26. Menjadi Satu-Satunya

1K 251 14
                                    




Suara denting pedang yang saling beradu masih terdengar setelah beberapa waktu terlewati. Saat ini salah satu pemimpin pasukan pembunuh bayaran tengah menyerang Raylene dengan agresif, setiap serangan pria itu tajam dan mematikan.

Serangan demi serangan yang diarahkan padanya menguras tenaga Raylene, tapi wanita itu tidak mundur sedikit pun. Ia telah membunuh dua pembunuh bayaran yang menyerangnya sebelumnya, dan saat ini ia harus melakukan hal yang sama terhadap pria yang tengah mengayunkan pedang padanya.

Ia berhasil menghindar dan membalas serangan dari lawannya, tapi hal itu tidak berlangsung lebih lama karena pada serangan selanjutnya, Raylene terlambat menghindar sehingga menyebabkan lengannya terkena ayunan pedang lawannya.

Raylene melihat ke lengannya yang kini terluka dan berdarah, tapi fokusnya segera kembali lebih cepat karena pria di depannya kembali menyerangnya dengan ganas. Udara saat ini dipenuhi dengan bau darah yang kuat.

Eric -penjaga bayangan terbaik yang dikirim oleh Xinlaire melihat ke arah Raylene, pria itu harus segera menyudahi pertarungannya dengan pemimpin lainnya di pasukan pembunuh bayaran tersebut. Dari pengamatannya, tenaga Raylene sudah tidak cukup lagi untuk menghadapi lawannya.

Seperti yang diduga oleh Eric, Raylene kembali terkena tebasan pedang lawannya. Wanita itu kehilangan tenaganya untuk sejenak karena rasa sakit di lengannya yang lain.

Beruntung ketika Raylene hendak mendapatkan serangan lain, Eric datang dan menghalau serangan itu untuk Raylene.

Eric tidak sempat mengatakan apapun pada Raylene, pria itu segera berbalik menyerang pembunuh di depannya.

Vivian yang tadi melihat Raylene dalam keadaan genting kini bisa bernapas sedikit lebih lega. Ia tidak akan bisa menjelaskan apapun pada majikannya jika Raylene terbunuh.

Raylene memegangi lengannya yang terluka lebih besar dari luka yang ia dapatkan sebelumnya, aliran darah dari lengannya membasahi gaun yang ia kenakan saat ini. Namun, Raylene tidak meratapi lukanya lebih lama, wanita itu segera bangkit dan membantu Eric.

Para pembunuh bayaran kini hanya tersisa kurang dari setengah dari jumlah awal. Posisi mereka saat ini sangat tidak menguntungkan. Satu pemimpin pasukan yang masih hidup segera menarik mundur bawahannya. Lagipula tugasnya sudah selesai.

"Yang Mulia, biarkan saya memeriksa luka Anda," seru Vivian.

"Tidak perlu, aku bisa mengatasinya sendiri." Raylene menolak. Ia berbalik dan hendak melangkah menuju ke kereta kuda, tapi sayangnya langkahnya goyah. Ia nyaris saja terjatuh jika Vivian tidak menangkap tubuhnya.

Daniel -penjaga bayangan lain segera memeriksa luka Raylene. Wajah pria itu tidak terlihat baik. Ia segera mengeluarkan kantung penyimpanan berwarna hitam, lalu mengeluarkan sebutir obat dari sana.

"Selir Raylene, telan ini. Ada racun di tubuh Anda sekarang."

Raylene tidak bergerak sejenak, bukan karena ia tidak ingin meminum obat penawar itu, tapi karena memikirkan cara Charlotte untuk membunuhnya. Wanita itu benar-benar tidak ingin melepaskannya.

Vivian salah paham dengan diamnya Raylene, ia pikir Raylene tidak ingin meminum penawar karena tidak ingin hidup lagi. Wanita itu dengan cepat mengambil obat penawar dari rekannya, lalu membuka rahang Raylene dengan paksa.

"Yang Mulia, maafkan saya. Anda harus menelan obat penawar itu," seru Vivian.

Raylene masih belum ingin mati, jadi ia menelan penawar racun itu.

"Ayo pergi ke desa terdekat, efek dari obat penawar racun akan membuat Selir Raylene demam dan merasa tidak nyaman," seru Daniel.

"Aku dan Theo akan tetap di sini untuk menginterogasi pembunuh bayaran yang masih hidup." Eric perlu mencari tahu siapa dalang di balik penyerangan terhadap Raylene untuk laporan pada majikannya.

Tawanan Hati Sang RajaWhere stories live. Discover now