44. Hukuman Mati

1.2K 296 18
                                    




"Jadi,  bagaimana rasanya ditipu oleh ratumu sendiri, Yang Mulia?" Raylene  mengejek Xinlaire. Rasa sakitnya tidak akan sama seperti yang ia  rasakan, tapi setidaknya itu bisa membuat Xinlaire tahu seperti apa  rasanya ditipu oleh orang terdekatnya.

Namun,  yang dirasakan oleh Xinlaire tidak seperti yang dipikirkan oleh  Raylene. Ia bukannya marah pada Charlotte karena telah menipunya, tapi  karena Charlotte sudah begitu kejam membunuh dua calon anaknya dan juga  Raylene. Ia tidak memiliki perasaan apapun terhadap Charlotte, jadi rasa  sakitnya bukan apa-apa, tidak seperti Raylene yang ditipu oleh pria  yang paling ia cintai.

"Jika  kau ingin mentertawaiku, silahkan lakukan saja." Xinlaire merasa bahwa  ia memang pantas ditertawakan dalam hal ini. Ia adalah seorang pria yang  cerdas, tapi pada akhirnya ia masih tertipu oleh wanita seperti  Charlotte.

Xinlaire  tidak ingin mempercayai orang lain setelah ia dikhianati oleh pamannya  sendiri, tapi ia masih sedikit mempercayai Charlotte dan berpikir bahwa  Charlotte tidak akan sama seperti pamannya yang licik. Nyatanya, ia  masih saja dikelilingi oleh orang licik.

Raylene  tersenyum pahit. Ia tidak akan mentertawakan Xinlaire, nyatanya ia jauh  lebih bodoh dari pria itu. Mentertawakan Xinlaire sama saja dengan  mengolok-olok dirinya sendiri.

Karena  Raylene tidak menjawab kata-katanya Xinlaire kembali bicara. "Ratu  Charlotte akan dikirim ke tempat kelahiran ibunya, posisinya sebagai  ratu akan dikosongkan, selain itu Ratu Charlotte tidak akan memasuki ibu  kota selama-lamanya."

Raylene  tidak akan berharap tinggi pada hukuman dari Xinlaire, ia tahu bahwa  kaki Xinlaire terikat oleh utang budi terhadap Aegis. Meski Charlotte  telah membunuh dua janin tidak berdosa, Xinlaire tidak akan  memberikannya hukuman mati. Oleh karena itu maka dirinyalah yang akan  memberikan hukuman mati pada Charlotte untuk mendamaikan roh-roh mereka  yang telah tiada karena kekejaman Charlotte.

"Untuk apa Yang Mulia memberi tahuku tentang hal yang bukan  urusanku."

"Karena kau adalah korban dari kejahatan Charlotte."

Raylene  mendengkus sinis lagi. "Apakah sekarang Yang Mulia Raja sedang mencoba  memberiku keadilan? Dan apakah kau pikir itu adil untukku? Yang Mulia  kau  benar-benar lucu, setelah apa yang sudah kau perbuat padaku dan  sekarang kau ingin memberiku keadilan?  Segala hal buruk yang menimpaku  semuanya berasal darimu. Janin di kandunganku tidak akan dibunuh jika  bukan karena Ratu Charlotte ingin memilikimu seutuhnya. Sadarlah, kau  adalah malapetaka bagiku. Bahkan kematianmu sendiri tidak akan bisa  membayar segalanya, Yang Mulia!"

Kata-kata  Raylene seperti pedang tajam yang menusuk hati Xinlaire, tapi sayangnya  ia tidak bisa menyangkal semua ucapan Raylene, nyatanya ia memang  menjadi malapetaka bagi Raylene.  Ia tidak akan menyesal telah membunuh  keluarga Raylene karena orangtua Raylene yang memulai duluan, dia hanya  merasa bersalah atas kehilangan lain yang dirasakan oleh Raylene karena  kegilaan Charlotte yang disebabkan olehnya.

Raylene  tidak ingin bicara lebih banyak lagi dengan Xinlaire, ia memilih untuk  berdiri lalu pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika Xinlaire  menggenggam tangannya.

"Aku  tahu bahwa itu tidak cukup adil bagimu dan calon anak kita yang sudah  pergi, tapi dengan begitu Charlotte tidak akan bisa menyakitimu lagi.  Dan aku minta maaf karena telah membuatmu kehilangan calon anak kita dan  menghukummu untuk kesalahan yang tidak kau perbuat."

Raylene  sekali lagi merasa geli dengan kata-kata Xinlaire. Ternyata Xinlaire  juga tahu cara mengucapkan kata maaf, tapi bukankah kesalahan Xinlaire  terhadapnya sangatlah banyak? Pria itu hanya meminta maaf atas  kehilangan anak mereka dan memberikannya hukuman atas kesalahan yang  tidak ia perbuat. 

Tawanan Hati Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang