ANTARA HEGA DAN MIRA...

1.9K 29 0
                                    

ANTARA HEGA DAN MIRA…

            Mira mondar-mandir gelisah di depan sebuah lounge, di salah satu gedung mewah di kawasan Thamrin. Ini pertama kalinya ia berani janjian dengan laki-laki lain selain suaminya. Tadinya hanya untuk membuat Antonius merasa cemburu dan takut kehilangan dirinya. Tapi Mira mulai tersadar,,, ia bisa betul-betul kehilangan Antonius jika ia benar-benar menemui laki-laki itu. Sayangnya, ia agak telat untuk menyadari itu hingga kakinya tiba di muka pintu utama lounge. Meski laki-laki asing yang dikenalnya lewat facebook terkesan begitu baik hati. Dan awalnya, Mira tak ingin memberi kesan bahwa ia mempermainkannya. Tapi ia juga tak ingin terlalu jauh “bermain-main” dengan semuanya ini. Dadanya berdegup kencang. Ia mulai berpikir, kalau Antonius mungkin saja sudah di dalam perjalanan pulang dan terjebak macet. Beberapa waitress yang lalu lalang mulai bertanya padanya apakah ia menunggu seseorang. Mereka mempersilahkan Mira untuk masuk, berkali-kali. Tapi Mira menggeleng. Ia sudah melihat laki-laki asing berambut brunette, berkemeja putih dan bercelana bahan berwarna krem, sedang duduk menunggu di meja layan kekuasaan si bartender. Ia tahu, laki-laki itu yang berjanjian dengannya lewat facebook. Tapi Mira tak punya keberanian yang cukup untuk melakukan semua ini. Tangannya terus mengucurkan keringat dingin. Sudah sepuluh tahun lamanya ia mengisolasi diri seperti katak dalam tempurung. Dan di hari Senin malam ini,,, ia tiba-tiba saja terdampar di depan sebuah lounge… dengan standing banner terpampang di muka pintu masuknya, bertuliskan tema “I love Monday”.

Enggak,,, Mira membatin pada dirinya sendiri. Aku memang marah sama Antonius… Tapi aku gak mau sejauh ini… aku gak berniat untuk kehilangan Antonius…

Akhirnya Mira menekan tombol speed dial ke salah satu nomor telepon genggam Antonius. Terdengar nada sambung berbunyi beberapa kali…

            “Halo?” Terdengar suara Antonius.

            “Pa… jemput aku. Sekarang…”, kata Mira cepat.

            “Jemput kamu di mana? Kamu di mana emangnya?”

            “Di… abis liat-liat… ng… galeri kerajinan di Sarinah Thamrin… bisa jemput, pa?”

            “Ngapa’in, sih? Liat-liat galeri? Sama siapa?”

Mira sedikit gemetar untuk menjawabnya. Sebelumnya ia tidak pernah membohongi Antonius… “ng… iseng aja sendiri…”

            “Anak-anak di mama?”, tanya Antonius.

            “Iya…”

            “Naik taksi aja, ma… aku ada meeting… pulangnya bisa malem banget…”

            “Duuuuuhhhh,,, mitang-miting mulu! Uang aku gak cukup buat taksi!”

            “Kenapa konyol? Malem-malem ke situ?!”

            “Aku kan iseng sendirian! Abis kamu sibuk mulu!”

            “Aku gak bisa!!!” NIT. Telepon dimatikan oleh Antonius.

Ih… kebiasaan! Selalu main tutup aja!, Mira membatin kesal.

            Antonius memasukkan telepon genggamnya kembali ke dalam saku celananya. Lalu kembali melangkah ke kedai tenda di pelataran star bugs, kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Ia baru saja selesai makan malam dengan Hega dan memutuskan untuk mampir lagi demi segelas kopi di kawasan yang agak jauh dari pantauan orang-orang sekantornya…

NURANIWhere stories live. Discover now