28. Kerudung Puteri Hui

1.4K 28 0
                                    

TANPA bangun dari ranjangnya, Han Sin melirik ke arah jendela. la kagum juga karena tanpa mengeluarkan suara berisik, jendela itu dibuka orang dari luar. Agaknya dengan tenaga dorongan yang disertai lweekang cukup tinggi. Tiba-tiba ia membelalakkan matanya.

Sebuah lengan, terbungkus lengan baju sampai di bawah siku, kelihatan. Lengan tangan yang halus putih kulitnya, runcing mungil jari-jari tangannya, lengan tangan wanita! Tiba-tiba tangan itu lenyap dan daun jendela terbuka lebar, lalu disusul berkelebat bayangan orang dan tahu-tahu di dalam kamarnya telah berdiri seorang wanita!

Wanita yang amat aneh, pakaiannya sederhana dengan potongan yang asing baginya. Pakaian itu membungkus tubuh dengan ketat, memperlihatkan bentuk tubuh yang amat indah. Tubuh seorang gadis muda, seperti Bi Eng. Akan tetapi muka dan kepala tertutup kain pembungkus yang terbuat dari pada sutera tebal, yang membungkus semua tubuh bagian atas, dari kepala, muka dan leher! Hanya di bagian matanya saja tidak tertutup kain kepala itu, memperlihatkan sepasang mata yang luar biasa, bening seperti mata burung hong. Kini sepasang mata itu menyambar ke arahnya.

Han Sin serentak bangkit dan duduk. la maklum bahwa wanita ini, siapapun juga dia, bukanlah orang sembarangan. Di pinggangnya tergantung sebatang pedang, di sebelah kiri tergantung sebuah kantong dan tampak gagang-gagang hui-to (golok terbang) tersembul dari kantong. Di punggungnya tergantung sebuah gendewa berikut beberapa batang anak panah! Lengkap benar persenjataannya, seperti panglima wanita hendak maju perang!

Dua pasang mata bertemu. Han Sin terheran-heran dan bingung karena tidak tahu harus berkata apa. Wanita ini memandang dengan tajam, seolah-olah pandang mata itu hendak menembus dada Han Sin. Kemudian terdengar suaranya, halus merdu tapi ketus. Kain penutup kepala dan muka di bagian bibirnya bergerak-gerak,

"Kau yang bernama Cia Han Sin putera Cia Sun?"

Han Sin tersenyum, lalu berdiri dan menjura. Lagi-lagi seorang pengenal mendiang ayahnya, pikirnya. Kalau bukan bekas kawan ayahnya tentulah musuh baru baginya.

"Betul, aku bernama Cia Han Sin dan mendiang ayahku Cia Sun. Kau siapakah dan apa keperluanmu datang malam-malam? Bicaramu seperti seorang Bangsa Hui ....." Tiba-tiba Han Sin teringat akan Balita, Puteri Hui yang katanya menjadi musuh ayahnya, "Ada hubungan apa kau dengan Balita?"

"Sraaattt!" Wanita itu mencabut pedangnya yang gemerlapan di bawah sinar lampu. Han Sin tetap tenang, malah kini ia duduk kembali ke atas pembaringannya.

"Cia Han Sin, sebelum kau mati di tanganku, ketahuilah lebih dahulu agar rohmu tidak penasaran. Aku bernama Tilana, aku puteri dari wanita yang kau sebut namanya tadi. Balita adalah ibuku dan kedatanganku ini bukan lain hendak membalaskan dendam ibuku, hendak mengambil nyawamu."

Han Sin tersenyum. "Kau dan aku tak pernah saling bertemu, tidak pernah ada permusuhan apa-apa, kenapa kau datang-datang hendak membunuhku? Urusan lama antara ibumu dan ayahku sudah habis karena ayah sudah meninggal dunia, kenapa kau dan aku harus pula ikut-ikut melanjutkan permusuhan?"

Kemudian Han Sin teringat akan pesanan uwak Lui tentang orang yang bernama Balita itu, maka ia sengaja memancing, "Pula, urusan hebat apa sih. yang membuat ibumu itu masih terus mendendam terhadap ayahku yang sudah meninggal?"

Melihat sikap tenang-tenang saja dari pemuda yang gagah dan tampan di depannya itu, gadis berkerudung menjadi tercengang juga. Mana ada orang mau dibunuh bersikap tenang-tenang dan enak-enakan seperti ini, malah mengajaknya mengobrol?

"Ayahmu telah menghina ibuku! Karena aku tidak dapat membalas kepada ayahmu, aku akan bunuh kau sebagai puteranya! Ayahnya tukang menghina wanita anaknyapun takkan banyak bedanya!" Suara wanita ini benar-benar halus merdu, biarpun ketus sekali, namun harus diakui oleh Han Sin bahwa suaranya amat merdu dan bicaranya dengan dialek Hui itu amat enak didengar, lucu pula.

Kasih di Antara RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang