30. Raja Swipoa Ketemu Batunya

1.6K 27 0
                                    

MEMANG benar. Orang ini adalah Lie Ko Sianseng yang berjuluk Swi-poa-ong (si Raja Swipoa), seorang tokoh kang-ouw kenamaan yang berilmu tinggi, cerdik banyak akal. Sesuai dengan julukannya, dia adalah seorang saudagar yang berdagang segala macam barang, segala macam benda hidup atau mati!

"Ha ha ha, nona Thio benar bermata awas. Seorang patriot wanita yang muda dan gagah. Tentu kawan-kawannya inipun orang-orang gagah belaka. Ha ha ha! Alangkah senangnya bertemu dengan orang-orang muda yang pandai. Sayang ...... kulihat monyet cerdik itu sudah mau mampus."

Bi Eng tak senang mendengar ucapan ini, akan tetapi Li Hoa yang tahu akan kecerdikan "saudagar" ini, segera berkata dengan suara manis,

"Lie Ko Sianseng, kau yang banyak pengalaman, banyak kenalan dan banyak akal, tentu dapat menolongnya. Katakanlah, siapa kiranya dapat menolong mengobati monyet ini?"

Kembali Swi-poa-ong Lie Ko Sianseng tertawa terbahak. "Kumendengar tadi bahwa monyet itu terluka oleh jarum berbisa. Siapa lagi kalau bukan perbuatan si tukang tangkap binatang berotak miring? Kalau dia yang melukai, siapa lagi kalau bukan dia pula yang menyembuhkannya?"

Berseri wajah Han Sin mendengar ini. Cepat ia berdiri dan menjura penuh hormat. "Orang tua yang baik budi, harap kau sudi menolong, tunjukkanlah di mana rumahnya orang pandai itu."

"Ha ha ha ha, ayahnya gagah perkasa dan halus tutur sapanya, anaknyapun begitu. Pantas menjadi putera Cia Sun tai¬hiap!"

Kagetlah Han Sin, akan tetapi segera ia dapat menindas perasaannya. Malah ia bangga sekali. Agaknya semua orang kang-ouw kenal belaka siapa ayahnya! "Jadi lo-enghiong mengenal mendiang ayahku?"

"Aku seorang saudagar. Pergi datang, ke mana saja membawa untung bagi orang lain dan bagi diri sendiri. Bagaimana tidak mengenal orang? Lai Sian si tukang tangkap binatang berotak miringpun aku kenal, apa lagi ayahmu."

Sekali lagi Han Sin menjura. "Kalau begitu, Lie lo-enghiong yang budiman, sudikah kau menunjukkan tempat tinggalnya Lai Sian itu?"

Swi-poa-ong mengangguk-angguk. "Boleh, ..... boleh ......, siapa tahu lain kali kau akan dapat membantuku sebagai balasan."

Li Hoa yang sudah mengenal baik kakek penuh akal busuk itu hendak mencegah, namun Han Sin sudah mendahuluinya, "Tentu sekali, lo-enghiong yang baik. Tidak ada budi baik yang tak terbalas."

"Hanya satu syaratnya. Kau boleh membawa monyet itu, ikut dengan aku ke tempat tinggal Lai Sian, akan tetapi dua orang nona ini tak boleh turut."

Bi Eng mengerutkan kening. "Orang gendut! Kau anti benar kepada wanita! Apa sih salahnya kalau aku ikut kakakku?"

"Ha ha ha ha! Itulah sebabnya! Apa lagi kalau ada gadis jelita galak seperti kau ini, waaahh, Lai Sian bisa lari terbirit-birit ketakutan. Dia amat takut kepada wanita, maka kalau dua orang nona ini ikut, biar dipaksa sampai mampus sekalipun dia takkan mau keluar, bahkan mungkin lari minggat sebelum kita menemui dia!"

Han Sin dan Bi Eng juga maklum akan adanya orang-orang kang-ouw yang bertabiat aneh luar biasa. Mereka lalu berunding. Han Sin memutar otak lalu bertanya kepada Li Hoa,

"Nona, di mana adanya suhu Ciu-ong Mo-kai Tang Pok?"

Sebelum Li Hoa menjawab, kakek itu sudah mendahuluinya, "Ha ha! Di mana lagi kalau tidak di kota Ta-tung? Semua orang berada di sana, membantu orang Mancu memukul orang Mongol. Di sana banyak arak wangi, di mana lagi si setan arak itu kalau tidak di sana?"

"Betulkah nona?" tanya Han Sin. Li Hoa mengangguk.

"Kalau begitu, bukankah kau juga hendak ke sana?"

Kembali Li Hoa mengangguk.

"Sekiranya kau tidak keberatan, biarlah adikku ini pergi bersamamu ke Ta-tung. Kalau sudah selesai urusanku dengan Siauw-ong, tentu aku menyusul ke sana."

Kasih di Antara RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang