PESTA

2.2K 41 5
                                    

PESTA

            Mira berputar sekali lagi di depan cermin. Dengan gaun baru bernuansa gadingnya yang berpotongan bahu terbuka dan bertali satu. Gaun itu menjuntai panjang hingga ke mata kakinya, jatuh mengikuti bentuk tubuhnya. Mira melempar senyum pada Antonius yang sedang keras berpikir di dalam dilemanya yang tersembunyi…

Antonius harus membiarkan Mira berangkat sendiri menghadiri pesta ulang tahun MOTHER’S HEART TERAPHY CENTRE di hari minggu ini. Di samping Mira tidak menawarkannya untuk ikut, Antonius juga harus memenuhi undangan dari Johan Tan. “Penting”, itu pesan terakhir Johan yang tidak mau undangannya di tolak. Antonius juga enggan bila harus bertemu Hega di pusat terapi itu. Meski ia merasa masih ada yang harus diselesaikannya dengan Hega. Tapi ia tak mau mengusik perasaan Mira lagi.

“Apa kamu seneng, sayang?”, tanya Antonius pada Mira. Mira mengangguk sambil tersenyum kecil. “Sebetulnya aku mau sama-sama kamu di hari minggu ini. Tapi…”, kata Mira, tampak enggan meneruskan kalimat berikutnya. Antonius mengibas sambil mengangguk kecil. “Aku ngerti…” Antonius menghampiri Mira dan mengecup keningnya. “Aku cuma mau ninggalin semua yang ada di belakang. Aku gak berharap kamu menjadi Mira yang dulu. Kalo pun kamu berubah jadi Mira yang baru… kamu tetep Mira. Tetep orang aku cintai…” Antonius mengecup kening Mira lagi. Lalu memberi pelukan hangat yang erat pada Mira… seolah kehidupan di bumi akan berakhir di esok hari…

            “Apa…” Mira meragu sejenak “Kamu… ngerasa perlu nemu’in Hega?” Mata bulat Mira langsung menyelidik ke balik mata Antonius. Antonius merunduk sambil geleng-geleng.

            “Jujur… aku ada rasa bersalah sama Hega… tapi lebih salah lagi kalo aku memilih membuat nyaman perasaannya dan nyakitin perasaan kamu…”, sahut Antonius pelan.

Mira terdiam sejenak. Ada sedikit kecamuk di balik pandangan matanya. Mira mendesah kencang. “Ya udah… ayo kita selesaikan, pa… kamu temu’in Hega…” Mira menyelesaikan kalimatnya dengan cepat.

Mata Antonius membelalak, menatap jauh ke dalam mata Mira yang bulat. Antonius menggeleng. “Enggak, sayang… aku ada janji sama Pak Johan…” Antonius tersenyum  kecil. “Kamu berjiwa sebesar itu… aku salut… kalo aku jadi kamu,,,” Antonius tertawa menyeleneh, “Akan lain hasil akhirnya… hehehe…” Antonius menggeleng-geleng. Tapi Mira tidak tersenyum. “Aku serius…”, kata Mira lagi sambil menghela nafas panjang yang tersendat-sendat sewaktu mengatakan itu. Kegalauan di matanya persis seperti perempuan yang mau melahirkan. “Aku serius…” Mira mengulangi lagi dengan nafas yang terdengar sesak. Sepertinya butuh kekuatan yang besar untuk bisa mengatakan itu. Antonius memperhatikan raut Mira sekali lagi sambil menggeleng. “Enggak”, kata Antonius. “Aku bener-bener harus menuhin undangannya Pak Johan…”

            “Oh… ya, udah…”, seloroh Mira langsung. Seperti ada kelegaan di dalam nada suaranya. Diperhatikannya penampilan Antonius yang juga sudah rapi dan siap berangkat. Mereka pun bergandengan tangan menuju garasi rumah.

Mira masuk ke dalam avega silvernya. Antonius masuk ke dalam picanto hitamnya. Mobil kecil itu tampak tak sebanding dengan perawakan Antonius yang tinggi dan gagah. Tapi Antonius mulai menyayangi picanto mungilnya yang selalu setia menemaninya kemana-mana itu… ia tidak berpikir lagi seperti dulu, memenuhi ambisinya untuk selalu memiliki segala yang terbaik dan terhebat bagi pamornya. Ia hanya ingin memberikan yang terbaik bagi keluarganya…

Mobil Mira sudah siap melaju. Mira melambai pada Antonius yang juga sudah siap melaju… mereka berpisah untuk melaju ke arah yang berlawanan…

Antonius melihat bagian belakang mobil Mira dari kaca spionnya… mobil silver itu membawa Mira melaju pergi… Antonius hanya berharap Mira tak pernah pergi terlalu jauh… Antonius sudah menyadari betapa merugi dirinya, di saat dulu ia sering meninggalkan Mira terlalu jauh…

NURANIWhere stories live. Discover now