37. Kehancuran Benteng Mongol

1.4K 27 0
                                    

"PENGKHIANAT busuk!" Hoa Hoa Cinjin membentak marah sekali. Semenjak tadi, melihat Ciu-ong Mo-kai diterima sebagai pembantu oleh Bhok-kongcu, Hoa Hoa Cinjin sudah merasa tak senang dan curiga. Dia sudah mengenal baik-baik pengemis tua ini, yang berjiwa patriotik sampai ke rambut-rambutnya. Paling gigih, pengemis ini melawan penjajah, malah secara rahasia memimpin seluruh perkumpulan pengemis di selatan untuk bangkit melawan penjajah. Bagaimana orang seperti dia itu bisa membantu orang-orang Mancu yang sekarang menjajah tanah airnya dan bagaimana mungkin lagi dapat menghambakan diri kepada Bhok-kongcu, seorang Pangeran Mongol?

Kalau dia datang membantu, tentu di belakangnya terselip maksud-maksud lain yang tidak baik. Akan tetapi tentu saja la tidak berani membantah kehendak Bhok-kongcu karena iapun maklum bahwa makin banyak orang pandai seperti Ciu-ong Mo-kai dapat membantu mereka, betul-betul membantu dengan setia, akan makin baiklah. Maka Hoa Hoa Cinjin yang duduk tak jauh dari Bhok-kongcu, selama pesta berjalan, hanya diam saja dan hanya mengawani makan minum. Namun diam diam matanya yang tajam seperti mata burung rajawali itu selalu menaruh perhatian dan mengawasi setiap gerak-gerik Ciu-ong Mo-kai.

Maka begitu ia melihat Ciu-ong Mo kai menyemburkan arak menyerang empat orang Mongol yang hendak membelenggu Han Sin, kemudian kakek pengemis itu menyambar tubuh Han Sin, Hoa Hoa Cinjin mengeluarkan teriakan marah lalu menyerang dengan hebat.

Ciu-ong Mo-kai bukan seorang yang ceroboh. la memang berlaku nekat ketika menolong Han Sin, maklum bahwa perbuatannya kali ini bukan main-main dan nyawalah taruhannya. Maka sebelum melakukan perbuatan itu, ia telah lebih dulu menghitung-hitung dan tahu bahwa ia akan berhadapan dengan orang-orang kosen dan lihai, terutama Hoa Hoa Cinjin. Hal ini membuat dia berlaku waspada dan tak pernah mengalihkan perhatiannya dari sai-kong ini.

Serangan dari Hoa Hoa Cinjin amat dahsyat datangnya, merupakan sebuah pukulan tangan kanan ke arah lambung Ciu-ong Mo-kai dibarengi dengan cengkeraman ke arah tubuh Han Sin yang dipanggul kakek pengemis itu. Sambaran angin serangan ini sudah membuat pakaian Ciu-ong Mo-kai di bagian lambung dan baju Han Sin di bagian pundak robek!

Ciu-ong Mo-kai kaget juga, akan tetapi tidak gugup. la maklum bahwa cengkeraman ke arah tubuh Han Sin itulah yang lebih berbahaya karena pemuda itu sedang pingsan tak dapat menjaga diri. Cepat ia mengangkat tangan menangkis cengkeraman, sedangkan pukulan ke arah lambungnya ia hindarkan dengan sebuah gerakan mengegos yang lincah dari langkah kaki Ilmu Silat Liap hong-sin-hoat.

Ilmu silat ciptaan Ciu-ong Mo-kai ini, sesuai dengan namanya, yaitu Liap-hong-sin-hoat (Ilmu Sakti Mengejar Angin), memang mengandalkan kecepatan dan gerakan-gerakan kaki teratur yang amat cepat perubahannya. Dengan ilmu silat ini, tanpa balas menyerang Ciu-ong Mo-kai akan dapat menghadapi serangan serangan orang dengan enak saja, tubuhnya menjadi licin bagaikan belut dan trengginas, cepat bagaikan burung walet.

Akan tetapi sekarang ia menghadapi serangan Hoa Hoa Cinjin, seorang tokoh besar ilmu silat yang tingkat kepandaiannya tidak kalah tinggi olehnya. Memang ia berhasil menangkis cengkeraman ke arah Han Sin, akan tetapi pukulan ke arah lambungnya itu biarpun sudah dapat ia elakan, namun sebuah terdangan kaki yang boleh dibilang berbarengan saatnya dengan pukulan itu sendiri, tak dapat dihindarkannya lagi. Tendangan itu mengenai perut Ciu-ong Mo-kai.

Tubuh kakek pengemis ini terpental, namun hebat sekali, dia masih dapat meminjam tenaga tendangan ini untuk terus meloncat lari dari tempat itu sambil memanggul tubuh Han Sin dan membawa lari pula luka ringan di bagian dalam perutnya akibat tendangan tadi!

"Tangkap dia! Kejar!" Bhok-kongcu atau Pangeran Galdan memerintah dengan suara marah sekali.

"Tangkap hidup-hidup!"

Masih untung bagi Ciu-ong Mo-kai bahwa pangeran itu saking marahnya dan saking bernafsu hendak melampiaskan amarahnya kepada Ciu-ong Mo-kai dan Han Sin, mengeluarkan perintah supaya menangkap mereka hidup-hidup. Andaikata tidak demikian, mana kakek ini mampu keluar dari kepungan dengan tubuh masih bernyawa? Serangan senjata-senjata rahasia dan anak panah tentu akan merenggut nyawanya dan nyawa Han Sin yang masih pingsan.

Kasih di Antara RemajaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin