Kekuatan

383 29 21
                                    

Pasar yang mulai hidup sejak matahari bahkan belum terbit itu..sudah semakin ramai. Kini matahari mulai menyinari dan menghangatkan manusia manusia yang sibuk bekerja di pasar. Tukang sayur yang sedang memilah milah sayur, tukang daging yaang sedang mengukur dan memotong daging daging segar,petani yang baru saja balik dari sawah,tukang kayu yang sedang mengasah kayu kayu bahkan banyak yang menjual sarapan untuk warga di pagi hari.

"Terimakasih"

Jeremy mengambil kembalian 2 koin perak setelah membeli daging ayam bagian paha. Ya.. anak itu semenjak omanya terluka, dia yang rutin pergi ke pasar untuk membeli persediaan makanan tiap 3 hari sekali. Kondisi omanya lambat memulih bahkan sempat omanya demam selama 3 hari dan jeremy sangat panik pada saat itu. Mungkin faktor usia yang membuat tubuh omanya sulit untuk sehat kembali..

"Wah aku jarang melihatnya.. semenjak omanya sakit dia jadi sering keluar rumah ya.."

"Mukanya cukup menarik diusianya.. coba saja dia tersenyum sedikit aja mungkin wajahnya akan lebih bersinar.."

"Bagaimana bisa dia memiliki wajah seperti itu? Bukannya mereka cukup miskin? Ya meski bukan yang paling miskin di desa ini sih.. tapi fisiknya seperti anak bangsawan..itu aneh.."

"Dipikir-pikir kasian juga dia orangtuanya sudah tidak ada atau mungkin orangtuanya sengaja meninggalkan mereka berdua?"

Jeremy memberikan tatapan sinis ke anak-anak perempuan seusianya yang sedang membicarakannya.. awalnya dia bodo amat tetapi jika sudah membahas keluarganya.. dia tidak suka.
Dia memang jarang keluar rumah tapi bukan berarti tidak pernah. Awalnya sengaja karena omanya seperti membatasi atau mungkin seakan akan menyembunyikan cucu tercintanya itu.. tapi di karenakan sifat orang orang di desa itu yang tidak cocok dengan jeremy, jadi dia menjadi anak yang pendiam dan misterius. Dia tidak mau berbaur dengan mereka terlebih anak anak seusianya.

Dia terlihat cukup berbeda dibanding anak seusianya.. badannya terlihat sehat meski dia tidak sering makan, wajahnya lucu dan senyumannya manis, matanya bulat dan bersih seperti air sungai mengalir, rambut hitamnya yang pekat seperti selalu baru di cat, kulitnya yang sebersih beras baru di panen dan bibirnya yang segar seperti buah tomat itu membuat setidaknya seperempat anak perempuan di Desa Rafore menaruh hati padanya diam diam.

Orang orang selalu bertanya tanya apa yang telah dilakukan orangtuanya sehingga dewa memberkati mereka dengan memberikan anak sebagus itu. Kondisi mereka yang sedikit miskin itu tidak menghalangi sedikitpun pertumbuhan jeremy. Hanya omanya yang tahu dibalik semua pertanyaan pertanyaan orang orang di desa.

Jeremy berjalan sedikit cepat karena dia tidak suka tatapan orang orang terhadap dirinya itu. Di tangannya dia membawa sekantong daging ayam, sekantong sayur2an dan sekantong rempah rempahan.. dia melihat ada tukang penjual es krim coklat berdiri tak jauh darinya. Di depan gerobak esnya tertulis harga satu es krim yang cukup murah.

"Sebenernya aku bisa membeli itu cuman.. semalam aku tidak sengaja menjatuhkan mangkok di rumah hingga pecah... jadi aku tidak bisa membelinya anggap saja sebagai hukuman karena aku harus membuat oma membeli mangkok baru.."

Dia sedikit bersedih tapi dia tidak memperdulikan itu lalu kembali memasukan uang koin ke dalam kantong celananya. Itulah jeremy ketika dia melakukan kesalahan pasti dia langsung merasa bersalah dan menghukum dirinya sendiri.. padahal tidak setiap situasi dia selalu salah.. mangkok itu sudah di pakai selama 5 tahun wajar saja jika gampang hancur..

Kretttt..

Suara pintu kayu rumah di buka. Jeremy menaruh semua belanjaannya di meja. Lalu dia bersiap memasak untuk omanya tapi sebelum itu dia mengambil kain putih dan memasak air hangat. Dia membuka pintu kamar omanya.

ELEMENTWhere stories live. Discover now