35. Rahasia Bayi Perempuan Min-san

1.5K 25 0
                                    

DI TEMPAT yang sunyi, tempat terbuka sehingga takkan ada orang dapat mengintai dan mendengarkan percakapan mereka, Tilana berhenti dan gadis ini duduk di atas rumput. Bi Eng juga duduk di depannya sambil tersenyum dan berkata,

"Cici Tilana, kau amat aneh. Bercakap-cakap saja mengajak di tempat yang begini sunyi. Kalau kita tadi pergi ke rumah makan sambil makan-makan kita mengobrol, kan lebih enak?"

Tilana menatap wajah Bi Eng yang cemerlang dan berseri ditimpa sinar bulan purnama itu, lalu menarik napas. Kasihan, pikirnya. Gadis ini begini jujur, terbuka hati baik budi. Baru sekarang ia melihat betapa mata dan bibir Bi Eng ini sama benar bentuknya dengan mata dan bibir ...... ibunya, Balita.

Makin terharu hati Tilana. Gadis ini senasib dengan dirinya, semenjak kecil tak mengenal ibu sendiri, dipermainkan oleh nasib yang ditimbulkan oleh orang-orang tua yang tak bertanggung jawab. Tak terasa lagi Tilana merangkul Bi Eng dan menangis.

"Aduh, adikku, Bi Eng ......, kasihan sekali kau ......"

Bi Eng makin terheran, tak enak hatinya, ia melepaskan rangkulan Tilana dengan halus, menentang pandangnya lalu bertanya sungguh-sungguh, "Cici Tilana harap jangan berlaku penuh rahasia, kau membikin gelisah. Sebetulnya, ada apakah yang terjadi? Kenapa kau malah menaruh kasihan kepadaku?"

"Adikku Bi Eng, tak tahukah engkau bahwa ..... bahwa kanda Han Sin sebetulnya hanya mencinta kau seorang? Kaulah yang dicintanya, bukan wanita lain ......."

Merah muka Bi Eng. "Aahhh, kau ini aneh-aneh saja cici Tilana. Kalau tidak mencinta aku habis bagaimana? Akukan adiknya!" la mencoba bergembira.

Akan tetapi Tilana memegang tangannya dan berkata sungguh-sungguh, "Aku tidak main-main, Bi Eng. Ketahuilah sesungguhnya kau bukanlah adik kandung kanda Han Sin, kau malah bukan apa-apanya, bukan sanak, bukan kadang ......"

"Apa ...... apa artinya ini ....." Jangan kau main gila!" Bi Eng menjadi pucat, hatinya berdebar.

"Aku bicara sesungguhnya, dan aku berterus terang karena aku suka kepadamu. Kanda Han Sin sendiri yang berkata kepadaku tentang dirimu ketika akhir-akhir ini aku bertemu dengan dia. Malah Siauw-ong pun di tinggalkan di tempatku. Bi Eng, kau bukanlah adik kandungnya, apakah selama ini kau tidak merasanya? Apakah sikapnya terhadapmu sewajarnya?"

Makin pucatlah wajah Bi Eng, jantungnya berdebar tidak karuan. Dia bukan adik kandung Han Sin? Pemuda itu bukan kakaknya? Mana mungkin? Sejak ia dapat mengingat ia selalu berada di sisi kakaknya itu.

"Tak mungkin! Kau bohong!" katanya dengan bibir menggigil. "Sejak aku dapat mengingat, dia selalu berada di sisiku, menjadi kakakku ......"

Tilana mengangguk. "Aku mengerti, demikianpun aku, adikku. Orang yang kukira ibuku, yang semenjak kecil kusangka, ibu kandung sendiri, ternyata orang lain dan bukan apa-apaku. Semenjak kecil kau berada di sisi kanda Han Sin, akan tetapi tahukah kau apa yang terjadi ketika kau masih bayi? Kau bukan adik kandungnya, Bi Eng dan hal ini aku yakin benar karena aku tahu anak siapa kau ini, malah ibumupun masih hidup ......."

Bi Eng mengeluarkan jerit tertahan dan ia memegang tangan Tilana erat-erat seakan-akan hendak menghancurkan tangan itu dalam cengkeramannya. Baiknya Tilana adalah seorang gadis berilmu, kalau tidak, bisa remuk tulang tangannya dicengkeram seperti itu oleh Bi Eng.

"Tilana! Awas kau kalau bohong ....!"

Tilana menentang pandang mata itu dan menggeleng kepala.

"Kalau begitu, siapa ibuku yang betul? Ayoh bilang, siapa dia? Aku anak siapa?"

"Ibumu adalah orang yang selama ini kuanggap ibuku. lbumu adalah Balita, Puteri Hui ......."

"Tak mungkin .....! Tak mungkin .....! Aku anak Jim-cam-khoa si iblis betina ........?"

Kasih di Antara RemajaWhere stories live. Discover now