NURANI

11K 107 4
                                    

AMELIA DAN IRONI        

Hega Pratama adalah seorang perempuan berusia sekitar 33 tahun, single, pintar dan kaya raya. Perawakannya tinggi dan tegap. Ia punya bahu bidang layaknya model. Wajahnya selalu terlihat dengan sedikit senyum simpul saja. Tidak terlihat sombong, tapi juga tidak terlihat ramah. Ia lebih terkesan kalem. Dan baru sebulan ini, ia menetap kembali di Jakarta. Tadinya ia sempat menetap di Bandung selama setahun. Lalu perusahaan otomotif tempatnya bekerja hampir selama lima tahun ini, menugaskannya kembali ke Jakarta dengan posisi tetap sebagai seorang Sales Supervisor Senior. Padahal ia berharap ada kenaikan atau promosi. Tapi sepertinya ia harus bersabar untuk terus membuktikan pada manajemen bahwa ia punya prestasi yang outstanding untuk mengalahkan semua kompetitornya demi mendapatkan sebuah promosi kenaikan jabatan. Dan di hari minggunya ini, hampir seharian Hega mengisinya untuk melepas kangen dengan sahabat sejak masa kuliahnya. Hampir sepuluh tahun sudah, ia bersahabat dengan Amelia Rukmana, gadis berdarah Sunda-Jawa yang eksotis, berkulit kecoklatan, berwajah oval sempurna, rambut hitam yang lurus, tebal dan panjang hingga menjuntai ke pinggang. Bisa dikatakan, Amelia berperawakan ramping, tidak tinggi semampai seperti Hega, tapi tubuhnya proporsional. Dan sosok eksotisnya sangat menarik para pejantan ras kaukasia. Orang–orang bule menggemari warna kulit dan tekstur wajahnya. Kekasihnya yang sekarang adalah pria setengah baya berkebangsaan Perancis. Mereka akan menikah tepat di 6 bulan mendatang. Hari itu Amelia mengenakan blus terusan baby doll yang panjangnya sekitar sepuluh senti di atas lutut. Ia terlihat makin eksotis dengan nuansa serba merah bata membungkus tubuhnya. Kalung low neck dari batu phyrus hijau toska menghiasi leher jenjangnya yang ramping dan tampak kencang sesempurna leher sebuah manekin. Bibir idealnya yang berbentuk cherry di pulas dengan lipstick berwarna natural yang memberi efek berkilat serta basah. Sepatu temalinya yang seksi semakin memperindah tungkai kakinya. Betisnya juga ramping dan jenjang. Semua keindahan itu menjadi modal Amelia untuk menarik perhatian para lelaki. Sebelumnya, Amelia senang bergonta-ganti pasangan… sampai akhirnya ia bertemu dengan Pacar Perancisnya. Dan ia langsung meyakinkan dirinya sendiri, He’s the one and the only one… Kali ini Amelia main hati…

Dan percakapan berangsur begitu seru saat mereka membahas gebetan lama mereka semasa kuliah dulu; Antonius Lazarus… Topik yang bisa membuat Hega pada awalnya mendadak pura – pura tak antusias mendengarnya. Pura-pura. Hega tak pernah menyangka, Antonius adalah Kepala Cabang yang baru enam bulan ditempatkan di Cabang Kelapa Gading. Cabang di mana Hega akan mulai bekerja di hari senin besok.

            “Kenapa gak lo deketin dia?” pertanyaan lantang tanpa basa-basi yang meluncur dari bibir mungil Amelia, membuat Hega tersedak saat sedang menyeruput segelas lemon teanya.

            “hah?”

            “Lo suka dia dan masih suka dia.”, lanjut Amelia.

            “ieuuuwaatttt????” Hega menyeka sedikit tumpahan minuman yang meluberi seputar bibir penuhnya. “He’s married, jeung…”

'”he eh.” Amelia mengiyakan bahwa ia mengetahui hal itu… Tapi rautnya seolah berkata itu bukan masalah… tapi ia tak berbicara apa – apa lagi… Seolah ia tahu isi hati Hega sebenarnya, tapi menyerahkan kembali kepada Hega untuk jujur pada diri sendiri. Menurut standar Amelia, “ada yang punya” atau “belum ada yang punya”,,, kalau suka… rebut! Sementara Hega akan selalu membuat standar “benar” atau “salah” dalam mengambil sikap atau memutuskan untuk melakukan tindakan tertentu. “Tak sepaham” dengan Amelia. Dan Amelia sadar penuh akan hal itu. Jadi ia menghindari dirinya berpolemik ria dengan hal yang bukan menjadi kepentingannya.

            Malam hari tiba… Hega mengenang kesehariannya di banyak malam… malam minggu, malam senin bahkan malam jum’at kliwon… ia harus merasa seru sendiri menikmati acara nonton DVD sewaan (ia anti “DVD bajakan”) tanpa seorangpun menemani…

NURANIWhere stories live. Discover now