14. Tipu Muslihat Dara Pendekar

1.7K 29 0
                                    

BIARPUN nona itu sudah marah sekali dan pedang di tangannya sudah menggetar hendak menyerang, mendengar ucapan ini ia toh menjadi tertarik dan ingin tahu maksudnya. "Kau bilang apa?" Mata yang jeli memandang tajam dan diam-diam Han Sin merasa sayang sekali mengapa tangan kiri itu selalu menutupi bagian tengah muka yang berkulit putih itu. Ia ingin gadis itu melepas tangannya, ingin melihat kecantikan orang. Han Sin memang seorang pemuda yang suka akan apa yang indah, tentu saja ia suka melihat kecantikan seorang gadis, bukan karena nafsu-nafsu yang tidak sehat, melainkan suka seperti orang menyukai dan menikmati kecantikan sekuntum bunga.

Mendengar pertanyaan orang, Han Sin tersenyum. "Kau tadi bilang mau membunuhku, kurasa hanya Giam-lo-ong saja yang suka mencabut nyawa. Apakah kau bukan Giam-lo-ong?"

"Siapa bercanda denganmu? Lihat pedang!" Gadis itu lalu menusukkan pedangnya ke arah dada Han Sin. Pemuda ini secara otomatis lalu mengelak dengan langkah kaki dalam jurus ilmu silat Liap-hong Sin-hoat sambil berseru, "Eh, eh, tiada hujan tiada angin kenapa mau membunuh orang?"

Gadis itu tidak perduli dan hendak menyerang lagi. Tiba-tiba ada bayangan berkelebat dan tahu-tahu Siauw-ong dengan cecowetan dan menepuk-nepuk dada menantang berkelahi telah berdiri di depan gadis itu! Binatang ini memang amat setia, setiap kali melihat Han Sin terancam bahaya atau diserang orang, tentu ia akan turun tangan membelanya.

Melihat sikap monyet ini, gadis itu makin marah dan kini pedangnya menyambar ke arah Siauw-ong. Namun dengan amat lincahnya monyet itu mengelak sambil meringis, bibirnya yang tebal dijebi-jebikan dan mulutnya mengeluarkan suara cecowetan seperti orang memaki-maki. Makin gencar serangan gadis itu, makin cepat pula ia mengelak sambil berusaha membalas dengan pukulan, cakaran, dan hendak merampas pedang. Han Sin yang sudah menyaksikan gerakan-gerakan gadis itu dan kelincahan Siauw-ong, hanya berdiri memandang sambil tersenyum. Ia tahu bahwa gadis itu takkan dapat melukai Siauw-ong.

Makin penasaran dan marah gadis itu. Gerakannya memang agak kaku karena tangan kirinya tak pernah terlepas dari mukanya. Akhirnya, dengan jurus yang mirip dengan jurus Po-in-gan-jit, jurus ketiga belas dari Liap-hong Sin-hoat. Siauw-ong memekik dan tangan kirinya berhasil mencakar pundak gadis itu dan lain saat tangan kanannya sudah berhasil merampas pedang!

"Siauw-ong, bodoh kau!" Han Sin mengomel. "Gerakanmu tadi kurang tepat. Kalau dia tadi memutar pedang ke kiri, bukankah tangan kananmu akan menjadi buntung?"

Siauw-ong hanya menyeringai dan membawa pedang itu menjauhi si gadis, lalu membacokkan pedang itu pada sebatang pohon yang sebesar paha orang. Hebatnya, sekali bacok saja pohon itu tumbang. Dari sini saja dapat dibuktikan bahwa tenaga monyet kecil ini sudah melebihi tenaga seorang manusia kuat!"

Melihat dirinya kalah oleh seekor monyet kecil, gadis itu menjadi putus harapan lalu menjatuhkan diri di atas tanah sambil menangis sedih. Kini bukan hanya tangan kiri yang menutupi muka, juga tangan kanannya menyusuti air mata.

Watak Han Sin memang penuh kesabaran dan welas asih. Melihat keadaan gadis itu, ia melangkah maju dan berkata halus. "Nona, kau dan aku tidak kenal satu kepada yang lain, kenapa kau datang-datang hendak membunuhku? Siauw-ong monyetku telah berlaku kurang ajar. Harap nona suka memaafkan. Eh, Siauw-ong, kembalikan pedang nona ini!"

Sebetulnya Siauw-ong tidak suka mentaati perintah ini, akan tetapi karena ia tidak berani membantah, maka dengan suara cecowetan seperti mengancam, ia membawa pedang itu dan menggeletakkannya di depan nona baju merah itu. Nona itu lalu menyambar pedangnya dan Han Sin sudah bersiap-siap, mengira nona itu akan menyerangnya lagi. Akan tetapi alangkah kagetnya ketika tiba-tiba nona itu membacokkan pedangnya ke arah leher sendiri.

Baiknya Han Sin berlaku cepat. Melihat gerakan orang, ia sudah dapat menduga dan ketika tangan kirinya disabetkan ke bawah, telapak tangannya dengan tenaga lweekang sudah membabat pedang itu dan ..... "krak!" pedang itu terlempar dan patah menjadi dua potong! Sekarang nona itu tidak menutupi mukanya lagi, memandang kepada Han Sin dengan air mata bercucuran dan berkata lemah, "Kau bunuhlah aku .... bunuh aku ........"

Kasih di Antara RemajaWhere stories live. Discover now