Ruangan Putih

63 11 0
                                    

Oma rose terus berlutut, memejamkan matanya, melipat kedua telapak tangannya dan mengucapkan doa tiada henti. Sebagai pengganti orang tua jeremy, oma rose sangat menyayangi jeremy seperti anaknya sendiri.

"Oma rose?"

Seseorang membuka pintu kamar milik oma rose dan masuk. Oma rose langsung membuka matanya tapi tidak bergerak dari posisinya. Orang itu ikutan berlutut disamping oma rose.

"Saya tidak ingin ikut campur tapi anda sudah berlutut selama 5 jam disini"

Orang yang datang ke kamar oma rose tidak lain ibunda dari gale, Elizabeth Zephyr.

"Oma harus istirahat setidaknya makan oma.."

Eli melihat makanan di atas meja yang belum disentuh sama sekali oleh oma rose.

"Eli.."

"Ya?"

"Apakah menurutmu cucuku akan berhasil?"

Elizabeth menunduk dan tersenyum

"Jika jeremy saja percaya pada dirinya dan berjanji akan berhasil. Kenapa oma rose masih meragukannya?"

"Kau benar eli.. mungkin aku saja yang terlalu takut kehilangan cucuku satu satunya yang manis dan baik hati"

---

"Arghhh"

Jeremy menjerit kesakitan saat luka di perutnya di tekan oleh dominic yang sedang berada di atasnya. Darah mengalir keluar dari perut jeremy.
Tidak mau kalah jeremy membuat sebalok tanah dan menghantamkannya ke mata dominic

Bug!

"ARGHHHHH!! BOCAH SIAL*N!"

Jeremy menendang badan dominic. Lalu dia merangkak menjauh dari dominic. Kaki nya juga keseleo akibat di serang dominic. Wajahnya juga sudah babak belur.

Ketika dominic sudah lebih sadar dengan sisa tenaga yang dia punya. Sebenernya kondisi tubuhnya jauh lebih parah dari jeremy, tapi karena dia benci sekali kekalahan.. Dia langsung mengambil tongkatnya dan menyambar tongkat itu ke atas langit.
Langit langsung berubah menjadi abu abu, awan menghilang dan muncul petir petir kecil diatas langit

"MATILAH KALIAN SEMUA!!"

BYARRRR!!!

Sebuah petir turun ke dalam negri api. Jeremy tidak sempat menahan petir itu, dia terpental jauh dan seketika semua terlihat buram. Hanya tersisa asap lebat berwarna putih.

Ohohkk! ohokkk!

Jeremy sedikit tersadar dan melihat cairan berwarna merah di tanah yang baru saja keluar dari mulutnya. Dia memegang perutnya kesakitan. Seluruh tubuhnya seperti remuk.

"Ke..kenapa sulit sekali..? A..aku.. lelah.."

Brukk

Jeremy terjatuh kembali ke tanah dan yang terakhir dia ingat dia melihat aiden berteriak memanggil namanya dan berlari ke arah jeremy. Yang bikin jeremy bertanya tanya cahaya apa yang menyinari sekeliling aiden?? Cahaya itu berwarna putih. Lalu ada cahaya biru yang menyilaukan mata yang keluar dari dalam dirinya.

"Thierry... thierry.."

"Bangun sayang..."

Angin menghembus halus ke wajah jeremy. Dia membuka matanya dan dia melihar ruangan putih yang tak berujung. Jeremy berdiri dan dia terkejut ketika dia tidak melihat satu lukapun di tubuhnya.

"Thierry.."

Jeremy mendengar suara perempuan yang halus dan lembut.

"Thierry?" Jeremy tidak mengenal nama itu.

ELEMENTWhere stories live. Discover now