Kota Pharma (2)

56 12 0
                                    

Jeremy melihat pandangan di sekitarnya yang merupakan sebuah ruangan yang hanya ada sedikit perabotan rumah, hanya ada 1 kamar mandi kecil di pojok ruangan itu. Dia dan kedua temannya sedang duduk di lantai kayu tanpa beralaskan apapun.

"Aku hanya punya roti roti dan anggur, itupun belinya kemarin" perempuan itu membawakan 1 nampan isi 1 piring besar berisikan roti coklat dan keju. Dia juga membawakan 1 botol anggur yang isinya tinggal setengah.

Mereka bertiga langsung memakannya setelah mengucapkan terimakasih. Mereka bertiga merasakan rotinya dan menurut mereka itu masih layak dimakan, meski sudah mulai mengeras.

"Ehemm.. nona aku tidak bisa minum anggur.. apakah tidak ada air biasa?" Tanya jeremy

"Ck.. menyusahkan saja.." perempuan itu balik ke dapurnya.

"Ini rumahnya bukan toko obatnya.. ternyata dia beneran bawa kita ke tempatnya.." kata gale

"Masih ada hati juga ternyata.. aku pikir kita akan di suruh berdiri di depan rumah sambil makan berdiri.." tian menegak anggur dari botol itu

"Pokoknya kita harus bujuk dia sampe dia mau. Kita ga boleh pergi dari sini sebelum mendapatkan hasilnya." Tegas jeremy

Pokoknya mereka sudah berunding saat di negri angin. Gimana pun caranya perempuan itu harus bisa berpihak pada jeremy dan teman temannya. Bahkan mereka tidak peduli jika harus menculik perempuan itu jika harus seperti ide jeremy.

Pembicaraan mereka terhenti ketika perempuan itu datang membawakan 3 gelas berisi air biasa. Gale dan tian langsung meminum air itu karena kehausan tapi jeremy terdiam dan menatap air di dalam gelas yang sedang dia pegang.



Bubuk putih berubah menjadi cairan bening




Jeremy menaruh gelasnya kembali,

"Kenapa takut ya ada sesuatu di dalamnya?" Ketus perempuan itu

Seketika gale dan tian terdiam. Benar juga mengapa mereka sepercaya itu?

"Kami hanya lah pemuda biasa di matamu jadi mana mungkin kamu peduli. Aku tau kamu tidak memasukan bubuk putih itu ke dalam minuman kami"

Perempuan itu langsung mematung dan terkejut. Dia tidak salah dengar kan? Bagaimana bisa ketiga anak laki laki ini membicarakan rahasianya.

Tanpa perkataan apapun. Jeremy langsung mengikat badan perempuan itu menggunakan daun menjalar yang berasal dari kekuatannya dan mengikatnya di kursi kayu yang ada di rumah perempuan itu.

Perempuan itu tidak mengenali wajah mereka tanpa masker karena jeremy dan kedua temannya sudah menggunakan tanah di muka mereka agar muka mereka tidak bisa dikenali. Mereka bertiga seperti gembel di mata perempuan itu sebelum jeremy menyerangnya.

"Siapa kalian?!"

Gale menutup pintu dan jendela dengan kekuatan anginnya. Lalu sebastian menutup seluruh pintu dan jendela bahkan lubang lubang yang terlihat menggunakan airnya, agar orang di luar sulit mendengar pembicaraan mereka.

"Maafkan kami. Kami tidak maksud berbuat jahat tapi ini satu satunya cara agar anda bisa berbicara serius dengan kami" kata jeremy

"Ck.. serius? Kau pikir aku anak tk yang tidak bisa diajak bicara serius?! Kalian terlihat seumuran denganku jadi anak belasan tahun sudah bisa berpikirkan?!"

Sebastian tergeleng geleng mendengar perkataan perempuan itu yang terdengar mirip dengan jeremy. Fakta, tajam dan menyinggung.

"Gini nona.. aku tidak ingin ada keributan apapun. Mari kita berkenalan dulu. Aku Jeremy, yang ini Tuan Muda Sebastian Merrick dan ini Tuan Muda Gale Zephyr. Kalau boleh tau siapa nama nona?" Jeremy berusaha selembut mungkin dengan musuh yang ada di hadapannya ini. Omanya mendidik jeremy untuk menghormati perempuan

ELEMENTWhere stories live. Discover now