18. Kaki Tangan Pangeran Mongol

1.7K 26 0
                                    

KEBENCIAN yang timbul dari cemburu. Memang paling berbahayalah kalau wanita sudah dibakar oleh cemburu, ia bisa menjadi nekad dan melakukan segala macam perbuatan mengerikan. Akan tetapi, rasa takutnya terhadap Bhok-kongcu lebih besar lagi sehingga Leng Nio masih ingat bahwa kalau ia mengganggu Bi Eng, tentu Bhok-kongcu takkan mengampuninya. Maka ia hanya mempermainkan Bi Eng dan hanya mengancamnya. Melihat Bi Eng makin ketakutan, ia lalu mendesak.

"Aku takkan merusak mukamu asal kau suka memberitahukan di mana adanya surat wasiat Lie Cu Seng."

Tak dapat disangkal pula, memang Bi Eng merasa ngeri kalau memikirkan mukanya akan dirusak. Akan tetapi dia bukan seorang pengecut. Kalau untuk melindungi mukanya ia harus membuka rahasia tentang surat wasiat yang dibawa kakaknya, nanti dulu!

"Aku tidak tahu," jawabnya.

"Kalau begitu, betul-betul hidungmu akan kupotong!"

Pedang di tangan Leng Nio berkelebat, akan tetapi tiba-tiba pedang itu terlepas dari pegangan, juga pedang di tangan kiri dan di lain saat Leng Nio sudah roboh tergelimpang. Bi Eng kaget sekali, juga heran. Akan tetapi tahu-tahu ada bayangan berkelebat dan gadis ini telah disambar orang, dibawa melompat tinggi ke atas genteng, terus dibawa berlari cepat sekali.

Leng Nio yang sudah dapat bangun lagi, tidak mengenal siapa penyerang gelap tadi karena bayangan itu sudah lenyap bersama Bi Eng. Bukan main kagetnya. Ia tahu bahwa mengejar takkan ada artinya karena sudah terang penyerang gelap tadi memiliki kepandaian yang luar biasa sekali, jauh lebih tinggi dari pada kepandaiannya sendiri. Ia hanya melihat tubuh yang ramping dari belakang ketika bayangan itu berkelebat pergi memondong tubuh Bi Eng.

"Apa dia Thio-siocia .....?" pikir Leng Nio.

Thio Li Hoa juga amat tinggi ilmu silatnya, akan tetapi kenapa Thio-siocia menculik Bi Eng? Pula, ia mengenal gerakan-gerakan Li Hoa yang menjadi murid utama dari Coa-tung Sin-kai. Sedangkan bayangan tadi yang jelas adalah bayangan seorang wanita, memiliki gerakan yang cepat dan aneh. Apalagi serangan pukulan jarak jauh yang membuat pedangnya terlepas dan tubuhnya terguling tanpa menderita luka, benar-benar merupakan serangan yang luar biasa dan aneh. Agaknya Thio-siocia belum tentu mampu melakukan serangan macam itu. Siapa dia?

Harus kulaporkan kepada Bhok-kongcu, pikir Leng Nio dan gadis ini menjadi takut. Ia memutar otak mencari akal bagaimana harus melaporkannya tanpa menimpakan kesalahan kepada diri sendiri. Perlahan-lahan ia lalu memasuki gedung itu dari pintu belakang.

Bi Eng merasa dirinya tak berdaya dalam pondongan orang itu. Atau lebih tepat ia "dikempit" karena orang itu membawanya seperti orang membawa sepotong balok saja. Tentu ia akan meronta sekuatnya kalau saja yang merampasnya itu seorang pria.

Akan tetapi setelah ia tahu bahwa yang membawanya pergi adalah seorang wanita, ia menjadi tertarik sekali dan ingin tahu apa yang hendak dilakukan wanita itu terhadap dirinya. Tentu tidak bermaksud jahat, pikirnya. Buktinya, wanita ini sudah menolongku dari ancaman Leng Nio yang galak.

Ia kagum sekali melihat betapa wanita itu dengan ringan meloncat-loncat lalu turun dari atas genteng dan membawanya lari memasuki sebuah hutan besar di lereng bukit. Tidak mudah berlari-lari secepat itu sambil memondongnya. Ketika ia melirik ke atas, hatinya berdebar. Wanita itu memakai kedok yang menutupi seluruh muka dan kepalanya. Hanya sepasang mata yang bersinar-sinar aneh tampak dari dua lubang kecil di kedok itu.

Dia langsing sekali dan tubuhnya menunjukkan bahwa dia masih muda, tapi kepandaiannya sudah hebat dan sikapnya aneh. Mengapa pakai kedok menutupi muka? pikir Bi Eng.

Setelah tiba di tengah hutan yang besar, si kedok itu melepaskan kempitannya, kemudian sekali ia melayang, tubuhnya telah naik dan tahu-tahu ia telah duduk di atas cabang pohon. Bi Eng berdiri dan memandang kagum.

Kasih di Antara RemajaWhere stories live. Discover now