WELCOME BACK, HEGA...

2K 36 0
                                    

WELCOME BACK, HEGA…

Antonius termenung di meja kerjanya. Ia menganggap Hega telah bersikap menjaga jarak terhadapnya, sepanjang pagi ini…

Dan sekarang, Hega ada di hadapannya,,, memberi laporan awal perkembangan prospek para sales asuhannya dengan sikap yang biasa… namun tak biasa bagi Antonius… Hega terus menghindari agar tak bertatapan mata dengannya…

            “Sheila masih mengusahakan customernya untuk pindah warna, Pak…” Hega tetap berbicara dan bersikap santun seperti biasanya. “Kemarin, saya mendampingi Greta menemui customernya yang meminta discount sepuluh juta… saya sudah jelaskan bahwa ada sedikit salah perhitungan yang dilakukan Greta…”

            “Sedikit? Salah sedikit dalam perhitungan, itu bisa fatal, ga… kamu gak ajarin Greta cara hitung yang benar? Kenapa di lepas sendiri?”, potong Antonius sambil menegakkan posisi duduknya. Masih menunggu Hega untuk mau bertatapan mata dengannya…

            “Iya, Pak. Saya sudah lalai. Saya minta maaf. Hal semacam ini tidak akan terjadi lagi, Pak.”, sahut Hega. Dengan wajah masih merunduk. Hari ini, rambutnya di sanggul modern tapi kasual. Apik, memperlihatkan tengkuk Hega yang indah. Antonius sesekali meliriknya. Tapi segera melarikan matanya kembali ke wajah Hega yang terus melihat ke arah kertas laporan di atas meja. Bibir Hega yang berkilat basah terus berbicara, memperlihatkan sederetan giginya yang teratur dan putih.

Ada apa dengan mataku,,, Antonius menghardik dirinya sendiri untuk menjauhkan matanya dari melihat hal-hal yang tidak pantas di hadapannya.

Setelah Hega selesai memberikan laporan awalnya, ia menyodorkan amplop putih panjang ke hadapan Antonius. “Apa ini, ga?”, tanya Antonius.

            “Surat pengunduran diri saya di awal bulan sehabis bulan ini, Pak…”, sahut Hega tenang dan datar.

            “Apa?!” Antonius membelalakkan matanya dan membiarkan mulutnya terbuka sambil menunggu ada penjelasan yang keluar dari mulut Hega. Tapi tidak ada. Hega hanya terdiam menunggu Antonius menerima surat itu.

Antonius memajukan badannya lebih lagi, lebih mendekat pada Hega untuk berbisik perlahan sambil memperhatikan orang-orang yang lalu lalang di depan pintu ruangannya… “Maksud kamu apa, ga? Apa karna ajakan dinner saya, kemarin?” Antonius berbisik, langsung saja menuju ke sasaran utama pertanyaan hatinya sepanjang pagi ini.

Hega menggeleng. Mata bulatnya yang besar dan indah, akhirnya membalas tatapan tajam Antonius. “Enggak, Pak”, jawab Hega datar, “Ini murni keputusan saya tanpa ada embel-embel hal semacam itu…”

            “ga… saya minta maaf terkesan memanfaatkan keadaan… dengan ajakan dinner itu… tapi saya tidak ada maksud,-“

            “Maaf, saya potong, Pak… Tidak berhubungan dengan hal itu.” Hega berkata lagi dengan tegas, meski setengah berbisik.

            “Tapi…” Antonius masih merasa tak puas. “Kenapa?”

            “Saya mau melanjutkan studi ke luar negeri, Pak…”

Lantunan kalimat Hega memberi firasat pada Antonius bahwa itu hanya alasan…

            “Kenapa, ga? Saya mohon, jawab yang jujur… karna masalah kita?” Antonius mencari-cari jawaban ke balik mata Hega.

            “Kita punya masalah apa, Pak?” Hega tak bersembunyi. Ia menatap balik pada Antonius…

Antonius menahan volume suaranya agar tak terdengar ke luar ruangan. “Kamu gak bisa bohongin saya, ga… saya juga bisa rasa’in… sikap kamu sudah lama… kamu punya perasaan khusus terhadap saya. Dan kamu juga sudah mengakuinya kan…” Kalimat Antonius menggantung, berharap Hega yang memperjelas sisanya…

NURANIWhere stories live. Discover now