[Twenty Five]

2.9K 322 10
                                    

Twenty Five | TBFND

"Mengatakan pada orang tuaku tentang apa hm?"

Demi anak anjing Kathy, katakan jika ia bukanlah orang yang sedari tadi kami bicarakan. Oh tidak. Kali ini aku baru tersadar dengan kalimat Renata bahwa seseorang akan mengantarkan kartu mahasiswanya.

Punggungku menegak karena terkejut dan sekarang aku benar-benar tak berani untuk hanya sekedar melirik seorang di sampingku ini. Keadaan menjadi sangat hening--atau hanya perasaanku saja--dan Renata pun tak bergerak dari posisinya. Seperti waktu telah dihentikan. Jari-jari halus mendekat ke wajahku kemudian membenahi anak rambutku yang berantakan dan menariknya ke belakang telingaku. Kemudian tawa menyebalkan itu terdengar.

"Hahahaha, kau terkejut ya?" ujarnya di sela-sela tawanya lalu menjauhkan posisi duduknya yang tadinya sangat berhimpitan denganku. Kali ini aku menoleh dan menemukannya yang tengah memegangi perutnya sambil tertawa keras. Great, sekarang kami sudah menjadi bahan tontonan seisi kantin. Aku melotot, berharap ia menangkap isyaratku untuk menghentikan tawanya. Alih-alih menghentikan tawanya, ia malah tertawa semakin kencang.

Renata bangkit dari kursinya lalu mengedarkan senyum minta maaf ke semua orang yang ada di sini. Lalu ia berdiri di sebelah Harry yang sekarang sedang menghapus jejak-jejak air matanya karena tertawa berlebihan. Sebenarnya apanya yang lucu?

"Kau ini selalu saja menyebalkan! Mana kartu mahasiswaku?!" gertak Renata pada Harry. Wow, hari ini aku melihat banyak sisi lain dari Renata. Ia bukan pengidap bipolar kan? Kemudian ia mengalihkan pandangannya padaku dan menggumamkan kata 'maaf' yang kubalas dengan anggukan dan senyum terpaksa. 

Harry mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celana jins-nya--yang super duper ketat, bahkan aku tak yakin ia bisa mengangkat kakinya--lalu meletakkannya di telapak tangan terbuka Renata. "Ini, ya sama-sama," ujarnya sarkas. Jika aku jadi Renata, aku akan--

"Aaw! Astaga!" pekik Harry yang untuk kedua kalinya mendapat sambutan dari semua pasang mata di ruangan ini. Harry dengan cepat menutup mulutnya sendiri sebelum tangan Renata bergerak untuk menganiayanya tadi. Kau tahu apa? Renata mencubit pinggang Harry. Hei, aku merasa puas melihatnya teraniaya seperti itu. Catatan penting, aku bukan psikopat.

Renata meninju pelan bahu Harry lalu berlalu dengan menghentakkan kakinya. Ia berbalik memandangku dan berkata tanpa suara jika ia akan menemui Mrs. Bern dahulu. Punggung Renata semakin menjauh lalu tak terlihat lagi. Aku memutar kepalaku, menghadap ke meja lagi, hendak meminum sisa jus buahku. Sereal dan susuku sudah habis sejak Renata bercerita tadi.

Merasa diperhatikan, aku menoleh ke arah kiriku dan menyadari bahwa Harry Menyebalkan Styles itu masih ada di sini. Bola matanya bergerak seiring dengan gerakan tanganku yang meletakkan gelas di atas meja.

"Apa? Mengapa memperhatikanku seperti itu?" ujarku ketus lalu membuang wajahku, tak ingin bertatapan dengannya. Acuh, aku kembali dengan aktivitas menghabiskan jus apelku yang tersisa tinggal seperempatnya saja.

Ia terkekeh. "Memperhatikanmu? Kau ingin sekali kuperhatikan ya? Aku kan tidak memperhatikanmu," jawabnya tenang namun membuat tanganku gatal untuk menyiramnya dengan segelas jus yang ada di tanganku ini.

"Whatever."

"Kau--uh, mari kita mulai dari awal, perkenalan formal," katanya sembari mengulurkan tangan kanannya padaku. Aku menoleh namun tanpa ekspresi berniat menerima uluran tangannya.

"Oh, ayolah, aku tak semenakutkan yang kau bayangkan," ujarnya. Ia tersenyum, kali ini tersenyum tulus hingga menampakkan dua lesung pipinya.

Gadis batin baik dan jahatku sedang berperang di dalam otakku. Yang baik menginginkan agar aku segera menjabat tangannya dan berkenalan secara baik-baik dengannya, namun yang jahat menginginkan agar aku menyiramkan jus apel ke wajahnya karena melecehkanku dengan menyentuh rambutku. Peperangan mereka tak hanya sampai di situ, Zoerra--itu nama untuk gadis batinku yang jahat--menarik rambut Zoella--gadis batinku yang baik--dan singkat cerita mereka berakhir dengan helaian rambut yang tergeletak mengenaskan di lantai. Berita buruknya, mereka botak!

Memihak pada gadis batin baikku, aku memilih untuk menjabat tangan laki-laki di sampingku ini. Aku tahu Zoerra akan menjambakku habis-habisan nanti.

Oh, cukupkan khayalan sintingmu itu, Zoey!

"Baiklah," ujarku sembari menjabat tangannya. Apa salahnya mengibarkan bendera perdamaian dan memulai semuanya dari awal?

"I'm Harry, Harry Styles."

"I know, and I'm Zoey William."

***

telah sampailah kita pada saat yang berbahagia--eh salah, maksudnya telah sampailah kita pada cHAPTER 25!!! yeeeyy mari tumpengan(?) FIRST SWEET--padahal enggak juga-- ZOERRY MOMENT YASS SIAPA YANG SENENG?!

tapi ini baru permulaan *menyeringai misterius sambil ngusap-ngusap tangan*

satu lagi, ini adalah postingan terakhir sebelum aku ujian tengah semester, jadi mungkin aku bakal update 2 mingguan lagi. mohon doanya ya kawan-kawan, semoga wanda sukses uts-nya. trimakasih~

The Boy From the Next DoorWhere stories live. Discover now