25. Pembersihan Pengkhianat Cin-ling-pai

1.6K 32 0
                                    

"SUAMIKU, ucapan anak-anak kita tadi memang benar belaka. Coba kautanyakan kepada burung-burung dalam sangkar. Biarpun kau mengurungnya dalam sangkar emas yang indah dan mahal, biarpun setiap hari kau memberinya makan minum secukupnya, biarpun setiap saat kau memuji-mujinya dengan muka manis seperti yang dilakukan setiap penjajah kepada rakyat jajahannya, tetap saja burung-burung di dalam sangkar itu ingin bebas merdeka. Demikian pula rakyat. Kemakmuran duniawi yang bagaimana hebatpun yang bisa didatangkan oleh kaum penjajah kepada bangsa terjajah, tetap saja tak dapat melenyapkan hasrat untuk merdeka. Apa sih enaknya dilolohi makanan lezat, diselimuti pakaian mahal, oleh bangsa lain yang menginjak-injak tanah air dan bangsa? Anak-anakmu lebih benar ......." Nyonya itu lalu bernapas panjang, nampaknya sedih sekali.

"Habis kau mau suruh aku bagaimana? Suruh aku menyerahkan kepalaku untuk dipenggal sebagai pemberontak? Apa kalian ibu dan anak sudah begitu ingin melihat aku mampus?" akhirnya Thio-ciangkun berkata penuh kejengkelan. Ia merasa diperlakukan tidak adil oleh isteri dan anak-anaknya. la sudah bekerja keras, merebut pangkat, semua ini untuk menyenangkan anak-isterinya.

la tahu bahwa isterinya dahulu adalah puteri seorang patriot pengikut Lie Cu Seng dan tahu bahwa isterinya adalah seorang gadis pejuang. Akan tetapi karena cinta, ia mengawininya juga dan ternyata sekarang isterinya itu menurunkan semangat kepatriotan itu kepada dua orang anaknya!

"Tidak, ayah. Kami hanya ingin melihat ayah insyaf dan meninggalkan kedudukan ini, meninggalkan pemerintah penjajah," kata Li Hoa dengan berani.

"Huh, bicara sih gampang. Ayoh masuk ke sana."

"Ayah ada satu hal lagi," kata Li Hoa. "Bhok-kongcu telah menawan seorang gadis bernama Cia Bi Eng dan sekarang dia dibawa oleh dua orang iblis tadi ke gedung Bhok-kongcu. Dia itu kawan baik kami, ayah. Penangkapan itupun bermaksud keji. Harap sudi menolongnya."

"Dia itu gadis pemberontak?" tanya Thio-ciangkun.

"Pemberontak atau bukan, melihat seorang gadis baik-baik dalam cengkeraman si keji Bhok, kau harus berusaha menolongnya," kata nyonya Thio-ciangkun dengan suara tetap.

"Sudahlah, sudahlah akan kudayakan."

Percakapan ini ternyata telah menolong Bi Eng. Karena terdesak oleh isterinya yang amat dicintainya dan yang selalu membela anak-anaknya, Thio-ciangkun lalu menemui seorang yang amat dihormatnya, seorang pangeran yang selalu menjadi tempat ia bermohon, seorang yang dianggapnya arif bijaksana dan karenanya membuat Thio-ciangkun rela menjadi abdi pemerintah Mancu.

Pangeran ini adalah putera kaisar dari seorang selir Bangsa Han. Namanya juga nama Han dan berjuluk Pangeran Yong Tee. Pangeran ini paling pandai menyesuaikan diri dengan Bangsa Han, malah tak sedikitpun ada tanda bahwa dia berdarah Mancu. Wajahnya tampan, seorang ahli sastera dan nasehat-nasehatnya dalam pemerintahan banyak mendatangkan kemajuan dalam pekerjaan ayahnya, Kaisar dari Mancu.

Kesukaan Pangeran Yong Tee adalah berdandan sebagai seorang rakyat kecil dan melakukan perjalanan seorang diri, keluar masuk kampung dan mempelajari perikehidupan rakyat jelata. Sesungguhnya kebaikan-kebaikan yang diperlihatkan oleh Pangeran Yong Tee inilah yang menarik hati Thio-ciangkun, membuat perwira ini berkesan baik terhadap pemerintah Ceng yang dipimpin oleh orang-orang Mancu itu.

Ketika Pangeran Yong Tee mendengar permohonan Thio-ciangkun untuk menolong seorang gadis sahabat anak-anaknya yang ditawan oleh Bhok-kongcu, segera pangeran ini memenuhi permintaannya. Dengan sepucuk surat pendek saja, para petugas di rumah gedung Bhok-kongcu tak berani membantah dan segera mengirim Bi Eng ke istana Pangeran Yong Tee!

"Kalau Bhok-kongcu pulang, tentu terjadi hal-hal tidak enak antara dia dan aku," kata kemudian Thio-ciangkun kepada dua orang puterinya. "Semua ini gara-gara kalian berdua. Maka lebih baik kalian pergi kepada suhu kalian, jangan berada kota raja untuk sementara waktu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak baik."

Kasih di Antara RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang