35. Bayangan Di Masa Lalu

1K 254 8
                                    







"Yang Mulia, Selir Raylene ingin pergi ke luar istana." Vivian melapor pada Xinlaire yang saat ini sedang membaca laporan militer yang dikirim dari perbatasan barat Allegra.

"Ikuti apapun yang dia inginkan, selama dia hidup dan ada dalam jangkauanku, dia bebas melakukan apapun."

"Baik, Yang Mulia. Kalau begitu saya undur diri."

Xinlaire hanya membalas dengan lirikan singkat. Berjalan-jalan di luar istana akan baik untuk Raylene, ia membutuhkan udara segar. Mungkin dengan keluar dari istana Raylene akan merasa sedikit lebih baik.

Xinlaire kembali melanjutkan pekerjaannya di ruang pemerintahan. Setelah pekerjaannya di sana selesai, ia juga akan keluar dari istana. Ia akan pergi ke kediaman perdana menteri Aegis untuk mengamati Matthew dan nenek Charlotte.

Di bagian lain istana, saat ini Raylene mengganti pakaiannya dengan pakaian yang biasa. Ia tidak akan keluar sebagai anggota keluarga kerajaan, tapi sebagai orang biasa, sama seperti yang biasa ia lakukan di masa lalu.

Untuk mencegah ada yang mengenalinya, Raylene memakai cadar. Ia tidak siap menghadapi tatapan menghakimi orang lain terhadapnya. Rakyat yang sangat ia cintai mungkin akan mentertawakan atau mengasihaninya atas kemalangan yang terjadi padanya.

Setelah selesai bersiap ia meninggalkan kediamannya bersama dengan Vivian dan Nora. Hari ini Raylene akan mengamati toko obat keluarga Heros.

Kereta kuda yang ditumpangi oleh Raylene telah sampai di daerah pusat perdagangan di ibu kota. Raylene turun dari kereta, matanya menatap ke sekitarnya.

Dahulu ia sering pergi ke tempat ini untuk membeli beberapa barang dan makanan. Ia paling menyukai sup ikan dan kue yang dijual oleh pedagang di tempat ini.

Kaki Raylene mulai melangkah menyusuri tempat yang cukup ramai itu. Ada banyak pedagang yang berjualan di sisi kiri dan kanan jalan. Beberapa pembeli melihat-lihat, menyentuh dan membeli barang yang mereka sukai.

Langkah Raylene terhenti di depan sebuah toko aksesoris. Di masa lalu, ia dan Xinlaire sering pergi ke pasar ini.

Gambaran dirinya dan Xinlaire yang saling berpegangan tangan sedang berbelanja muncul di sana. Ia memilih sebuah hiasan rambut, lalu kemudian bertanya pada Xinlaire apakah bagus atau tidak.

Xinlaire selalu mengatakan padanya, apapun yang dipilih olehnya selalu bagus dan cocok untuknya. Kemudian Xinlaire akan membeli apapun yang disentuh olehnya.

Raylene kemudian akan tersenyum bahagia, ia merasa begitu dicintai oleh Xinlaire. Setiap perlakuan Xinlaire terhadapnya selalu lembut dan manis.

Wajah Raylene tiba-tiba berubah masam setelah bayangan itu pergi. Dahulu ia sangat bodoh, ia tidak tahu sama sekali bahwa Xinlaire tidak pernah tulus padanya. Xinlaire sengaja membuatnya bahagia karena semakin ia bahagia maka akan semakin pembalasan pria itu terhadapnya akan terasa semakin menyakitkan.

Mengenyahkan bayangan di masa lalu, Raylene kembali melangkah. Ia melewati bangunan-bangunan yang sering ia datangi di masa lalu.

Aroma sup ikan menyapa hidungnya, biasanya jika ia ke pasar ia pasti akan mampir ke restoran itu, tapi saat ini ia sudah tidak ingin ke sana lagi.

Tempat itu juga memiliki banyak kenangan dengan Xinlaire. Kembali sebuah bayangan muncul di depan matanya.

Xinlaire sedang meniupi sup yang panas, lalu kemudian menyuapinya. Pria itu terus melakukannya sampai sup miliknya habis. Xinlaire sendiri tidak memakan satu suap pun.

Raylene sangat menikmati diperlakukan seperti ratu oleh kekasih yang sangat ia cintai.

Sekali lagi Raylene tersenyum masam. Cinta tolol itulah yang akhirnya menariknya ke neraka.

Tawanan Hati Sang RajaWhere stories live. Discover now