Nara dan Si Muka Beku

90.6K 6.3K 226
                                    

First of all, saran dan support sangat diharapkan :)

***

Jakarta, 18 Juni 2018

"Pesawat kita berangkat jam 2 siang, kira-kira sampai Jogja jam 3 lebih langsung ke merapi. Mungkin baru bisa naik habis isya. Tapi santai, besok tetep bakal dapet sunrise kok." Farras, salah satu pengurus klub pecinta alam menjelaskan detail keberangkatan mereka menuju puncak Merapi.

"Oh ya, by the way trip kita kali ini kedatangan special guest. Coba sini kenalan dulu dong."

Khanaraya Raisa hanya melongo melihat sekeliling. Semua anggota klub yang hadir tengah menatapnya, ada sekitar 14 orang dan dia meremas ujung jaketnya sebelum kemudian Anya menyenggol sikunya pelan.

"Maju, Ra." Titah Anya sedikit memaksa.

Nara melangkah maju untuk menampakkan diri di tengah kelompok.

"Nama gue Khanaraya Raisa, anak psikologi semester 2. Seneng bisa ikut trip kalian besok."

"Join klub sekalian aja, jarang-jarang dapet anggota cewek cantik loh kita." Seseorang dari bangku belakang menanggapi, kemudian disambar hujatan dari anggota-anggota lain.

Nara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Dilihat aja dulu." Kemudian terkekeh pelan.

Semua anggota menyambut baik hadirnya Nara dengan senyuman, kecuali seorang laki-laki berkemeja flanel di ujung dekat jendela. Wajahnya datar, beku. Ia melihat sekali ke arah Nara, kemudian beralih bodo amat dan asik dengan game di ponselnya, sambil sesekali meneguk cola di meja.

"Oke, kalo gitu kumpul hari ini selesai. Jangan lupa istirahat dan tetep vit buat besok. Kalau ada yang mau ditanyain silahkan pc gue atau Rakan." Farras menutup acara hari itu dengan baik, kemudian mempersilahkan yang lain untuk pulang.

Anya menarik lengan Nara untuk menahannya beranjak. Bermaksud melontarkan kesenangannya akan Nara yang akhirnya mau mengiyakan ajakannya untuk mendaki gunung. Sudah hampir 4 tahun mereka bersahabat, dan selama itulah Anya meyakinkan Nara untuk sekali saja mengikuti hobinya menikmati sunrise di puncak-puncak gunung di Indonesia.

"Gue seneng banget lo akhirnya mau ikutan!" Anya memekik kesenangan.

"Iya iya, demi nyenengin lo." Nara menjawab sambil memutar bola matanya, yang kemudian dibalas pelukan erat oleh Anya.

"Yaudah ayo cabut, ntar malem bantuin gue packing." Titah Nara menarik Anya keluar dari kafe tempatnya berkumpul.

Di ambang pintu, tanpa sengaja pandangannya berserubuk dengan lelaki berkemeja flanel itu lagi. Wajahnya sama datarnya dengan tadi. Kemudian saat ia melanjutkan langkah, telinganya tak mungkin salah dengar.

"Temennya si Anya tipe lu banget, ye?" Itu suara Farras, dan dia berbicara pada si muka beku.

***

Nara mengobrak-abrik isi lemarinya. Cukup kesal dengan Anya yang datang setengah jam lalu mengantarkan tas carrier dan mengatakan bahwa dia tidak bisa membantu Nara packing.

Diajak Mbak Ayu nyari sewaan tenda baru, yang kemaren dibatalin sepihak. Begitu katanya tadi.

Memasukkan beberapa pakaian tebal ke carrier, Nara mengerang putus asa. Dia benar-benar tidak tahu apa saja yang harus dibawa. Menelusuri google hanya menambah penat, bagaimana tidak banyak sekali keperluan yang harus dibawa, dan itu semua tidak dimilikinya.

3600 Seconds from MerapiWhere stories live. Discover now