[Ten]

4.6K 433 15
                                    

Curhat dikit, aku ngakak banget liat komen kalian semua di chapter nine HAHA. Ngerjain orang itu asik ya wkwk. Semuanya akan dijawab di chapter ini. So enjoy, happy reading!

Maafkan Wanda yang berdosa ini karena udah ngakak di atas kepenasaran(?) kalian. k, bye.

***

Ten | TBFND

Aku masih mengerjapkan mataku; memulihkan kesadaran dan penglihatanku sepenuhnya. Hei, aku sadar! Aku tidak berhalusinasi. Dasar, cowok aneh tak beretika dan angkuh. Kami belum selesai bicara dan dia sudah menghilang seenaknya saja. Dia pikir dia siapa? Orang misterius? Yang ada orang sok misterius.

Ngomong-ngomong tentang misterius, aku sudah berhasil mendapatkan clue tentang keberadaannya di kamar Renata. Ia memang ada di sana—mungkin menyusup. Yang aku tak tahu adalah, mengapa? Apa alasannya masuk ke asrama perempuan?

Mungkin jika Kathy tak datang, aku bisa bertanya tentang semua hal yang selama ini ingin kuketahui. Tapi aku juga bersyukur bahwa Kathy datang. Aku tak tahu dengan diriku sendiri.

Kathy masih terlihat bingung dan heran. Ekspresi wajahnya berkata seolah-olah aku sudah gila karena berbicara dengan daun pintu. Harusnya ia tahu, tadi aku berbicara dengan cowok-gila-sok-misterius-itu. Oh, sudah berapa julukan yang kutujukan untuknya?

"Kau membeli apa?" tanyanya ketika kami telah masuk ke kamar. Ia melihatku menenteng dua kantung kertas belanjaanku di toko antik tadi.

"Banyak barang," jawabku sambil mengeluarkan isi tas-tas tersebut. Kuberitahu kau, aku rela menghabiskan sebagian uang tabunganku hanya untuk mendekor kamar asrama yang akan kutempati selama setahun.

Kathy terlihat kagum dengan barang-barang belanjaanku yang sekarang berserakan di atas kasurku. Aku tahu seleraku bagus. Ia mengambil pajangan boneka anak anjing yang terbuat dari kuningan. Besarnya hanya sebesar genggaman tanganku, yang mana cukup kecil namun imut. Aku membelinya sepasang dan rencananya aku akan meletakkannya di atas rak buku.

"Lucu sekali," pujinya sambil mengamati setiap detil boneka anak anjing itu. Aku tersenyum, tentu saja. Itu limited edition dan tersisa satu-satunya di toko tadi.

"Boleh kuminta satu?" tanyanya dengan senyum memohon. Euw, aku menghabiskan uang banyak untuk barang-barang ini dan sekarang ia memintaku agar memberikan padanya? Ti—

Tunggu dulu, otak cerdas Zoey mulai bekerja menghasilkan ide cemerlang.

Barter!

"Boleh, dengan satu syarat," kataku sembari mengacungkan jari telunjukku di udara.

"Fine, akan kuceritakan semuanya, dengan versi asli, tanpa tambahan dan tanpa pengurangan." Aku tersenyum lebar. Ingatkan aku untuk menyuap Kathy dengan benda-benda lucu setelah ini jika aku ingin mengetahui sesuatu darinya, oke?

Aku membenarkan posisi dudukku; duduk bersila dan menopang daguku. "Silakan dimulai." Aku mengedip-ngedipkan mataku jahil.

"Tapi ini akan berlangsung lama, mungkin kau akan ketinggalan makan malam, jadi—TIDAK! OKE BAIKLAH!" Kathy mendengus. Kau tahu apa yang membuat kata-katanya terpotong seperti itu tadi dan ia menjadi luluh? Aku mengangkat boneka anak anjing itu dengan hanya memegang telinganya saja. Padahal kepala dan badannya sangat mudah rusak dan terlepas. Well, setidaknya ia menyayangi anak anjingnya ini.

Kathy membuka mulutnya hendak memulai sesi panjang kisah dongengnya. Setidaknya ini tidak akan menjadi semembosankan dongeng kampus yang diceritakan Mr. Watson. Pada akhirnya misteri ini akan terungkap! Oh aku mengatakannya seolah aku adalah salah satu tokoh di serial kartun Scooby Doo yang selalu memecahkan misteri horor. Perbedaannya ini tidak horor—mungkin?

"Cowok itu dan Renata, berhubungan."

***

Wanda lagi haha. ADA YANG BISA NEBAK APA MAKSUDNYA KATHY? WKWK. Udah mau terbongkar nih kedoknya cowok-sok-misterius-berinisial-H-yang-menyusup-ke-kamarnya-Renata, #julukankepanjangan.

bye.

The Boy From the Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang