02. Bayi Perempuan Siapa?

2.6K 29 1
                                    

CIA SUN tiba-tiba tertawa mengejek. "Baik, sam-wi losuhu. Lepas dari pada tahu atau tidaknya aku tentang surat wasiat itu, aku ingin sekali mengetahui. Sam-wi adalah tiga orang hwesio tua yang sepatutnya melakukan hidup suci dan beribadat, melepaskan diri dari ikatan duniawi, kenapa sam-wi mencari surat wasiat tentang harta karun? Apakah kalau sudah mendapatkan harta karun, sam-wi lalu hendak memelihara rambut dan berubah menjadi hartawan-hartawan?"

Merah muka tiga orang hwesio itu. Inilah penghinaan yang amat besar, mereka anggap penghinaan karena memang cocok sekali dengan idam-idaman hati mereka. Siapa orangnya tidak kepingin kaya raya, pikir mereka membela diri.

"Cia-sicu, tak usah banyak komentar. Pendeknya kau berikan atau tidak surat wasiat Lie Cu Seng itu?"

Sebagai jawaban, Cia Sun meloloskan pedangnya dan melintangkan senjata ini di depan dadanya. "Sekali lagi kutekankan, Thian-san Sam-sian. Aku Cia Sun bukan seorang yang suka membohong. Aku tidak pernah mendengar atau melihat surat wasiat yang kalian maksudkan itu. Terserah mau percaya atau tidak."

"Kalau begitu kau harus membayar hutang ayahmu!" Sambil berkata demikian Gi Thai Hwesio mulai menyerang, diikuti oleh dua orang sutenya. Penyerangan mereka teratur dan amat kuat, merupakan barisan Sha-kak-tin (Barisan segi tiga) yang berbahaya.

Akan tetapi Cia Sun adalah seorang pendekar yang sudah banyak mengalami pertempuran, ilmu kepandaiannya tinggi sekali dan ia sudah memiliki ketenangan. Selama ia menghadapi musuh-musuh yang amat banyak, baru sekali karena kepandaian puteri Hui itu memang luar biasa dan aneh. Kini menghadapi keroyokan Thian-san Sam-sian, ia bisa berlaku tenang dan pedang ia gerakan cepat memutari tubuhnya merupakan benteng kuat melindungi tubuh sambil kadang-kadang sinar pedangnya menyelonong ke kanan kiri untuk mengirim serangan-serangan yang tak kalah hebatnya.

Pertempuran kali ini malah lebih hebat dari pada tadi ketika Cia Sun melawan Ang-jiu Toanio. Empat batang pedang berkilauan saling sambar di antara sambaran tiga buah tasbeh yang bergulung-gulung sinarnya. Selama menanti sampai belasan tahun semenjak dikalahkan oleh Cia Hui Gan, Thian-san Sam-sian telah melatih diri dengan tekun, maka kepandaian mereka kalau dibandingkan dengan dahulu ketika menghadapi ayah Cia Sun, sekarang mereka telah menjadi lebih kuat dan lihai.

Namun, Cia Sun juga telah mendapatkan kemajuan sehingga pada saat itu tingkat ilmu silatnya sudah melampaui tingkat ayahnya. Maka pertempuran ini adalah pertempuran mati-matian yang membuat tubuh mereka lenyap ditelan gulungan sinar senjata mereka. Hanya debu mengebul ke atas dan para pelayan menjauhkan diri dengan muka pucat.

Kera kecil yang sudah sejak tadi muncul, mengeluarkan bunyi cecowetan dan kaki tangannya bergerak-gerak seperti orang bersilat. Kera inipun bukan kera sembarangan karena sudah dapat menggerak-gerakan ilmu silat yang sering ia lihat kalau tuannya, Cia Sun, berlatih. Akan tetapi menghadapi tiga orang hwesio yang demikian lihai, tentu saja ia tidak berani mendekat, hanya ribut sendirian bersilat melawan angin sambil mengeluarkan bunyi seakan-akan menjagoi tuannya dan memaki-maki tiga orang hwesio itu.

Sebetulnya kalau melawan seorang di antara tiga hwesio itu, tentu Cia Sun akan menang. Tingkat kepandaiannya masih lebih menang setingkat dari pada seorang di antara mereka. Akan tetapi dikeroyok tiga, ia sibuk juga dan terdesak hebat. Monyet peliharaannya, Lim-ong, makin ribut. Agaknya binatang ini mengerti bahwa tuannya terdesak dan berada dalam keadaan berbahaya. Monyet ini sudah terlampau sering ikut tuannya merantau dan menyaksikan Cia Sun bertempur, maka matanya menjadi awas dan ia dapat melihat keadaan pertempuran.

Pada suatu saat, pedang di tangan Gi Thai Hwesio dan tasbeh di tangan Gi Hun Hwesio menyambar dengan cepat dan berbareng ke arah tubuh Cia Sun. Pendekar ini cepat menggunakan pedangnya, sekali tangkis ia dapat membikin terpental dua senjata ini. Akan tetapi pada saat itu, Gi Ho Hwesio menyerangnya dengan sambaran tasbeh ke arah kepala dan tusukan pedang ke arah perut. Monyet kecil menjerit ngeri.

Kasih di Antara RemajaWhere stories live. Discover now