17. Gadis Berkedok Putih

1.7K 29 0
                                    

"HOA HOA CINJIN ..... kalau kau bunuh dia .....!" Li Hoa melompat. Nona ini lalu menekuk lutut dan memeriksa Han Sin yang sudah setengah pingsan, dadanya terasa sakit sekali. Akan tetapi ia masih dapat melihat dan mendengar dua orang itu bicara.

"Dia tidak mati. Akan tetapi dalam sepuluh hari dia akan mampus dalam keadaan menderita sekali. Pinto memberi waktu sepuluh hari, karena bukankah sebelum waktu itu kau bisa membawanya ke puncak? Di sana pinto akan menanti bersama dia yang akan memberi keputusan. Pinto lakukan ini demi keselamatanmu sendiri, nona. Nah, sampai ketemu!"

Tosu itu hendak pergi tapi tiba-tiba terdengar lengking ketawa yang tinggi kecil. Lengking ini menyerupai lengking yang suka dikeluarkan oleh Hoa Hoa Cinjin, akan tetapi lebih tinggi dan menusuk telinga. Biarpun Han Sin sudah roboh hampir pingsan, jantungnya masih berdebar dan berguncang mendengar bunyi ini dan Li Hoa kelihatan terkejut sekali. Akan tetapi Hoa Hoa Cinjin tertawa dan membalas dengan suara lengkingnya yang keras.

Tak lama kemudian berkelebat bayangan putih dan tahu-tahu di situ berdiri seorang gadis yang bertubuh ramping sekali berkulit putih halus, di punggungnya kelihatan gagang pedang. Akan tetapi kepala gadis ini ditutup kedok sutera putih yang tidak hanya menyembunyikan mukanya, malah seluruh kepalanya tersembunyi di dalam kedok yang bentuknya seperti sebuah kantong itu. Hanya di bagian mata diberi lubang sedikit dan dari balik kedok sutera itu bersinar sepasang mata yang bercahaya bening, mata seorang wanita cantik.

"Gi-hu, berhasilkah kau menangkap bocah she Cia?" terdengar suara gadis berkedok itu, suaranya juga merdu halus, tidak kalah oleh suara Li Hoa. Diam-diam Han Sin terheran-heran dan meremang bulu tengkuknya. Tidak nyana seorang gadis yang memiliki suara demikian empuk, memiliki potongan tubuh demikian ramping dan kulit demikian putih halus, kiranya adalah anak angkat seorang kejam dan jahat seperti Hoa Hoa Cinjin. Kalau ayah angkatnya sudah demikian keji, tentu perempuan inipun bukan orang baik-baik. Kedoknya saja sudah begitu menyeramkan, pikirnya.

"Ha ha, Hoa-ji, kau menyusulku? Bagus, memang aku mengharapkan kau dapat menyaksikan keramaian di puncak, hitung-hitung menambah pengalaman. Kau tanya tentang bocah she Cia? Itu dia, sudah kuhadiahi Tong-sim-ciang. Ha ha ha!"

Nona berkedok yang dipanggil Hoa-ji (anak Hoa) itu juga tertawa, suara ketawanya merdu sekali seperti orang bernyanyi. "Gi-hu (ayah angkat), kenapa tidak dimampuskan saja dan dirampas surat wasiatnya?"

Sambil berkata demikian, nona berkedok itu sekali menggerakkan tubuhnya yang langsing, tubuh itu melayang amat ringannya ke tempat Han Sin menggeletak. Mata di balik kedok itu mengeluarkan sinar menatap ke wajah pemuda itu. Melihat ini Li Hoa serentak berdiri dan di lain saat pedangnya sudah berada di tangan kanan. Gadis ini dengan wajah keren tanpa kenal takut membentak.

"Siapa kau? Jangan sembarangan bergerak!" Sikapnya mengancam sekali. Tadi Li Hoa mendengar gadis berkedok ini menyebut "gi-hu" kepada Hoa Hoa Cinjin. Ia tidak pernah mendengar bahwa tosu kosen itu mempunyai anak angkat ataupun murid, akan tetapi ia dapat menduga bahwa gadis berkedok ini setelah menjadi anak angkat tosu itu, tentu juga kejam dan lihai sekali. Ia hanya dapat melihat sepasang mata yang berkilat-kilat ditujukan kepada Han Sin, tidak tahu bagaimanakah wajah gadis ini dan tidak dapat menduga pula pikiran apa yang terkandung di balik sepasang mata indah itu.

"Hoa-ji, jangan bunuh dia. Dia menjadi tawanan nona Thio yang tentu akan membawanya ke puncak Lu-liang-san. Nona Thio puteri Thio-ciangkun itu orang sendiri, bukan lawan," terdengar Hoa Hoa Cinjin berkata.

Nona berkedok itu mengeluarkan suara mendengus, agaknya memandang rendah. Matanya mengerling sekilat ke arah Li Hoa, akan tetapi segera dialihkan kembali menatap wajah Han Sin. Pada saat itu, Han Sin sudah sadar betul dan pemuda ini kebetulan juga memandang kepadanya sehingga dua pasang mata itu bertemu. Nona berkedok meramkan matanya yang terasa pedas ketika bertemu dengan sinar mata pemuda itu yang luar biasa tajam berpengaruh.

Kasih di Antara RemajaWhere stories live. Discover now