis sekali saat tidur kamu honey, walaupun matamu bengkak dan wajahmu merah semua sisa-sisa tangisanmu tadi, kumohon jangan menangis lagi honey, hatiku tak akan kuat untuk melihatnya,  kuharap ini tangisanmu untuk yang terakhir kali, jika aku membuatmu menangis dalam kesedihan lagi mungkin aku tak dapat memaafkan diriku sendiri," bisik Sean dalam telungana istri cantiknya

       Helena yang memang putri tidur tak merasakan apa-apa saat Sean membisikinya dan menciymnya dalam, Helena hanya menggeliat mencari posisi tidur yang nyaman.menurut Sean Helena sangat lucu tingkah lakunya bagaimanapun bentuknya.

"Selamat tidur, putri tidur, tidur yang nyenyak, kuharap kau memimpikan kehidupan indah kita bersama dan anak-anak kita seperti apa yang selalu ku impikan semenjak mencintaimu honey," ucap Sean dengan tulus dan setelah itu mencium kening Helena lama.

     


96 diasWhere stories live. Discover now