29. Mencari Keadilan Untuk dirinya Sendiri

1.2K 281 19
                                    




Satu jam setelah  Xinlaire sampai di istana, Raylene dan yang lainnya juga sampai. Vivian  segera membawa Raylene untuk menghadap ke Xinlaire.

Tatapan  Raylene saat ini terarah pada Charlotte yang masih berbaring di atas  ranjang Xinlaire. Ia tidak cemburu sama sekali dengan keberadaan  Charlotte di sana. Hatinya yang sakit, tidak bisa merasakan apapun lagi.

"Memberi  salam pada, Yang Mulia Raja." Vivian mengucapkan salam pada Xinlaire  terlebih dahulu, lalu kemudian beralih pada Charlotte.

"Selir Raylene, sepertinya kau  melupakan sopan santunmu." Xinlaire berkata dingin pada Raylene.

Raylene  tersenyum kecil. "Maafkan aku, Yang Mulia. Aku benar-benar lupa.  Memberi salam pada Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu."

"Bawa Selir Raylene kembali ke paviliunnya."

"Paviliunku?"  Raylene mengerutkan keningnya. "Bukankah seharusnya aku dikirim kembali  ke istana dingin? Oh, benar, istana dingin terbakar, tapi bukankah  paviliunku terlalu bagus untuk tempat tinggalku?"

"Bukankah seharusnya kau berterima kasih atas kebaikanku?"

Raylene tertawa mengejek. "Benar, aku harusnya berterima kasih. Yang Mulia benar-benar murah hati."

Xinlaire tidak ingin bertengkar dengan Raylene lagi, jadi ia memberi arahan pada Vivian untuk membawa Raylene keluar dari sana.

"Selir Raylene, silahkan."

Raylene tidak mencari masalah lebih banyak, wanita itu berbalik dan pergi dari sana.

Charlotte  mengepalkan kedua tangannya marah, Raylene benar-benar tidak tahu diri.  Berani sekali wanita itu bicara dengan nada mengejek pada Xinlaire.

"Yang Mulia, sikap Selir Raylene sangat tidak pantas. Dia seharusnya menghormati Anda sebagai rajanya."

Xinlaire  tidak akan bisa membuat Raylene menghormatinya lagi setelah begitu  banyak hal yang ia lakukan. Masih bisa mendengar suara Raylene saja  sudah sangat baik baginya. Bersikap seperti ini jauh lebih baik daripada  Raylene membisu.

"Jika kau jadi Selir Raylene apakah kau bisa menghormati orang yang telah membunuh seluruh keluargamu?"

"Namun,  itu bukan kesalahan Yang Mulia. Mereka yang sudah tewas memang pantas  mendapatkannya. Selir Raylene harusnya bersyukur karena dia masih hidup  sampai saat ini."

Xinlaire merasa pahit, bersyukur? Raylene lebih  bersedia mati daripada hidup dengannya. Jika Raylene tahu bahwa Raphael  sudah melarikan diri, wanita itu pasti akan mengakhiri hidupnya sendiri. 

"Tidak perlu membahas mengenai hal ini lagi."

"Yang Mulia,  Selir Raylene adalah putri dari pria yang telah membunuh seluruh  keluarga Anda, kenapa Anda masih mencintai wanita yang memiliki darah  pembunuh itu?" Charlotte selalu menahan dirinya untuk tidak bertanya,  tapi dia sudah tidak tahan lagi.

"Ketahui batasanmu, jangan mencampuri urusan pribadiku dengan begitu pernikahan antara kau dan aku akan tetap rukun."

"Maafkan saya, Yang Mulia." Charlotte segera meminta maaf.

"Aku akan pergi ke ruang pemerintahan."

"Baik, Yang Mulia."

Xinlaire  segera meninggalkan tempat istirahatnya. Pria itu sudah berada di luar  ibukota selama lebih dari satu minggu, jadi pasti ada banyak laporan  yang harus ia baca.

Wajah Charlotte berubah dingin setelah ia  tinggal sendirian di sana. Raylene, sampai kapan wanita sialan itu akan  menjadi duri di dalam hatinya.

Seperginya Xinlaire, Charlotte juga meninggalkan ruangan pribadi Xinlaire. Wanita itu melangkah menuju ke paviliun Raylene.

Tawanan Hati Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang