BUAH KESALAHAN

1.9K 29 8
                                    

BUAH KESALAHAN

BRAKKK!!! Tangan gemuk berkulit putih dan berkuku bersih itu menggebrak meja dengan keras. “Apa pertanggungjawabanmu, ton?!!! Kamu sudah di percaya!!! Dan kamu berkhianat!!!” Daniel Hendrik si pemilik dealer terus-terusan menggeram tertahan. Karena tak sedikit pun Antonius Lazarus membuka mulut untuk membela dirinya atau pun menjelaskan.

            “Saya… bersalah, pak… atas semua pengaduan yang Bapak terima… ya, saya bersalah…” Antonius mengakui dengan suara pelan… dengan suara agak bergetar… tapi ia lancar mengucapkan semuanya. Sudah berakhir, batinnya. Semua akan berakhir sebentar lagi…

Terdengar pintu di ketuk… Hega Pratama melangkah masuk dan duduk di kursi di sebelah Antonius. Antonius menatap Hega dengan lemah. Hega menahan dirinya sekuat tenaga. Mereka akan menghadapi persidangan ini.

            “Duduk kau, Hega!!!” Daniel memberi perintah tanpa ramah-tamah sedikitpun. Hanya kegeraman yang tertahan.

            “Hega… Saya berjanji pada almarhum papa kamu di semasa hidupnya… saya akan menganggap anak semata wayangnya seperti anak kandung sendiri!” Lalu Daniel menoleh pada Antonius. “Dan kamu, ton… Pak Heli sudah menganggap kamu seperti anak kandungnya sendiri! Ia menitipkan kamu ke saya! Dan inilah yang kalian berikan!!!” Daniel menggebrak meja lagi berkali-kali. Kegeramannya terlepas di atas meja jati berukir itu. Daniel adalah penggemar barang antik. Usianya sudah genap lima puluh tahun. Ia berpikir bisa mempercayakan usahanya pada orang-orang pilihannya dengan mendidik mereka sungguh-sungguh bekerja keras mencetak prestasi untuk naik ke atas. Dan Daniel merasa kecewa. Teramat kecewa… Ia merasa di tikam dari belakang oleh orang-orang dekatnya sendiri… Antonius dan Hega tak pernah tahu, kalau mereka sama-sama dekat dengan si pemilik. Selama ini Hega berpikir Antonius masuk sebagai kepala cabang karena hasil murni dari seleksi pihak perusahaan. Begitu pun dengan Antonius. Ia tak pernah berpikir Hega punya riwayat keluarga yang dekat dengan Daniel Hendrik.

            “Saya,,,” Daniel berusaha menahan dirinya agar tetap bisa berbicara selayaknya orang berpendidikan meskipun kemarahannya sudah tak terkira, “Meletakkan nama saya,,, dipertaruhkan,,, untuk meminta manajemen memberi kepercayaan pada kalian tanpa lewat prosedur… Betapa beruntungnya kalian…” Daniel menarik nafas lagi untuk mengontrol emosinya. “Betapa banyaknya orang-orang unggulan yang bersaing di bawah sana, menunggu giliran untuk naik. Dan kalian dapat kesempatan itu dengan mudahnya… dan kalian membuktikan… bahwa saya telah salah mengambil keputusan!!!” BRAKKKK!!! Meja digebrak lagi oleh Daniel. “Kalau saya tidak menjalankan prosedur sesuai peraturan manajemen HRD… maka saya akan malu pada diri sendiri!!! Kali ini saya tidak bisa menolong kalian… Dan kamu, Anton!” Daniel melihat kembali pada Antonius yang telah merunduk. “Bodohnya kamu telah menyembunyikan kasus Rika dan Ryan. Kamu di anggap terlibat!!! Juga kasus penggelapan uang yang lainnya!!! Kamu sudah mengakui!!! Dan kamu Hega!” Daniel menoleh lagi pada Hega. ”Saya tidak perduli perasaan pribadimu sama Anton… Dan tak perduli kamu melakukannya dengan alasan untuk menolong… kamu juga di anggap terlibat!!! Meski saya tak mau hal ini mencuat ke permukaan dan merusak nama baik Cameron… saya akan tetap mengijinkan manajemen menjalankan peraturannya!!! Karir kalian… tamat!!!” Daniel tidak menunggu penjelasan apapun lagi… ia langsung melangkah keluar ruangan dengan geram dan gerah. Meski suhu AC di ruangan itu mencapai tujuh belas derajat celcius…

            “Maafkan aku,” bisik Antonius lemah, pada Hega.

            “Gak ada yang perlu di maafin. Aku tau resiko dari setiap pilihan yang aku ambil. Hanya saja… aku tidak memilih untuk berlari dari perasaanku… aku gak sanggup terpisah dari kamu... aku mencabut perkataanku semalem... dan sampai saat ini,” Hega menoleh pada Antonius, “Kapanpun kamu memilih untuk bersatu dengan aku dan meninggalkan Mira… aku akan selalu menunggu… apapun keadaannya. Sekali pun kita di penjara. Tapi aku yakin, aku bisa menyelesaikan masalah kita tanpa harus diperpanjang. Aku akan mengganti semua uang perusahaan yang kamu pakai. Aku akan membujuk Oom Daniel… aku pandai berdiplomasi dan…” Hega menarik nafas dengan cepat. “Kamu gak usah khawatir soal karir. Aku punya rekening yang cukup untuk kita memulai usaha…”

NURANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang