KEMBALI PULANG...

1.8K 29 5
                                    

KEMBALI PULANG…

            Kalo aku batu, semuanya bakal lebih mudah. Benci, ya benci. Gak usah ada benci tapi cinta. Nyakitin ya tinggal nyakitin. Gak usah pake kasian!, Mira membatin selama perjalanan pulang. Sesekali ia mengeluarkan erangan dari mulutnya, “Ya, Tuhan…” lalu ia termenung lagi sambil melihat ke jalanan. Antonius tampak begitu rewel terus-menerus meneleponnya tanpa henti. Mira menyunggingkan senyum puas dan berbicara sesendirian. “Sekarang lo tau rasanya gelisah, khawatir, curiga, merindu…” Mira terkekeh kecil. Kemudian ia terdiam lagi. Air matanya menggenang di pelupuk matanya. Mendorong dengan kuat untuk bisa mengalir turun. Ia merasa dirinya berubah menjadi begitu jahat. Mira menggigit bibirnya kuat-kuat, mulai terisak. Seperti menahan rasa gatal teramat sangat ia memukul-mukul setir mobilnya. “gak mau! Gak mau! Gak mo nangis lagi, brengsek!!!” Ia berteriak sesendirian. Tapi suara terisaknya semakin kencang, meluncur keluar begitu saja… Ia melihat kilasan bayangan saat Antonius tertawa bahagia bersamanya… melihat kilasan papanya sewaktu hidup… “Mama perempuan hebat…”, kata papanya waktu itu, “Mana bisa papa berpaling dari mama sedikiiiiit aja…” Lalu Mira mendengar suara-suara mendakwanya. “Kamu istri yang gak cakap!!! Itu sebabnya Anton selingkuh!” Lalu Mira melihat wajah Hega yang layu. Dan suara di dalam dirinya tertawa dengan lantang. “Itu hukumannya!!!” Mira ingin mengamuk. Tapi lalu wajah Adelle dan Beno berkelebat di bayangan benaknya. “Mama…” Terdengar suara mereka memanggil. “Mama jangan terhilang…” Mira seakan berada dalam kegilaan yang tidak bisa dimengertinya ataupun dikontrolnya. Ia mulai menangis dengan kencang saat wajah bayi mungil yang tak pernah di lihatnya, ada di relungan tangannya. Lalu wajah itu mulai berubah menjadi Hega. Ia berteriak sekencang ia melarikan mobilnya. “Gue gak mau jadi gila!!! Gue gak pantes di hukum!!! Gue korban!!! Gue udah di rampok!!!” Mira menjerit sejadinya. “Ya, Tuhan…” Ia melenguh lemah kembali sambil mengatur nafasnya. Tangan kanannya meremas kepalanya kuat-kuat. “Dia gak pantess… Anton juga… mereka gak pantess…” Mira melenguh lemah dengan nada sesak dan berat. Mengapa ia tidak bisa keluar dari semuanya ini…, Mira selalu mempertanyakannya. Miki bilang semua hanyalah masalah waktu… mengapa waktu sepertinya juga tak berdaya…

Memaafkan… kata itu meluncur di benaknya. Ia menggeleng. “Aku terlalu sakit…”, katanya merintih. Suaranya mulai timbul-tenggelam. “Ya, Tuhaaaan…” Mira memandangi derasnya hujan yang turun begitu saja seolah mengiringi rintihannya sepanjang perjalanan. Sampai akhirnya Mira tiba di depan rumahnya. Ia menapak keluar mobil. Sekarang sudah jam setengah dua belas malam… malam minggu, malam minggu berharganya… Mira menengadah ke langit kelam, membiarkan hujan membasahi sekujur tubuhnya, dari kepala hingga ke kaki. Antonius menyeruak keluar dari pintu rumahnya. “Ma!” Ia memanggil-manggil terus. Tapi Mira diam saja. Terlihat Antonius berlari ke dalam lalu keluar lagi sambil membawa sebuah payung berwarna hitam yang perlahan membuka.

            “Ma!” Antonius langsung memayungi Mira dan mendekapnya. Tubuh Mira tak mau bergeming. Menggigil dan bergetar hebat. Matanya terus saja terpejam. “Ma! Kamu kenapa?” Antonius mengguncang-guncang tubuh Mira. Mira diam saja. Masih memejamkan matanya. Tubuhnya sudah basah kuyup. Antonius melingkarkan lengannya ke pinggang Mira dan mencoba menariknya untuk masuk. Mira menatapnya dengan kelu sambil berjalan perlahan menyeret kakinya. Sesampainya di teras, Antonius langsung menjatuhkan payungnya dan membopong Mira ke dalam ruangan. Tubuh Mira menggigil karena kedinginan. Mata Mira mencari-cari Adelle dan Beno. Tapi mereka sedang menginap di rumah mamanya. Antonius sudah menurunkan Mira untuk menapak kembali ke lantai tepian kamar mandi di dalam kamar tidur utama mereka. Antonius sempat terpaku melihat Mira menggigil. “Ma…”, panggil Antonius. Ia melihat mata Mira sembab dan bengkak. “Kamu kenapa?” Antonius memeluk Mira. Ia bisa merasakan tubuh Mira bergetar hebat. “Kamu kenapa, ma?!”, ulang Antonius dengan nada khawatir.

NURANIWhere stories live. Discover now