32. Mati Lebih Baik Daripada Hidup

1.1K 267 8
                                    




Kata-kata Raylene membuat Luana tertegun karena yang dikatakan oleh Raylene memang benar.

Di  masa lalu, ayahnya harus tunduk di bawah pengambil alihan kekuasaan  yang dilakukan oleh ayah Raylene secara memalukan demi keselamatan  keluarganya, dan sekarang ia harus melakukan hal yang sama.

Benar,  bahwa Xinlaire adalah pemilik Allegra yang sah, tapi tetap saja Luana  geram karena ia tidak bisa melakukan apapun untuk sahabatnya karena  posisi Xinlaire yang sangat berkuasa. Sekarang ia memiliki keinginan  untuk membunuh Xinlaire karena terlalu kejam pada Raylene.

"Lalu, apa yang ingin kau lakukan sekarang?"

Raylene tidak pernah menyimpan rahasia apapun pada Luana, ia menceritakan semuanya.

"Aku  sudah tahu bahwa wanita sialan itu selalu iri padamu, tapi aku tidak  menyangka jika dia akan semengerikan ini." Wajah Luana terlihat suram.  Apa yang dilakukan oleh Charlotte terhadap Raylene sudah terlalu   banyak.

"Perhatikan kata-katamu. Jika ada yang mendengar maka kau akan berada dalam bahaya," tegur Raylene.

"Raylene,  kau memiliki terlalu banyak musuh di istana ini, sementara kau  sendirian. Bagaimana bisa kau membalas dendam pada mereka semua?"

"Aku  tidak takut mati, Luana. Namun, setidaknya sebelum aku mati, aku harus  membunuh Charlotte terlebih dahulu. Mungkin tidak sekarang, tapi hari  itu pasti akan datang," balas Raylene. "Oleh karena itu kau harus  menjauh dariku agar kau tidak terlibat dalam masalah yang akan timbul di  masa depan."

"Aku tidak bisa membiarkanmu berjuang sendirian, Raylene."

"Dendam  ini milikku, Luana. Maka aku juga yang harus menuntaskannya." Raylene  tidak ingin menyeret siapapun ke neraka bersamanya. Jika ia mati karena  membunuh Charlotte, maka ia akan mati tanpa penyesalan. "Terima kasih  karena sangat peduli padaku, jika kehidupan kedua memang ada, aku  berharap kita masih akan menjadi sahabat."

Hati Luana seperti  ditikam oleh pisau. Matanya mulai berkaca-kaca lagi. Di medan perang,  sebagai seorang komandan pasukan, ia ganas dan kejam, tapi dihadapkan  dengan masalah seperti ini ia menjadi wanita yang sangat mudah  menjatuhkan air mata.

Luana menarik Raylene ke dalam pelukan. Ia  tidak tahu harus mengatakan apa ditengah ketidakberdayaan yang  membelenggunya sekarang.

"Kau sudah melihatku sekarang, Luana. Pergilah. Aku mohon padamu." Raylene meminta Luana untuk pergi sekali lagi.

"Baiklah,  aku pergi." Luana tidak berdaya menghadapi permohonan Raylene. Mau  tidak mau ia harus pergi dari sana. Ia tidak ingin membuat Raylene  terbeban.

Namun, bukan berarti ia tidak akan membantu Raylene sama  sekali. Ia akan membantu Raylene menyelidiki tentang pengelola toko  obat keluarga Heros yang memberikan kesaksian palsu.

Dalam perjalanan meninggalkan paviliun Raylene, Luana berpapasan dengan Xinlaire yang tampaknya ingin pergi ke tempat Raylene.

Kemarahan  membakar hati Luana, pria di depannya adalah orang yang ia harapkan  bisa menjaga Raylene, tapi ternyata yang terjadi adalah sebaliknya,  Xinlaire adalah bahaya terbesar bagi Raylene.

Dahulu ketika  melihat Xinlaire, Luana akan menatapnya dengan tatapan segan dan kagum,  itu karena dalam usia muda Xinlaire telah memenangkan banyak peperangan  lalu menjadi jenderal muda yang sulit untuk dikalahkan, tapi sekarang  tatapannya terhadap Xinlaire sedingin es. Baginya Xinlaire tidak lebih  dari pria tercela yang menggunakan hati wanita untuk membalas dendam. Ia  telah kehilangan rasa hormat terhadap Xinlaire.

Akan jauh lebih  terhormat bagi Xinlaire jika pria itu merebut kembali tahta dengan  melakukan peperangan, tapi sayangnya Xinlaire mengambil jalan menjijikan  dengan menipu seorang wanita.

Tawanan Hati Sang RajaWhere stories live. Discover now