7. Cinta dan Benci Yang Dibalut Oleh Dendam

1.5K 289 9
                                    


Perbatasan kota Heath memanas, Xinlaire memimpin peperangan, membunuh para prajurit musuh yang tidak terhitung jumlahnya.

Tangan pria itu dinodai oleh darah, tubuhnya dibasahi oleh keringat. Semangat juangnya untuk mempertahankan wilayah kerajaan Allegra telah menular ke seluruh pasukannya.

Persiapan yang matang, strategi tempur yang tanpa celah telah membuat Xinlaire dan pasukannya berhasil memukul mundur pasukan kerajaan Onyx dan membuat pasukan musuh menderita kekalahan.

Burung pemakan bangkai berpesta sore ini, mereka melahap tubuh para prajurit yang gugur dari pihak musuh, sementara prajurit dari kerajaan Allegra yang gugur telah dipindahkan untuk segera dimakamkan dengan penuh penghormatan.

Xinlaire merupakan seorang pemimpin yang selalu menghargai setiap tetes darah prajuritnya yang tumpah di medan peperangan. Selain memberikan pemakaman yang layak, dia juga akan memberikan kompensasi atas jasa prajurit tersebut dan akan diberikan pada keluarganya.

Tiga hari setelah mengamankan perbatasan kota Heath, dan tidak ada tanda-tanda serangan susulan, Xinlaire memutuskan untuk kembali ke istana.

Butuh dua hari perjalanan untuk sampai ke ibu kota dari kota Heath.

Saat Xinlaire sampai di ibu kota, pria itu disambut oleh para rakyatnya di depan gerbang benteng ibu kota dengan sorakan yang meriah. Rakyat Allegra sangat merasa terberkati karena memiliki pemimpin seperti Xinlaire.

Xinlaire melewati barisan rakyatnya yang terus memuji dan mendoakannya agar panjang umur dan lainnya.

Sampai di gerbang istana, pria itu disambut oleh pejabat istana dan juga Charlotte.

"Selamat untuk kemenangan Anda, dan selamat datang kembali ke istana, Yang Mulia." Aegis menyambut Xinlaire, di sebelahnya ada sang putri yang menunjukan senyuman indah.

Xinlaire membalas dengan anggukan singkat, pria itu melirik Charlotte sekilas, tapi tidak mengatakan apapun. Ia segera melangkah menaiki anak tangga yang menghubungkan pelataran istana dengan ruang pemerintahan.

Para pejabat istana juga mengikuti Xinlaire dari belakang, sementara Charlotte wanita itu pergi ke kediaman pribadi sang raja untuk menyiapkan semua kebutuhan calon suaminya.

Dia memerintahkan pelayan untuk menyiapkan makanan yang lezat, wanita itu juga menyalakan lilin aroma terapi yang akan membuat Xinlaire merasa santai setelah menghirupnya.

Charlotte melakukannya dengan senang hati, wanita itu belum menikah dengan Xinlaire, tapi dia sudah tampak seperti seorang istri yang sedang mengurusi suaminya yang baru saja kembali dari berperang.

Kembalinya Xinlaire telah sampai ke telinga Raylene, seperti yang diduga oleh Raylene, serangan itu tidak akan berarti apa-apa bagi Xinlaire. Pria itu pasti akan kembali dengan selamat. Tampaknya malaikat maut pun enggan mencabut nyawa Xinlaire.

Meski Xinlaire bukan penguasa yang semena-mena terhadap bawahan dan rakyatnya, tapi tetap saja Xinlaire telah membunuh begitu banyak nyawa. Pria itu seharusnya berakhir di neraka dan terbakar di sana. Bagian lain dari diri Raylene yang membenci Xinlaire berpikir seperti itu.

Setidaknya jika Xinlaire tewas, dia juga bisa mengakhiri hidupnya. Tentang siapa yang akan memimpin Allegra, dia tidak akan memedulikannya karena penyebab segala keserakahan ayahnya adalah kursi panas tahta kepemimpinan Allegra.

Namun, sekali lagi Sang Pencipta mungkin enggan mendengar pintanya, dia masih harus menghadapi Xinlaire

dan segala rasa sakit yang menyerang jiwa dan batinnya.

**

Xinlaire meninggalkan ruang pemerintahan dan pergi ke kediaman pribadinya. Pria itu menemukan keberadaan Charlotte di sana.

Tawanan Hati Sang RajaWhere stories live. Discover now