24. Rahasia Adik Kandung Perempuan

1.6K 34 2
                                    

DAPAT dibayangkan betapa kaget dan heran hati mereka ketika tiba-tiba mereka melihat Han Sin berjalan keluar dari dalam guha. Wajah pemuda ini merah sekali, sepasang matanya yang luar biasa sinarnya itu menyapu semua orang, amat menyeramkan. Pakaiannya kumal dan compang camping, rambutnya kusut tidak terpelihara. Akan tetapi sekali melihatnya, Bhok-kongcu segera mengenalnya. Pangeran muda ini amat terkejut dan heran, akan tetapi ia segera dapat menekan perasaannya dan dengan wajah tersenyum ia melangkah maju dan menyambut Han Sin dengan suara ramah,

"Ah, kiranya saudara Cia masih selamat. Syukur ...., syukur ......! Kami telah bersusah payah berusaha menolongmu, membongkar semua batu untuk sebulan lebih lamanya." Akan tetapi Bhok-kongcu menghentikan langkahnya ketika melihat muka pemuda itu yang kelihatan mengancam dan marah.

"Di mana Bi Eng? Di mana adikku itu?" Pertanyaan ini keluar dari mulut Han Sin dengan nada penuh ancaman dan sinar matanya berapi-api.

Dengan muka masih tersenyum ramah Bhok-kongcu menjawab, "Adikmu itu selamat dan berada di kota raja menanti kedatanganmu. Saudara Cia, apakah kau sudah mendapatkan kitab rahasia itu?"

Diam-diam Han Sin terkejut. Bagaimana pemuda pangeran ini bisa tahu tentang kitab? la menggeleng kepala. "Takkan kukatakan kepadamu, atau kepada siapapun juga. Kau bohong tentang adikku. Kau telah menawannya. Ayoh lepaskan dia!"

Bhok-kongcu mendongkol sekali, akan tetapi masih dapat menahan kemarahannya. la tahu bahwa Han Sin memiliki keberanian dan kekerasan hati luar biasa, maka harus dihadapi dengan lemah-lembut. "Saudaraku yang baik, seorang kuncu tak akan menjilat kembali ludah yang sudah dikeluarkannya. Kau sudah berjanji padaku ........"

"Berjanji apa? Berjanji hendak membawamu ke tempat penyimpanan harta peninggalan pahlawan Lie Cu Seng. Bukankah aku sudah membawamu ke sini? Ayoh, jangan banyak cakap, lekas lepaskan adikku!"

Bhok-kongcu seorang cerdik. Melihat pemuda itu tidak mau bicara tentang kitab wasiat, ia menaruh curiga bahwa kitab itu tentu telah ditemukan Han Sin. Maka ia lalu berkata manis,

"Saudara Cia, adikmu selamat di kota raja. Mudah saja melepaskan dia supaya berkumpul lagi denganmu, akan tetapi kitab itu ...... kau harus berikan dulu kepadaku sebagai penukaran diri adikmu. Bukankah ini adil?"

Kemarahan Han Sin meluap. Sepasang matanya seperti kilat menyambar ke arah wajah Bhok-kongcu, membuat kongcu itu surut dua langkah saking kagetnya. "Aku tidak mau lagi masuk perangkapmu yang keji!" seru Han Sin. "Aku tidak sudi berjanji apa-apa, tidak sudi menukar apa-apa. Adikku tidak bersalah, mengapa kau tawan? Ayoh keluarkan!" Dengan penuh kemarahan pemuda ini melangkah maju menghampiri Bhok-kongcu.

Tentu saja Bhok-kongcu tidak takut menghadapi Han Sin yang dianggapnya seorang pemuda yang hanya berani dan aneh, akan tetapi lemah. Pada saat itu terdengar suara tertawa mengejek dan majulah tiga orang hwesio, menghadang Han Sin. Mereka ini adalah Thian-san Sam-sian, yaitu Gi Ho Hosiang, Gi Hun Hosiang dan Gi Thai Hosiang. Yang tertawa adalah Gi Hun Hosiang, yang sudah mencabut pedang dan tasbehnya.

"Ha-ha-ha, bocah she Cia. Apakah kau masih belum kapok dan minta disiksa lagi seperti dulu? Ingin pinceng mencokel keluar kedua matamu yang seperti mata iblis itu!"

Melihat tiga orang hwesio yang menaruh dendam kepada keluarga Cia itu sudah maju, Bhok-kongcu berkata, "Jangan bunuh dia, tangkap saja!"

Adapun Han Sin ketika melihat tiga orang hwesio yang pernah menyiksanya ini, bangkit kemarahannya. "Kalian ini setan-setan berwajah manusia berselimut pakaian pendeta. Kalian mencemarkan agama dan mengotorkan dunia!" serunya marah sambil maju terus, sama sekali tidak memperdulikan tiga orang itu.

Serentak tiga orang hwesio itu maju dan sesuai dengan perintah Bhok-kongcu, mereka tidak menggunakan senjata, melainkan menggunakan tangan kosong untuk mencengkeram Han Sin. Yang maju lebih adalah Gi Hun Hosiang yang menggunakan tangan kiri menampar kepala dan tangan kanan mengcengkeram pundak.

Kasih di Antara RemajaWhere stories live. Discover now