31. Barang Titipan Mata-mata Mongol

1.4K 29 0
                                    

SENANG juga rasanya melakukan perjalanan dengan gerobak bersama Siauw ong. Sayang, pikir Han Sin. Kalau Bi Eng ikut melakukan perjalanan ini, tentu ia akan girang sekali! Teringat akan Bi Eng, berkerut kening Han Sin, karena sekaligus ia teringat akan sikap Bi Eng mengenai urusannya dengan Tilana.

Ia maklum benar bahwa Bi Eng bermaksud baik. Gadis itu ingin sekali melihat kakaknya berbahagia, mendapatkan seorang isteri cantik jelita dan pandai. Memang, siapa dapat menyangkal bahwa Tilana adalah seorang gadis yang amat cantik dan jarang dapat dicari bandingnya? Dia sendiri, terus terang saja, akan menerima Tilana dengan kedua tangan terbuka, akan merasa berbahagia sekali mengambilnya sebagai isteri yang tercinta ..... andaikata ...... di dunia ini tidak ada Bi Eng!

Bi Eng bersusah payah dan bertekad hendak menjodohkan kakaknya dengan Tilana, karena sebagai adik kandung gadis itu hendak memenuhi tugasnya, membahagiakan kakaknya. Akan tetapi, sebaliknya, Han Sin yang sudah tahu bahwa Bi Eng bukan adik kandungnya, bahkan bukan sanak-kadang, dia yang sudah jatuh cinta sepenuh jiwa raganya kepada Bi Eng, bagaimana dapat memperisteri gadis lain?

Han Sin merenung. Kasihan Tilana ......! Kau ampunkan aku, Tilana. Aku sudah berbuat dosa di luar kesadaranku. Kau sendiri yang memancing malapetaka. Aku sudah melakukan hal terkutuk ..... dan sebagai seorang jantan, seperti kata-kata Bi Eng, sudah seharusnya aku bertanggung jawab terhadap perbuatanku. Menurut patut, aku harus bertanggung jawab dan suka menjadi suamimu, harus melindungimu selama hidupku. Akan tetapi ..... ah, ...... Bi Eng, aku cinta padamu ......

Pada saat itu, Han Sin dengan gerobaknya dikawani Siauw-ong sudah melewati kota Tai-goan dan sudah membelok ke utara. Daerah ini mulai berubah penuh dengan daerah yang kering dan sunyi. Mulai jaranglah orang berjalan, malah akhirnya, beberapa puluh li lagi, Han Sin sudah tak dapat melihat orang di atas jalanan yang amat sunyi. Hanya kadang-kadang saja ada orang-orang menunggang kuda, sikap mereka gagah seperti orang-orang pejuang, atau orang-orang kang-ouw. Malah ada pula yang bersikap seperti perampok-perampok, akan tetapi kesemuanya tergesa-gesa dan tidak memperdulikan pemuda bersama monyet di dalam gerobak kecil itu.

Diam-diam Han Sin geli sendiri. Lie Ko Sian¬seng terlalu penakut. Kenapa untuk mengantar dua buah peti itu harus merasa takut sampai minta bantuannya? Buktinya dia sudah melakukan perjalanan jauh dan tak seorangpun mengganggu perjalanannya!

Tiba-tiba ia mendengar suara berisik dari depan. Suara itu makin lama makin jelas dan dapatlah ia menduga bahwa dari depan datang iring-iringan kereta. Roda-roda kereta itu mendatangkan suara gemuruh. Setelah melalui tikungan, benar saja dugaannya.

Dari jauh ia melihat empat buah kereta atau gerobak yang besar dan aneh bentuknya. Gerobak ini tertutup dengan kain tebal, tiap gerobak ditarik dua ekor kuda yang tinggi besar. Yang mengusiri gerobak adalah laki-laki semua, rata-rata bertubuh tinggi besar, berwajah tampan gagah dengan kepala diikat kain kepala yang lebar. Di depan gerobak-gerobak itu terdapat seorang penunggang kuda.

Ketika Han Sin memandang ke arah penunggang kuda di depan iring-iringan kereta ini, berdenyutlah jantungnya, pucat mukanya. Tak salahkah penglihatannya? Penunggang kuda itu adalah seorang wanita, berpakaian sebagai wanita Bangsa Hui dan biarpun sebagian muka di bagian bawah tertutup kain sutera, akan tetapi mata itu ....! Jidat itu ......! Dia Tilana, tak bisa salah lagi!

Mereka sudah berhadapan. Mata yang indah bening itu memancarkan cahaya aneh ketika melihat Han Sin, kemudian menjadi berapi-api. Han Sin pura-pura tidak mengenal Tilana, lalu turun dari gerobaknya, menuntun kuda supaya minggir dan memberi jalan kepada iring-iringan gerobak itu.

Akan tetapi gadis berkerudung mukanya itu memberi aba-aba dalam bahasa Hui yang dimengerti Han Sin. Gadis itu menyuruh orang-orangnya berhenti. Kemudian gadis itu sendiri melompat turun dari kuda, sekali melompat ia telah berdiri di depan Han Sin dan merenggut kerudung dari mukanya.

Kasih di Antara RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang