40. Pertemuan Saudara Kandung

1.4K 25 0
                                    

Pemuda ini seakan-akan mendengar suara bertumbuknya dua tenaga dahsyat itu di tengah udara dan maklum pula bahwa Hui-kiam Koai-sian menderita kerugian dalam bentrokan pertama ini. Dia kalah persiapan dan kalah dulu, maka sebagian tenaga penyerangan Bhok Hong dapat mendobrak pertahanan Hui-kiam Koai-sian dan terus menyerang dada kakek itu. Baiknya Hui-kiam Koai-sian sudah menjaga diri sehingga biarpun tenaga pukulan Hek-tok-sin-kang itu mengenai dadanya, namun sudah tertahan oleh tangan kiri yang dilingkarkan di depan dada. Betapapun juga, kakek ini menjadi pucat seketika dan ..... muntahlah darah segar dari mulutnya!

Wajah Pak-thian-tok Bhok Hong membayangkan kegembiraan, akan tetapi mulutnya tertutup. Ia hanya mengirim serangan lagi secara bertubi-tubi, semua dilakukan dengan tangan yang mengandung cengkeraman-cengkeraman maut!

Biarpun Hui-kiam Koai-sian sudah terluka dan muntah darah, namun dengan tenang kakek ini masih dapat menangkis semua serangan, malah kini mulai balas menyerang dengan Ilmu Silat Lo-hai Hui-kiam yang amat lihai itu. Han Sin yang menonton pertandingan mati-matian yang dilakukan dengan tenaga dalam sepenuhnya, dilakukan tanpa mengeluarkan suara karena semua tenaga dikerahkan dalam pertandingan ini, diam-diam merasa amat kagum akan Ilmu Silat Lo-hai Hui-kiam yang dimainkan kakek itu.

Ia baru tahu bahwa ilmu silat ini benar-benar hebat, kalau sudah dilatih secara sempurna, ternyata yang tiga puluh enam jurus itu sudah cukup kuat untuk menghadapi serangan sedahsyat serangan Pak-thian-tok Bhok Hong, malah dapat membalas dengan serangan yang tidak kalah ampuhnya.

Makin lama serang menyerang antara dua orang kakek yang duduk bersila sejauh jarak tiga meter itu, makin hebat. Akan tetapi anehnya, gerakan mereka makin lambat. Jangan dikira bahwa mereka kehabisan tenaga atau kelelahan, tidak sama sekali, pukulan-pukulan yang dilakukan makin lambat ini sebetulnya malah makin berbahaya karena itulah tanda bahwa pukulan itu mengandung tenaga dalam yang sepenuhnya. Seakan-akan tergetar udara sekeliling dua orang kakek itu. Tanpa diketahui dan tanpa dilihat pula, tempat duduk mereka tergeser makin dekat tanpa mereka menggerakkan kedua kaki yang bersila!

Sementara itu, sorakan-sorakan orang yang berperang di dekat gunung masih terdengar sayup sampai dari tempat itu. Han Sin tak dapat membedakan lagi suara-suara itu dan tidak tahu bagaimana kesudahan perang antara barisan Mongol dan barisan Mancu. Perhatiannya amat tertarik oleh perang tanding antara dua orang tokoh di dunia persilatan yang pada masa itu kiranya sudah boleh dianggap dua orang yang paling tinggi kedudukannya, tentu saja di bawah Pek Sin Niang-niang yang memiliki kesaktian luar biasa.

Tiba-tiba Han Sin dikejutkan oleh suara lengking yang luar biasa, serak seperti suara burung gagak, seperti suara ketawa, akan tetapi lebih patut disebut ketawa iblis dari pada ketawa manusia.

"Hoa Hoa Cinjin ......" Han Sin segera mengenal suara ini dan jantungnya berdebar. Teringat ia akan Hoa-ji dan ia mengharapkan tokoh jahat ini akan muncul bersama anak angkatnya, Hoa-ji.

Tepat seperti dugaannya. Dari jauh mendatangi dua bayangan yang cepat larinya dan tak lama kemudian muncullah Hoa Hoa Cinjin, tosu jahat yang bermata luar biasa itu, bersama nona berkedok, Hoa-ji! Tosu ini begitu melihat keadaan Pak-thian-tok Bhok Hong yang sedang bertempur mati-matian melawan Hui-kiam Koai-sian, maklum bahwa dia sendiri tidak mungkin dapat campur tangan dalam pertandingan antara dua orang tokoh besar yang kepandaiannya masih beberapa tingkat lebih tinggi dari pada kepandaiannya sendiri.

Akan tetapi, dasar orang jahat, tiba-tiba dan sayangnya Han Sin terlalu memperhatikan Hoa-ji yang membuat jantungnya berdebar kalau teringat bahwa di bawah kedok itu bersembunyi wajah adik kandungnya sehingga pemuda ini tidak melihat gerakan Hoa Hoa Cinjin, tosu itu mengayun tangannya dan sinar hijau menyambar ke arah tenggorokan Hui-kiam Koai-sian!

Pada saat itu, jarak antara Hui-kiam Koai-sian dan Pak-thian-tok hanya tinggal dua meter lagi. Pertandingan antara mereka sedang terjadi dengan hebatnya. Dua pasang lengan itu bergerak-gerak, saling serang dan saling desak, angin pukulan mereka membuat rambut dan pakaian mereka bergerak-gerak seperti tertiup angin puyuh.

Kasih di Antara RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang