RYAN TIDAK TIDUR

3K 57 2
                                    

RYAN TIDAK TIDUR

Dua bulan sudah waktu berlalu… Hega takkan pernah tahu kalau ia akan begitu terusik melihat bagaimana Antonius dengan nada mesra berbicara pada seorang perempuan di telepon genggamnya. Ya,,, dalam dua bulan ada 60 hari… di mana dalam satu hari, ia berurusan terus dengan Antonius selama kurang lebih delapan sampai sepuluh jam sehari… entah memberi laporan SPK, konsultasi permintaan discount dari customer, konfirmasi status barang, laporan DO dan sebagainya… entah lewat BBM, komunikasi langsung lewat telepon genggam atau bahkan bertemu muka di saat briefing pagi ataupun meeting-meeting tertentu di senja hari… Ia hampir merasa sudah menikahi kepala cabangnya sendiri… terkadang mereka juga berselisih paham, berbeda pendapat layaknya sepasang kekasih. Dan demi meningkatkan target akibat kompetisi yang semakin ketat, Hega juga banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi tentang pengadaan pameran independent, “always better best service”; yaitu service yang terus-menerus ditingkatkan seiring meningkatnya kebutuhan para customer yang diperlengkapi dengan program mobile, berikut layanan cepat untuk test drive, layanan-layanan baru pendukung, speed tingkat tinggi dalam mengurus data dan prosedur dengan menggunakan sistem layanan komputerisasi serba on line, fasilitas inovatif untuk customer serta “gebrakan” iklan update di mana-mana… bersama Antonius, Rika dan dua orang supervisor senior lainnya; Martin dan Siswoyo. Bahkan mereka mulai merambah ke bengkel-bengkel di luar bengkel resmi showroom dealer mereka sendiri. Mereka mensponsori spanduk atau plang iklan bagi bengkel tertentu di mana mereka menyertakan label dan nomor hotline mereka di bagian bawah item yang mereka sponsori. Mereka juga mensponsori acara-acara live music di beberapa café. Setelah mendapat ijin dari manajemen pusat, mereka juga membuka sebuah situs social media di internet, khusus sebagai sebuah on line club bagi para customer, sebagai program percobaan, demi mempertahankan para customer untuk terus melakukan repeat order kepada mereka melalui media silahturahmi itu. Beberapa sales mereka ada yang diam-diam menggunakan jasa mediator di mana-mana. Martin yang punya latar belakang IT, menggunakan software-software search engine submission untuk membumihanguskan pesaing-pesaing mereka di periklanan via internet. Mereka menyediakan marketing support yang dibiayai dari kas cabang untuk mengurus lalu lintas iklan mereka agar terus mengorbit di headline-headline utama setiap situs. Beberapa sales mengorek habis software-sofware untuk advertising dan marketing dari salah satu situs tersembunyi. Mereka juga menyebar brosur dan kartu nama pada teman-teman di pemasaran property. Mereka memberi layanan khusus dengan mengorbankan sebagian refund, insentif dan bahkan kompensasi dari setiap aplikasi asuransi mobil yang menjadi hak mereka untuk digunakan sebagai subsidi silang. Semuanya demi menjebol target di angka spektakuler. Beberapa cabang lain menganggap Antonius adalah sosok yang berbahaya ketimbang memandangnya sebagai sosok yang menggebrak dalam hal memajukan. Mereka bilang, cara Antonius itu bodoh dan “memiskinkan” diri sendiri. Tapi walhasil, selama dua bulan melelahkan dan super padat itu, angka penjualan Cabang Kelapa Gading terus meroket. Kerja super team di situ membuahkan hasil yang lebih nyata ketimbang super one man show. Dan Hega bagian dari super team itu. Dan dalam banyak events di mana ia terlibat, seringkali ia berinteraksi dengan Antonius. Semakin lama harinya semakin terisi dengan kehadiran Antonius. Dan bahkan mereka mulai makan siang bersama. Meski pun tetap saja… semuanya soal pekerjaan…

Bila Antonius berbicara mesra pada istrinya, Hega masih merasa itu adalah hal yang lebih melegakan… tapi sudah hampir tak ada, suami di dunia ini yang sudah menikah selama hampir 10 tahun dan masih berbicara semesra itu pada istrinya… Hega yakin akan hal itu. Mengapa? Ia menyaksikan sendiri salah satu contoh fakta dari interaksi papa-mamanya sebelum mereka mendapat kecelakaan mobil yang merenggut nyawa keduanya. Mereka tidak bicara halus ataupun penuh kasih sayang sewaktu di dalam mobil. Begitupun di keseharian mereka. Mereka selalu bertengkar. Papanya punya selingkuhan. Begitupun mamanya. Mereka berakhir dengan saling membenci satu sama lain. Dan pertengkaran itu membuat papanya tidak fokus saat sedang menyetir mobil. Lalu kecelakaan terjadi. Saat itu Hega sudah kuliah di tingkat pertama. Sedang turut serta bersama papa-mamanya untuk menghadiri acara pernikahan sepupunya di Bandung. Mobil mereka terguling dan terhempas membentur pembatas jalan… Hega terpental keluar bersama pintu mobil yang ikut terlepas. Hega terlempar ke sisi yang dipenuhi rerumputan liar. Sementara papa-mamanya yang masih di dalam mobil terpelanting ke sisi jalan yang berlawanan arah dan tertabrak container lalu terpelanting sekali lagi sebelum akhirnya jatuh ke jurang. Mereka mati seketika dengan tubuh sama–sama remuk. Seremuk hati Hega saat itu. Sejak saat itu, ia mulai berpikir kalau pernikahan bukanlah awal cerita bahagia bak dongeng Cinderella… pernikahan adalah awal maut yang datang merenggut nyawa dan kebahagiaan… Ia tak pernah percaya lagi pada orang lain dengan mudah. Begitupun dalam berhubungan dengan Almarhum Amelia. Ia tak pernah berpikir menjadikan Almarhum Amelia dulu sebagai seorang sahabat yang bisa dipercaya. Ia menyadari naluri buas Amelia yang suka merebut milik orang lain. Dan yang membuat Hega aman–aman saja dari serangan Almarhum Amelia dulu,,, karena Hega selalu menjaga agar tak ada benturan kepentingan antara dirinya dengan Almarhum Amelia. Ia tak pernah mempercayai siapapun. Siapapun bisa jadi pengkhianat. Itu sifat manusia. Bila memiliki satu kepentingan dan tujuan, sekumpulan manusia bisa jadi sangat berdaya guna untuk menghasilkan. Tapi bila pertentangan kepentingan terjadi, siapapun bisa jadi lawan. Siapapun bisa berkhianat. Hega tak pernah lupa itu. Ia menjaga dirinya baik–baik dengan menutup kehidupan pribadinya dari orang lain. Cukup satu orang saja yang tahu, orang yang mungkin tidak bisa ia kuasai namun bisa ia baca gerak-geriknya dan bisa ia pantau. Almarhum Amelia adalah sosok buas, licik tapi gegabah. Hega merasa telah mengenal seluk-beluk Almarhum Amelia dengan sangat baik. Dan itu mempermudahnya. Tapi Hega tak mau repot membaca dan mengawasi terlalu banyak orang dalam kehidupannya. Namun setelah Amelia tiada, Hega merasa benar–benar tak perlu repot sama sekali untuk memantau siapapun lagi… Meski hari–harinya menjadi lebih sepi lagi dari sebelumnya… ia menyadari bahwa itulah harga yang harus ia bayar untuk sebuah rasa… aman.

NURANIWhere stories live. Discover now