39. Tujuanmu Awalmu Adalah Jantungku

1K 255 7
                                    




Satu bulan berlalu setelah kematian Dorothy yang disebabkan oleh serangan jantung. Saat ini keluarga Aegis telah perlahan-lahan bangkit dari rasa kehilangan. Meski pukulan yang mereka dapatkan sangatlah besar, tapi mereka sudah mengikhlaskan kepergian Dorothy yang terlalu tiba-tiba.

Selama satu bulan ini Charlotte selalu ditemani oleh Xinlaire. Wanita itu sangat sedih atas kematian neneknya, dalam satu minggu awal kematian neneknya, Charlotte menangis beberapa kali.

Hubungan Charlotte dan neneknya sangat dekat, itulah sebabnya Charlotte menangis setiap kali mengingat neneknya.

Kondisi kehamilannya sempat terganggu karena kesedihan yang dialami olehnya. Xinlaire yang tidak ingin hal buruk terjadi pada janin di kandungan Charlotte, akhirnya lebih sering ada di sisi Charlotte.

Charlotte yang menikmati perhatian Xinlaire, akhirnya terus bertingkah seolah-olah ia masih merasa kehilangan neneknya. Namun, Charlotte tahu bahwa ia tidak bisa menggunakan cara ini untuk terus mendapatkan perhatian lebih dari Xinlaire. Suatu hari Xinlaire mungkin akan muak dengan sikap rapuhnya.

Sementara itu selama satu bulan ini Raylene tidak bisa menyelesaikan dendamnya dengan Charlotte karena Charlotte selalu berada di sekitar Xinlaire ketika malam hari tiba.

Sangat tidak mungkin baginya untuk membunuh Charlotte ketika Charlotte bersama Xinlaire, ia jelas tahu bahwa kemampuannya tidak sebaik Xinlaire.

Raylene ingin mengakhiri segalanya dengan cepat, tapi tampaknya ini akan memakan waktu lebih lama.

"Selir Raylene, Yang Mulia Raja sedang  berjalan ke sini sekarang." Nora memberitahu Raylene.

Sudah satu bulan Xinlaire tidak mendatanginya, dan hari ini pria itu datang. Sepertinya pria itu sudah mulai bosan, dan ingin bermain-main lagi dengan mainannya.

Beberapa detik kemudian Xinlaire sudah ada di depan Raylene.

"Tidak memberi salam pada suamimu, Selir Raylene?" Xinlaire menatap Raylene dengan seksama. Selama satu bulan ia tidak melihat Raylene sama sekali, ia begitu merindukan wanita ini.

Raylene mengangkat wajahnya, menatap Xinlaire. Xinlaire sudah tampan dengan tampilan yang dingin dan perkasa, ditambah dengan sinar matahari pagi yang menyinarinya membuat pria itu terlihat semakin menawan dan indah. Tidak heran jika siapa saja yang melihat wajah tampan ini akan jatuh hati.

"Selamat pagi, Yang Mulia. Selir Raylene memberi salam pada Anda." Raylene berkata dengan acuh tak acuh.

Dua sudut bibir Xinlaire terangkat. Ia masih senang meski Raylene menyapanya dengan enggan.

"Ganti pakaianmu dan ikut aku berburu." Xinlaire sudah sangat lama tidak menghabiskan waktu dengan Raylene, jadi hari ini ia ingin berdua saja dengan Raylene. Di masa lalu mereka sering berburu untuk mengasah kemampuan memanah Raylene.

"Selir Raylene, silahkan." Vivian bersuara sesaat kemudian.

Raylene tidak memiliki pilihan untuk menolak, jadi ia segera berganti pakaian dibantu oleh Vivian dan Nora.

Sekarang ia mengenakan pakaian seperti laki-laki, pakaian seperti ini mempermudah dirinya dalam berburu.

Setelahnya mereka pergi ke hutan tempat perburuan, Xinlaire menaiki kuda hitamnya, sementara Raylene, wanita itu menaiki kudanya yang sudah sangat lama tidak pernah ia rawat.

Sejak kematian orangtuanya, Raylene telah kehilangan minat dalam segala hal, ia bahkan tidak merawat kuda yang dulunya hampir setiap minggu akan ia periksa keadaannya.

Xinlaire dan Raylene telah sampai di hutan setelah lebih dari satu jam menunggang kuda.

Xinlaire membawa serta pasukan bayangan bersamanya untuk berjaga-jaga.

Tawanan Hati Sang RajaWhere stories live. Discover now