ADAKAH TEMPAT BAGIKU?

1.8K 28 5
                                    

ADAKAH TEMPAT BAGIKU?

            Antonius termenung di sofanya… tiga minggu sudah berlalu… Antonius hanya bisa menghubungi teman-teman lama Mira. Tapi sebagian besar nomor yang dihubungi, mailbox atau salah sambung. Antonius sudah mengunjungi sekolah kalau-kalau anak-anaknya masih ada di situ. Tapi gerbang sekolah selalu tertutup karena sedang libur panjang kenaikan kelas. Ia terpikir untuk menghubungi polisi. Tapi berurusan dengan polisi masih membuatnya bergidik mengingat hampir saja ia menjadi narapidana akibat kasus-kasus yang dibuatnya di pekerjaannya. Mama mertuanya sudah berhenti menghubunginya untuk mencari Mira. Antonius berpikir, mungkin keluarga besarnya Mira juga sudah melakukan berbagai cara untuk menemukan Mira.

Isi rekening Antonius semakin menipis. Dan ia belum punya muka untuk mencari pekerjaan baru. Ia merasa kalau karirnya sudah tamat di dunia otomotif. Setiap hari ia berkeliling ke tempat-tempat yang digemari Mira. Berpikir kalau-kalau Mira dan anak-anaknya ada di situ. Setiap kali ia berkeliling, ia harus mengeluarkan dua ratus sampai lima ratus ribu untuk bensin, tol, parkir dan tiket masuk ke tempat-tempat tertentu. Terkadang ia harus menambah pengeluaran tiga ratus ribu sampai lima ratus ribu lagi untuk sewa penginapan bila ia mencari Mira ke daerah pegunungan. Mira sangat menyukai tempat-tempat wisata di Puncak, Bogor atau di Lembang, Bandung. Meski Hega mengganti semua uang perusahaan yang Antonius pakai, Antonius tetap memaksa untuk membayar Hega dengan mencicil. Dan di sisa hari-harinya, Antonius hanya menganggur di rumah, termenung… membayangkan sewaktu rumah itu masih ramai dengan Beno yang berlarian ke sana—sini, Adelle yang merajuk meminta mainan atau baju baru dan Mira yang mondar-mandir mengurus ini-itu… Meski Hega bersikeras agar Antonius tinggal dengannya, Antonius balik menolak dengan keras. Ia sudah menetapkan pilihan. Pilihan yang sangat disayangkannya,,, pilihan itu sepertinya terlambat. Rumahnya sudah kosong… sepi…

Ia terus menatap ke pintu… berharap Mira dan kedua anaknya muncul di situ…

Tapi yang terdengar adalah derum suara mobil mendekat. X-Over Hega merapat ke tepi rumah.

Antonius yang tadi duduk lunglai, mendadak siaga. Ia cepat-cepat berlari keluar dan harus merasa kecewa melihat Hega lah yang datang. Hega sudah menapak keluar dari dalam mobilnya.

            “ngapa’in kamu di sini?”, tanya Antonius langsung, tanpa mempersilahkan Hega masuk.

            “Jemput kamu”, jawab Hega tenang.

Antonius meremas bagian depan rambutnya. “Apa kamu gak ngerti kata BERAKHIR, ga???”

            “Enggak.” Hega bersandar di tepi pagar. Menatap Antonius lekat-lekat. “Kalo Mira memang cinta kamu sampai ujung… dia gak akan pergi. Dan gak biarin kamu sendiri di sini. Lebih baik kamu tinggal sama aku.” Saat Hega menyelesaikan kalimatnya di situ, wajah Antonius tampak terhenyak. Bukan karena tersanjung atau terharu. Ia seakan tak habis pikir.

            “Ga… tolong… kamu harus pergi. Kalo nanti Mira dan anak-anak pulang…”

            “Kalo dia pulang, aku pergi”, Hega memotong, “Kalo dia gak pulang… aku tetep di sini. Jadi, sebaiknya kamu ikut aku. Aku tau kamu takut keluarganya Mira atau tetangga kamu mempermasalahkan keberadaan aku. So… kamu ikut aku.”

            “Sejak kapan… kamu jadi suka memaksakan kehendak? Gak seperti Hega yang aku kenal dulu…” Antonius setengah mendengus.

            “Sejak aku mau menerima semua rayuan kamu dan masuk terlalu jauh dalam kehidupan kamu. Gak fair, kalo sekarang kamu buang aku gitu aja. Boleh aku masuk?”

            Antonius menggeleng. “Cinta tuh bukan sistem mekanik. Soal fair gak fair. Tapi masalah hati, ga. Aku kan dah jujur sama kamu, aku gak bisa kehilangan Mira. Dan aku gak mau kamu di sini. Paham, ga? Tolong cerna kata-kata aku nih, ya…” Antonius menggerak-gerakkan mulutnya lebar-lebar, “AKU MAU KAMU PERGI.”

NURANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang