26. The Line

1.7K 358 41
                                    


"KENAPA kau mengatakan itu?" tanya Bae Irene ketika ia telah memasuki kamar dan melihat Chanyeol sedang berbaring di tempat tidur mereka. Pakaian formal pria itu belum terlepas, begitupun dengan sepatu hitam yang membalut kedua kakinya.

"Memangnya aku mengatakan apa?" Chanyeol balas bertanya diiringi kedua mata yang masih terpejam.

"Kau mengatakan kepada ibu jika kita sudah melakukan itu."

Chanyeol membuka kedua matanya, kemudian ia mengernyit. "Lalu kenapa kalau aku berkata seperti itu kepada ibu?"

"Kita ...," Irene menghela napas, kemudian melanjutkan. "...kita berbohong."

Lalu... hening. Park Chanyeol menatap istrinya yang beraut datar. Pria itu tidak mengerti kenapa Irene harus membicarakan sesuatu yang menurut Chanyeol sangat tidak penting. Ayolah, Park Chanyeol berkata seperti itu kepada Jessica juga demi kebaikan Bae Irene. Chanyeol tidak ingin Jessica mendesak Irene--atau yang lebih buruk lagi, Chanyeol tidak ingin Jessica mengetahui hubungannya dan Irene yang benar-benar jauh dari kata suami-istri. Chanyeol hanya berusaha mencari jalan yang paling aman.

"Come on, Irene. Aku hanya tidak ingin ibu menginterogasi kita dengan banyak pertanyaan hanya karena kita belum melakukan itu," ujar Park Chanyeol dengan nada lembut, berusaha membuat Irene mengerti dengan niatannya.

Irene menggeleng, kemudian ia berkata dengan suara pelan. "Tapi tetap saja kita... berbohong."

"Bae Irene,"

"We've lied, Chanyeol."

Chanyeol mendecak kesal mendengar ucapan Irene yang keras kepala. Pria itu bangun dari posisi tidurnya, berganti menjadi posisi duduk. Ia memijat pelipisnya, lalu menyorot Irene dengan tajam. "Do you never lie?"

"Apa?"

"Kau," Chanyeol menunjuk wajah Irene dengan jari telunjuk. "Memangnya kau tidak pernah berbohong?"

Untuk pertama kalinya, Bae Irene menatap Chanyeol dengan sorot terkejut yang begitu ketara di wajah cantik wanita itu. "Park Chanyeol, what do you - "

"Jangan berkata seolah-olah kau belum pernah berbohong, Irene," sambar Chanyeol dengan cepat. Pria itu membasahi bibirnya yang terasa kering. "Orang yang berpura-pura naif biasanya adalah orang yang paling pintar berbohong," lanjut Chanyeol seraya menatap Irene dengan tatapan menuduh. Tatapan yang anehnya membuat Irene merasa kecil dan merasa terintimidasi.

"Chanyeol, aku tidak - "

"Just stop," potong Chanyeol untuk yang kedua kalinya. Ia menundukkan badan, jemari pria itu bergerak untuk melepas sepatu yang membalut kedua kakinya. "Aku sedang tidak ingin mendengar pembelaan."

Pembelaan? Apa maksudnya? Bae Irene memejamkan mata sejenak, berusaha membuang jauh-jauh prasangka buruk yang seolah menyerang pikirannya. Irene membuka bibirnya untuk membalas ucapan Chanyeol, namun sedetik kemudian, Bae Irene mengurungkan niatnya tersebut. Ia menatap Chanyeol yang terlihat sangat lelah, seolah hari ini terasa sangat berat bagi pria itu. Bae Irene tidak tau apa yang membuat Chanyeol sampai terlihat se-lelah ini, tapi yang pasti Irene akan berusaha untuk mengurangi rasa lelah Park Chanyeol. Sudah seharusnya seorang istri mengurangi beban suaminya, 'kan?

"Shit." Umpatan Park Chanyeol lantas menyadarkan Irene dari lamunannya. Irene melirik Chanyeol, lalu mendapati pria itu sedang kesulitan membuka dasi yang melingkari lehernya.

"Biar aku saja," ucap Irene seraya melangkah mendekati suaminya.

Chanyeol tersenyum tipis. "Thanks."

Detik selanjutnya, Irene mulai menggerakkan jemari lentiknya untuk membuka dasi Chanyeol. Jarak wajah keduanya sangat dekat, dan Chanyeol menggunakan kesempatan itu untuk menatap wajah cantik istrinya sepuas mungkin.

Well, wajah datar Irene akhir-akhir ini memang seolah menjadi candu bagi Chanyeol. Beberapa kali Chanyeol sempat membayangkan wajah datar Irene berubah menjadi ceria dan penuh tawa, lalu setelahnya Chanyeol akan tersenyum ketika membayangkan semua itu. Namun sekarang, Chanyeol tidak pernah lagi membayangkan wajah Irene. Tidak setelah Joon datang dan mengucapkan serentetan kalimat yang membuat Chanyeol terpekur di tempatnya. Tidak ketika Chanyeol tau bahwa ekspresi datar itu adalah topeng yang Irene gunakan untuk menyembunyikan sosok aslinya. She is dangerous, dan Chanyeol harus berhati-hati menghadapi wanita cantik yang sekarang sedang berada di dekatnya.

"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan, Chanyeol."

"Apa?" balas Chanyeol dengan cepat, kedua manik matanya menatap Irene yang saat ini sedang menunduk seraya menggenggam dasi pria itu. "Apa yang ingin kau tanyakan?" lanjut Chanyeol kemudian.

Irene mendongak, balas menatap Chanyeol tepat di mata. "Model yang ditayangkan tv tadi... apa kau mengenalnya?"

"Tidak," jawab Chanyeol tanpa berpikir terlebih dahulu.

Irene merasa lega ketika mendengar jawaban Chanyeol. Namun entah kenapa, wanita itu belum merasa puas. Irene mengulum bibirnya sendiri, gestur yang selalu ia lakukan saat ia merasa belum puas dengan jawaban lawan bicaranya. "Kau benar-benar tidak mengenal wanita itu?"

Chanyeol tersenyum lalu mengusap rambut Irene pelan. "Aku tidak mengenalnya."

"Tapi caramu menanggapi berita itu benar-benar..." Irene mengalihkan pandangannya dari Chanyeol. "...aneh."

Park Chanyeol mengernyit tidak suka mendengar ucapan Irene. "What did you say?"

Irene masih mengalihkan pandangannya ketika ia berkata dengan pelan, "Caramu menanggapi berita itu, seolah-olah dia adalah wanita yang - "

"You know what, Irene?" Ada jeda yang cukup panjang sebelum Chanyeol melanjutkan ucapannya, "Ada sesuatu yang tidak seharusnya kau tanyakan kepadaku."

"..."

"Dalam hubungan ini, kau harus tau jika ada batas antara kita berdua," ucap Chanyeol penuh penekanan di setiap katanya. "Dan kau juga harus tau, Irene." Chanyeol mengusap pipi istrinya lalu melanjutkan, "Aku tidak suka seseorang yang melewati batas."

Lalu setelahnya, Chanyeol mengecup kening Irene dan berlalu menuju walk in closet. Seolah apa yang tadi pria itu ucapkan bukanlah sesuatu yang melukai hati istrinya. Seolah ucapan pria itu tidaklah berarti apa-apa bagi mereka berdua.

"Aku tidak pernah tau jika dalam hubungan ini, ada sebuah batasan yang harus aku jaga, Chanyeol," ujar Irene yang lantas membuat Chanyeol menghentikan langkahnya.

Tanpa menoleh ke belakang, Chanyeol membalas, "Bukan aku yang menciptakan batasan ini, Irene." jeda, Chanyeol menghela napas. "Kau yang membuat semua batasan ini. Dan aku harap, you've never crossed the line, Bae Irene."

Hari itu, detik itu juga.. Bae Irene merasa tertampar oleh kalimat yang terucap dari bibir Park Chanyeol.

She knows, that everything has changed right now.

To be Continue.

A/N

Mampus lo rene

Rasain HAHAHAHAHA

Btw, ada yang kangen hunrene momen gak? Kalo kangen, di part 27 bakal aku kasihhh wkwk

Oh ya, yuk mampir ke lapak sebelah aku, Heart Break Boy, ada Chanyeol Krystal dan Kai hehe

Dont forget to vote, comment, dan Share cerita ini ke teman kamu❤

See you!🌹

Venire [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang