05. Siucai Lemah Pelatih Silat

2K 29 0
                                    

SETELAH mengajar tanpa mengenal lelah selama dua tahun, habislah sudah semua dasar ilmu silat tinggi dan ilmu silat Liap-hong-sin-hoat ia turunkan kepada Bi Eng. Han Sin tetap belum pernah kelihatan belajar ilmu-ilmu silat yang diajarkan oleh Ciu-ong Mo-kai, akan tetapi seringkali Ciu-ong Mo-kai menjadi bengong kalau melihat betapa Bi Eng yang sedang berlatih silat ditonton oleh Han Sin, sering kali mendapat teguran-teguran dari kakaknya itu!

Pernah ia mendengar Han Sin memberi nasehat kepada Bi Eng ketika gadis itu bersama kakaknya dan Siauw-ong berada di taman belakang. Pengemis tua ini diam-diam mengintai dan alangkah herannya ketika ia melihat Bi Eng mainkan Liap-hong Sin-hoat dengan cepat dan baiknya ditonton oleh Han Sin yang mencela sana-sini.

"Gerakanmu dalam jurus ke tiga belas ada kesalahan, moi-moi. Juga dalam jurus ke lima tadi kurang sempurna," kata Han Sin setelah Bi Eng selesai berlatih.

Bi Eng menghampiri kakaknya, "Apa kesalahannya dan yang manakah kurang sempurna, Sin-ko? Harap kau memberi petunjuk."

Diam-diam Ciu-ong Mo-kai menjadi geli hatinya, ia sendiri tadi melihat dengan penuh perhatian akan tetapi tidak melihat kesalahan-kesalahan. Apakah pemuda ini yang belum pernah melatih diri berani mencela adiknya yang selalu giat berlatih?

"Coba kau ulangi gerakan ke lima tadi, bukankah itu gerakan tipu Pek-in-kan-goat (Awan Putih Mengejar Bulan)?"

"Betul, koko. Kaulihat baik-baik dan katakan nanti mana yang kurang sempurna." Gadis itu lalu membuat gerakan Pek-in-kan-goat, amat cepat, sigap dan kuat.

Ciu-ong Mo-kai memandang penuh perhatian dari tempat sembunyinya, akan tetapi ia tidak dapat menemukan kesalahan dalam gerakan itu, maka ia ingin sekali mendengar apa yang hendak dikatakan Han Sin.

"Menurut catatan dan gambaranku tentang gerakan Pek-in-kan-goat ini ketika aku melihat suhu memberi contoh, pada saat kedua tangan melakukan pukulan bertubi-tubi empat kali ke depan, tiap kali melangkah, kaki yang depan berdiri di ujung jari-jari kaki. Akan tetapi kakimu tadi kulihat masih rata dengan tanah, kurang berjungkit. Coba kau lakukan lagi."

Bi Eng kelihatan menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada Han Sin dan kini ia bersilat lagi, memperbaiki kedudukan kaki yang dianggap keliru oleh Han Sin tadi. Anehnya, biarpun Han Sin tak pernah ikut berlatih silat, gadis itu tetap saja menganggap kakaknya jauh lebih pandai dan setiap pendapat kakaknya itu betul belaka! Secara membuta karena kepercayaannya sudah mendalam, ia menurut semua nasehat Han Sin.

Yang terheran-heran adalah Ciu-ong Mo-kai karena sekarang ia baru tahu dan harus mengakui bahwa memang murid perempuannya itu melakukan kesalahan, biarpun kesalahan yang amat kecil. Andaikata dia sendiri sendiri melihat hal itu, dia tidak akan menganggapnya satu kesalahan gerak tipu ini, hanya kalau diingat lagi, memang jauh lebih sempurna kalau kaki berdiri berjungkit sebagaimana mestinya dalam gerakan ini sehingga dalam melakukan serangan berikutnya yang disertai tendangan, kedudukan akan menjadi lebih baik karena dapat menendang lebih cepat!

"Bagus, sekarang baru sempurna, cocok sekali dengan ajaran suhu." Han Sin memuji setelah adiknya mengulangi latihannya. "Sekarang coba kau ulangi jurus ketiga belas, jurus Po-in-gan-jit (Sapu awan melihat matahari)."

Dengan patuh Bi Eng melakukan gerak tipu ini dan mata Ciu-ong Mo-kai dibuka selebar-lebarnya untuk menemukan kesalahan dalam gerakan muridnya ini. Akan tetapi dalam gerakan inipun ia tidak melihat kesalahan apa-apa, malah ia berani pastikan bahwa gerakan muridnya kali ini sudah amat baik dan sempurna. Mau bilang apa lagi pemuda ajaib itu, pikirnya girang dan bangga.

Han Sin mengerutkan keningnya setelah adiknya selesai melakukan gerakan Po-in-gan-jit, lalu katanya perlahan. "Kau harus lebih memperhatikan kalau suhu memberi contoh padamu. Menurut catatan-catatanku ketika suhu melakukan gerakan ini, jalan napas dibagi tiga bagian. Menyedot napas ketika meloncat, menahan napas ketika tangan diputar menangkap tangan lawan lalu membuang napas ketika memukul ke arah pusar musuh. Akan tetapi jalan pernapasanmu tadi tidak sesuai. Coba kaulakukan lagi dengan baik dan ingat jalan pernapasanmu."

Kasih di Antara RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang